Sudah tiga hari Ellio tidak menemui Elaine di rumah sakit. Elaine merasa lesu, seperti ada yang hilang di hari-harinya. Ia menjadi tidak bersemangat, tidak ada teman yang dapat diajaknya bercerita dan tertawa.
“Elaine, makan dulu, Sayang.” Mama memasuki kamar, membawa semangkuk bubur yang baru diterimanya dari pantry rumah sakit.
Elaine mendudukkan dirinya di ranjang. Mama membantunya memasang meja makan portable atas perut Elaine dan meletakkan mangkuk buburnya disana.
Elaine menyuapkan bubur ke mulutnya, lalu menelannya perlahan sambil mengaduk-aduk bubur di mangkuknya. Mama yang melihat betapa tidak bersemangatnya Elaine hari ini, tersenyum dan berusaha memberikan semangat untuk Elaine.
“Setelah sarapan, Mama temani kamu ke taman ya? Atau kalau Elaine mau jalan-jalan ke tempat lain, Mama akan temani.Tapi, habiskan dulu sarapannya ya, supaya Elaine cepat pulih.” Ujar mama, memberi Elaine semangat.
Elaine tersenyum, menganggukkan kepalanya. Ia berharap bisa bertemu Ellio di taman nanti.
🌻🌻🌻
Setelah sarapan, Elaine diantar oleh Mama Angel menuju taman yang berada di belakang rumah sakit. Rumah sakit ini memang memiliki beberapa taman, dan taman di area belakang ini termasuk jarang Elaine kunjungi, karena lebih seperti hutan dengan pohon-pohonnya yang besar. Sehingga, taman ini lebih sepi dan lebih nyaman bagi pasien atau keluarganya yang ingin menyendiri.
Setelah mengunci kursi roda Elaine dibawah sebuah pohon ketapang, Mama pemit untuk mengurus administrasi Elaine terlebih dulu. Akhirnya, Elaine duduk menyendiri sambil memandangi semak-semak bunga yang juga ditanam dibawah pohon ketapang itu.
Matanya tertumbuk pada semak bunga ungu itu. Kelihatannya, bunga ini adalah bunga yang sama yang Ellio berikan di pinggir kolam beberapa hari yang lalu.
Sunshine… Sunshine…
Bring the light for the earth…
Bring joyfull and happiness…
Bring us smile, fill our hearth with warmth
Grow everything in our world
Brightening the skies, brightening our future
My flower, my flower, please grow well
Filling our needs and happiness
My flower, my flower, please grow plenty
Filling our needs and happiness
x
Elaine menyanyi kecil sambil jarinya mengelus salah satu kelopak bunga ungu itu. Dimainkannya jari telunjuknya di masing-masing kelopak bunga itu. Elaine menjadi teringat lagi pada Ellio.
Ellio, kenapa kau sudah lama tidak datang? Apakah kau tidak tahu bahwa kau adalah satu-satunya temanku? Aku tidak bisa bicara ke Papa dan Mama seperti aku berbicara kekamu… Batin Elaine.
“Halo, aku disini.” Ellio tiba-tiba sudah berdiri di belakang Elaine.
“Ellio!” Seru Elaine gembira. Ia sangat bahagia, baru saja ia memikirkan Ellio, tiba-tiba saja Ellio sudah ada didekatnya. Segera Elaine memutar kepalanya, ingin melihat Ellio. Ellio tersenyum dan segera berjalan ke depan Elaine.
Ellio menyodorkan sebuket bunga ungu, bunga yang persis sama dengan yang Ellio berikan di taman dan juga bunga yang semaknya ada dihadapan Elaine sekarang. Elaine tersenyum dan menyambut bunga itu, meletakkannya di pangkuannya.
“Bunga ini lagi.” Bisik Elaine sambil membelai bunga di pangkuannya, bibirnya masih menyunggingkan senyum.
“Iya, aku tidak tahu kamu suka bunga apa. Kemarin aku kasih kamu bunga ini kamu kelihatannya senang, jadi aku rangkaikan kamu bunga ini. Kamu sukanya bunga apa?” Tanya Ellio lagi.
“Mulai sekarang, ini akan jadi bunga kesukaanku.” Jawab Elaine sambil malu-malu menatap ke Ellio. Ellio juga tersenyum menatap Elaine.
“Tadi kamu bilang, kamu merangkainya?” Tanya Elaine lagi, berusaha mengalihkan perhatian untuk menutupi pipinya yang merona merah. Ellio mengangguk, namun matanya tetap memperhatikan wajah Elaine.
“Ya, dari tadi aku disini, merangkai bunga ini. Kamu saja yang tidak sadar kalau aku ada dibelakang kamu.” Godanya. “Aku juga sempat mendengar kamu menyanyi. Ternyata suara kamu merdu, ya?” Sambung Ellio lagi, membuat Elaine mendongak dan wajahnya makin bersemu merah.
“Elio!” Seru Elaine pelan sambil memegang pipinya yang memanas.
“Dan satu lagi,” sambung Ellio lagi, sambil berdiri kemudian mendekatkan wajahnya ke wajah Elaine, “Kamu semakin manis kalau pipimu memerah begitu.” Bisiknya.
“Elliooo!” Seru Elaine lagi semakin keras sambil menutupi wajahnya dengan telapak tangannya. Wajahnya terasa sangat panas dan jantungnya berdebar tidak karuan.
Ellio terbahak-bahak melihat Elaine yang masih menutupi wajahnya dengan tangannya. Ia belum kembali ke posisi duduknya semula, masih berdiri didepan kursi roda Elaine.
“Ayo, buka tanganmu.” Sambungnya, masih menggoda Elaine. “Aku mau lihat muka merah yang manis itu. Ayo cepat, buka.” Tawanya.
Elaine menggeleng-gelengkan kepalanya sambil tetap menutup wajahnya dengan tangannya. Ia belum sanggup menghadapi Ellio sekarang, ia sangat malu.
Tiba-tiba Ellio meletakkan sesuatu di pangkuan Elaine, lalu dengan lembut memegang kedua pergelangan tangan Elaine. Perlahan-lahan Ellio membuka tangan Elaine dan menjauhkannya dari wajahnya.
Elaine menatap benda yang diletakkan Ellio di pangkuannya. Sebuah kotak yang tidak terlalu besar, cukup memancing rasa penasaran Elaine.
“Apa ini?” Tanyanya, lalu perlahan-lahan ia mulai membukanya. Matanya terbelalak ketika melihat isinya.
“Ellio? Ini?” Gumam Elaine terharu, air mata mulai menetes di pipinya. Sekotak penuh serbuk bunga matahari ada di genggaman tangan Elaine.
Ellio menghapus air mata di pipi Elaine. Ia menatap dalam Elaine.
“Semesta memberikan kemurahannya kepadamu. Tetaplah bersemangat untuk hidup. Aku akan mendampingimu dan menemanimu sesuai janjiku. “ Tuturnya pelan.
Elaine menganggukkan kepalanya. Air mata masih terus turun membasahi pipinya. Ellio menghapusnya berkali-kali dengan tangannya.
“Berikan serbuk itu kepada papamu, ya, supaya dokter bisa segera menyiapkan serum untukmu.” Ujar Ellio lagi.
“Terima kasih, Ellio. Terima kasih.” Elaine tersenyum sambil menghapus air matanya dengan punggung tangannya. “Boleh bantu aku? Tolong dorong kursi rodaku ke kamar rawat , kita sama-sama tunggu Papa disana.”
Ellio menggelengkan kepalanya dengan sedih. “Maaf, Elaine. Aku disini saja ya? Aku akan menemanimu disini sampai papa atau mamamu datang.”
Elaine tersenyum dan menganggukkan kepalanya. Kemudian Ellio duduk di kursi taman yang ada di bawah pohon itu juga, mereka bercanda dan tertawa. Tidak ada lagi kesedihan di wajah Elaine, semua beban berat seperti terangkat dari dadanya.
Sampai akhirnya Mama Angel datang. Dan seperti papa sebelumnya, mama juga bingung melihat kebahagiaan yang terpancar jujur dari wajah Elaine.
“Sayang?” Sapa Mama Angel. Dia masih bingung tapi ikut senang melihat kebahagiaan Elaine. Elaine menoleh dengan wajah berseri.
“Mama!” Serunya, lalu mengulurkan kedua tangannya, meminta pelukan dari mamanya. Mama memeluknya dan Elaine balas memeluknya dengan gembira.
“Ma, kenalkan ini Ellio.” Ujar Elaine lagi, Ellio langsung menundukkan sedikit badannya kearah Mama Angel, dan Mama Angel menganggukkan kepalanya.
“Lihat Ma, apa yang Ellio bawa untuk Elaine.” Ujar Elaine sambil menyodorkan kotak berisi serbuk bunga matahari. Mata Mama Angel membesar melihat serbuk itu, dia langsung mendekap kotak itu dengan haru.
“Terima kasih, Nak. Ini harta yang sangat berharga untuk Elaine. Terima kasih banyak, Nak.” Isak Mama Angel. Elaine menepuk-nepuk bahu mamanya agar Mama Angel lebih tenang.
“Sama-sama, Tante.” Hanya itu jawab Ellio.
Mama Angel yang merasa sangat bahagia, langsung meminta ijin untuk membawa kotak itu dan menyerahkan ke dokter agar segera diolah menjadi serum yang Elaine perlukan.
-----
“Darimana anak itu mendapatkan serbuk sebanyak itu?” Ucap Papa Dylan takjub. Ia tidak habis pikir, serbuk yang biasanya diperolehnya susah payah dalam beberapa bulan dan dengan biaya mahal, dapat dikumpulkan dalam beberapa hari saja oleh Ellio.
Mama Angel menggelengkan kepalanya, bibirnya tersenyum.
“Mama tidak peduli, Pa. Yang pasti Elaine mendapatkan serumnya kali ini. Semoga besok-besok Ellio juga membantu kita mengumpulkan serbuk ini, jadi Elaine bisa semakin cepat pulih.” Ujar Mama Angel.
“Papa penasaran, Ma. Papa mau ketemu Ellio nanti, kalau dia mengunjungi Elaine lagi, tolong tahan dia supaya Papa bisa bertemu. Kita perlu informasi ini, Ma, supaya besok-besok kita juga bisa mencarinya sendiri bila Ellio tidak memberikannya lagi ke Elaine.” Ujar Papa Dylan menjelaskan rasa penasarannya.
Mama Angel berpikir sejenak, kemudian menganggukkan kepalanya. “Betul juga kata Papa. Ok, kalau ketemu Ellio lagi, akan aku minta dia menunggu Papa.” Katanya.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 36 Episodes
Comments
Tiwi Ramadhani
team ellio nih. kecil kecil uda bikin bucin
2023-01-31
2