Elaine dan Ellio

Masa kini.

 

Elaine.

Seorang gadis manis yang ramah dan ceria. Ia hidup bersama papa dan mamanya di sebuah lingkungan perumahan yang tenang dan asri. Dia gadis yang ramah, orang-orang disekitarnya mencintainya.

Bencana itu datang ketika dia berusia enam tahun, ketika sebuah kejadian tidak terduga merenggut kebebasannya. Elaine mengalami kecelakaan saat karyawisata bersama teman-teman sekolahnya. Kecelakaan itu membuat sebagian sel otaknya rusak karena guncangan, dan tubuhnya menjadi ketergantungan dengan oksigen murni dan serbuk bunga matahari. Oksigen murni dan serbuk bunga matahari yang mengandung essential oil dan mineral tertentu dalam jumlah besar sangat membantu tubuhnya membentuk sel-sel otak yang baru. Tanpa sel-sel otak baru ini, Elaine sering kali tiba-tiba jatuh pingsan, tidak dapat bernafas, dan sakit kepala yang sangat membuatnya menderita kesakitan.

Musibah itu membuat selama setahun penuh Elaine tidak dapat bepergian kemanapun, ia menjalani pengobatan dan istirahat total di rumah. Kalaupun terpaksa, Elaine hanya ke rumah sakit bila kondisi tubuhnya memburuk. Selama berada di rumah, Elaine dapat bersekolah secara online atau menggunakan guru private, namun kondisi tubuhnya yang lemah membuat Elaine tidak dapat lama beraktifitas. Sebagian besar waktunya digunakan untuk beristirahat.

Keadaan Elaine membuat kedua orang tuanya bersedih. Mereka selalu berusaha mendapatkan obat-obatan yang Elaine perlukan untuk kesembuhannya, namun itu tidak mudah. Terlebih serbuk bunga matahari, jumlah yang mereka dapatkan selalu terlalu sedikit. Karena itu Elaine tidak selalu dapat menerima pengobatannya tepat waktu. Hal ini berpengaruh ke lamanya waktu yang Eline perlukan untuk pulih.

Keadaan fisiknya tidak membuat Elaine berubah menjadi anak pemurung dan penyendiri. Ia tetap menjadi anak yang manis dan ceria. Ia selalu menghibur orang tuanya dan orang-orang lain yang mencintainya namun merasa kasihan kepadanya. Elaine tidak pernah menampakkan kesedihannya, matanya yang bening dan bergerak penuh semangat serta senyumnya yang selalu menghiasi bibirnya selalu melengkapi hari-harinya, memberikan sedikit kebahagiaan dan harapan terutama pada orang tuanya. Namun dimalam hari saat orang tuanya tidak mengetahuinya, sering kali Elaine menangis karena sakit yang dideritanya, terutama saat sakit kepalanya datang.

Dua tahun kemudian, keadaan Eline mulai stabil namun ia belum sepenuhnya pulih. Secara berkala ia harus ke rumah sakit untuk mendapatkan treatment penyakitnya. Disalah satu kunjungannya ke rumah sakit itulah, ia berkenalan dengan seorang anak laki-laki yang hampir sebaya dengannya. Anak laki-laki itu bernama Ellio.

 

Ellio

Seorang anak laki-laki misterius. Kemunculannya pertama kali sebagai seorang anak kecil berusia delapan tahun di sebuah rumah sakit, tidak terlalu menarik perhatian lingkungan sekitarnya. Ia sering tampak bermain diantara tanaman yang dipelihara di kebun rumah sakit. Ia menyukai berbagai bunga-bungaan yang ditanam di taman tersebut. Terkadang ia dapat muncul juga di sekitar kolam ikan yang juga ada di rumah sakit tersebut. Didalam rumah sakit ini, memang disediakan taman dan kolam ikan yang cukup luas, sebagai tempat berjalan-jalan untuk para pasien maupun keluarga mereka.

Tidak ada yang memperhatikan Ellio di area rumah sakit ini. Para tenaga medis maupun pasien dan keluarganya sering menyangka Ellio sekedar bermain di taman sambil menunggu keluarganya yang juga dirawat di rumah sakit ini. Sebagian lagi menyangka Ellio hanya menemani orang tuanya yang sedang membesuk pasien, dan Ellio tidak dapat masuk ke area rawat pasien karena usianya yang masih kecil. Hal ini membuat Ellio semakin bebas berada diarea taman dan kolam ikan.

Ellio sedang melihat ke sebuah sudut taman, tampak seorang gadis kecil duduk diatas kursi roda. Matanya menatap segerombolan bunga mawar merah, namun jelas terlihat anak ini sebenarnya sedang melamun. Rambutnya yang panjang dibiarkan tergerai, kulitnya putih pucat, di punggung tangannya tertancap sebuah jarum infus dan pergelangan tangannya dihiasi sebuah label pasien.

Ellio sudah sering melihat gadis itu didalam taman ini atau terkadang di pinggir kolam.  Tidak setiap hari, namun sudah beberapa kali dalam beberapa bulan terakhir.  Ellio juga hanya melihatnya secara sekilas, ia tidak menyapanya. Gadis itu juga diam saja, dia tidak menoleh ataupun menggerakkan matanya walaupun Ellio lewat disampingnya.

Ellio ingin menyapa gadis itu, namun wajah gadis itu yang sering tampak sedih membuatnya ragu. Bagaimana bila ia nantinya ditolak? Apakah gadis itu akan acuh padanya atau malah akan menjerit mengusirnya? Ellio khawatir akankemungkinan ini, karena itu ia menahan dirinya untuk mendatangi gadis itu.

Tiba-tiba seorang laki-laki dewasa datang menghampiri gadis itu, menyentuh bahunya, lalu duduk di kursi taman yang ada disamping kursi roda. Gadis itu sontak menoleh, lalu tersenyum kepada laki-laki itu.

Senyum yang manis, gumam Ellio.

“Elaine.” Ucap laki-laki itu. Ellio dapat mendengar ucapannya.

Namamu Elaine? Gumam Ellio lagi.

“Papa.” Gadis itu menggenggam tangan lelaki itu sambil tersenyum. Papa juga tersenyum setelah melihat senyum Elaine.

“Dokter sudah membuatkan ekstrak serumnya. Besok sudah siap dan sudah bisa disuntikkan ke tubuh kamu.” Papa Elaine menjawab.

“Wah, serbuknya sudah mencukupi ya, Pa? Senang sekali! Akhirnya serumnya sudah siap setelah enam bulan ya, Pa.” Senyum Elaine tidak memudar.

Papanya mengangguk. “Maafkan Papa ya, Sayang, Papa tidak dapat menyediakan obat kamu tepat waktu. Kamu sebenarnya perlu serum itu setiap bulan, Sayang, tapi sulit sekali Papa mendapatkan bahan bakunya.” Papa berbicara sambil menundukkan wajahnya, ia merasa sedih dan sedikit putus asa.

Elaine memutar kursi nodanya menghadap papanya, lalu mengulurkan kedua tangannya dan memegang pipi papanya.

“Papa sudah berusaha keras.” Ujar Elaine. “Jangan sedih, Pa. Sekali enam bulan juga cukup. Elaine ga apa kok. Elaine sudah jauh lebih baik, berkat Papa.” Tambahnya sambil tetap tersenyum.

 

Ellio mengamati interaksi ayah dan anak itu dari tempatnya duduk. Ia bisa mendengar dengan jelas pembicaraan mereka.

Jadi dia butuh serum khusus yang langka, gumam Ellio.

Gadis itu terus bercakap-cakap dengan papanya. Senyum manisnya tidak pernah hilang saat bersama papanya, sangat berbeda dengan saat gadis itu sendirian. Apakah dia hanya berpura-pura gembira, tanya Ellio lagi dalam batinnya.

Akhirnya lelaki dewasa, yang diketahui Ellio sebagai papa Elaine, berdiri. Ia mendorong kursi roda Elaine keluar dari taman menuju dereta kamar rawat inap. Saat kursi roda itu melewati Ellio yang sedang duduk di pinggir kolam, Elaine sedikit melirikkan matanya. Saat mata Elaine bertemu dengan mata Ellio, Elaine mengangkat sedikit sudut bibirnya dan berlalu.

Ellio termenung melihat mata Elaine. Mata bulat yang begitu bersih dan polos. Ellio sangat menyukai tatapan Elaine, apalagi dikombinasikan dengan senyumnya.

Ellio berjanji akan menyapa Elaine pada pertemuan mereka berikutnya. Semoga saja kekhawatirannya tidak terbukti dan Elaine dapat menanggapi sapaannya dengan ramah.

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!