Bab 5 Kesialan yang beruntun

Sudah tiga hari setelah kejadian kemarin, Ericsson masih tampak terkejut dan hanya berdiam diri tanpa memperdulikan Alexia yang selalu mengganggu dirinya, bahkan ia tampak seperti kehilangan jiwa. Apa memang mungkin, jiwanya sungguh terbawa oleh siluman kucing? 

Sampailah pada satu titik, disaat mereka berhadapan, Ericsson mulai menatap Alexia dengan sangat tajam. 

"Jawab pertanyaan ku! Apakah aku akan berakhir dengan mengalami kejadian seperti kemarin?" Mendadak Ericsson bicara seraya menatap kedua mata Alexia dengan tajam dan serius.

"Em….mungkin?" Setengah tersenyum Alexia memberikan jawaban yang tidak memuaskan. Sepertinya ia sengaja untuk melakukannya. Membuat pria di depannya saat itu memberikan respon seperti apa yang dia inginkan.

"Sial, kenapa rasanya hidupku bertambah kacau sekarang. Apa tidak ada cara lain untuk mengembalikan semuanya menjadi normal?" Tampak tertekan Ericsson, mendekat pada Alexia. Menuntut sebuah jawaban darinya.

Dengan tak terduga wajah Alexia sudah sangat dekat dengan Ericsson seraya menatap kedua mata coklat yang tampak terang tersebut.

"Tidak ada cara lain, kau harus segera jatuh cinta padaku, dan semuanya akan berakhir." Tersenyum jahil Alexia sembari memberikan ciuman kecil pada pipi kanan Ericsson 

Seketika itu Ericsson melebarkan matanya dan segera mengambil langkah mundur ke belakang, hingga memberikan sebuah jarak diantara keduanya. Ericsson yang memang tidak terbiasa dengan wanita mengalami ketegangan di sekujur tubuh, akibat ulah sang Dewi yang tak bertanggung jawab itu.

"Sepertinya itu sangat mustahil !" Menundukkan wajahnya yang merasa harapannya telah pergi menghilang begitu saja.

Alexia mendengar hal tersebut merasa agak kecewa. 

"Apa masalahnya? Sepertinya aku cukup menarik bagi kaum manusia, lalu apa yang membuatmu tak yakin untuk mencintaiku?" Kali ini Alexia kembali berdiri tepat di hadapan lelaki yang terputus harapan tersebut.

"Tentu saja karena kau bukan manusia, dan juga kau terlihat sangat aneh untukku." Mata Ericsson melirik ke arah sayap Alexia yang berada tersembunyi di belakang punggung wanita tersebut. Disaat itu Alexia mengerti dengan tatapan mata itu. Dan segera ia menyembunyikan kedua sayap putih saljunya, masuk kembali kedalam tubuhnya.

"Lihatlah, bukankah aku sudah sangat mirip dengan manusia !" Bertingkah manis dengan membulatkan mata dan berkedip berulang kali, membuatnya bak seorang anak kecil yang menginginkan pujian.

Anehnya Ericsson seperti tak terpengaruh akan tingkah sang Dewi, justru ia tetap santai dengan ekspresi datarnya.

"Iya memang mirip, tapi tetap saja berbeda." Ujarnya dengan sangat datar.

Alexia pun beralih meninggalkan pria yang menurutnya menyebalkan tersebut meskipun dengan bersungut-sungut.

***

Pria yang kurang beruntung itu adalah Ericsson,ia mendapat teguran dari sang Boss, sebab ia mendadak mengambil libur 3 hari. Saat itu, ia juga diberitahu, jika akan ada pegawai paruh waktu yang akan menggantikan dirinya pada shift pagi. Untuk itu ia ditugaskan memberikan pengarahan secukupnya pada pegawai tersebut. Tak berselang berapa lama pegawai baru tersebut datang, seperti pada umumnya mereka saling berkenalan dan Ericsson mulai menjelaskan beberapa hal tentang pekerjaannya. Sampai pada akhirnya Ericsson pun berpamit pergi. 

Seharian Ericsson memikirkan tentang waktu luangnya disaat pagi hari, hingga ia memutuskan untuk mencari pekerjaan paruh waktu yang lain. Mengingat hasilnya akan cukup lumayan untuk menambah pemasukan bulanannya. Kebetulan juga beberapa hari yang lalu, ia sempat melihat poster lowongan kerja di Cafe kopi yang tak jauh dari tempat ia tinggal. Segeralah ia melamar pekerjaan tersebut dan akhirnya ia pun diterima. 

Entah nasib sial yang mengikutinya, atau memang Ericsson saja yang belum beruntung hingga mengalami kejadian yang kurang baik secara berturut-turut. Baru masuk bekerja saja, ia sudah menumpahkan kopi di salah satu meja pelanggan. Namun ada sesuatu yang aneh dari kejadian tersebut. Ia melihat dengan sangat jelas jika tangannya disinggung oleh anak kecil yang datang bersama pelanggan itu. Namun pelanggan tersebut justru menampik hal tersebut. Ia mengatakan bahwa ia datang sendirian tanpa membawa seorang anak. Ia juga menambahkan bahwa dirinya belum memiliki seorang anak, dan baru tadi pagi ia mengetahui kabar bahwa dirinya baru saja hamil. Lalu siapa anak itu? 

Perlahan mata Ericsson melirik ke arah anak tersebut. Dan seketika raut wajahnya menjadi berubah. Kaget sekaligus ngeri seolah tergambar dari sorot matanya. Tubuhnya pun menjadi kaku, mulutnya seolah bungkam, tak bisa mengeluarkan suara. Ia melihat dengan sangat jelas anak kecil itu berubah menjadi sosok yang mengerikan. Dimana bagian-bagian tubuhnya seolah tak berbentuk, dan sebagiannya ada yang hilang.

Terdengar beberapa kali sang pelanggan memanggil Ericsson, namun tampaknya pria itu tak mendengarkannya. Sampai pada akhirnya pelanggan menepuk lengan Ericsson, dan barulah ia tersadar.

"Apa anda baik-baik saja? Wajah anda terlihat sangat pucat." Pelanggan menanyakan kondisi Ericsson yang terlihat kurang sehat.

"Ah..ya saya baik-baik saja. Maaf karena kecerobohan saya anda mengalami masalah seperti ini. Sekali lagi saya minta maaf !" Ucap Ericsson meski dengan badan yang mulai gemetar.

"Ya tidak apa-apa, tidak jadi masalah. Kamu bisa melanjutkan pekerjaanmu." Balas pelanggan wanita itu yang terlihat sangat baik. 

"Terimakasih !" Ericsson segera mengundurkan diri dan meninggalkan meja tempat pelanggan wanita itu. Ia pun pergi menuju ke belakang untuk sekedar menenangkan diri. 

Dalam cermin, terlihat hanya ada pantulan dirinya. Dan sekali lagi ia membasuh wajahnya dengan air dingin. Berharap pikirannya akan kembali normal. Karena kejadian barusan masih sangat terbayang jelas dalam benaknya. Baru akan membalikkan badan, Ericsson dikejutkan oleh Alexia yang sudah berada di belakangnya saat itu.

"Ah…kau..!!"  Tampak wajah Ericsson yang sangat terkejut. Hingga membuatnya melangkah mundur, menempel dengan wastafel.

"Buah di dalam kulkas habis. Bisakah kau membelinya lagi?" Alexia merajuk tapi tetap menginginkan buah.

"Bukankah kau bisa mencurinya, seperti yang pertama kali kau lakukan. Lalu kenapa sekarang kau merengek untuk dibelikan?" Ericsson yang tak mengerti dengan jalan pemikiran dari seorang Dewi.

Menyilangkan kedua tangan ke dada, sembari bersandar di dinding tembok. Membuat ekspresi yang tidak begitu senang.

"Harusnya bisa ! tapi karena aku mendapat peringatan, jadi tidak bisa  melakukan hal yang bisa merugikan manusia lagi." Jelas Alexia dengan mood yang kurang baik. 

"Lagi pula mana ada seorang Dewi mencuri dari manusia hanya untuk sebuah buah." Ericsson menggelengkan kepala untuk tingkah Alexia yang satu ini.

"Baiklah, kalau begitu kau mau membelikannya bukan?" Sang Dewi yang seenaknya saja memberikan kesimpulan sendiri.

"Tentu saja tidak." Setelah mengatakan hal tersebut, Ericsson pun pergi.

"Manusia menyebalkan!" Alexia jadi bertambah kesal dengan Ericsson, ia mencengkrang jari tangannya seolah mengarahkannya untuk meremas kepala pria tersebut.

Kembali untuk melayani pelanggan, namun sosok anak kecil itu masih terus berada di sana. Ericsson berusaha tenang dan tidak memperdulikan hal itu, sehingga ia bisa tetap melakukan pekerjaannya. Akan tetapi kali ini berbeda, ia kembali diganggu oleh sosok penampakan wanita berlidah panjang dengan rambut tergerai sampai kebawah. Sekali lagi Ericsson melakukan kesalahan, ia menabrak pelanggan pria sampai terjatuh. Membuat dokumen yang dibawanya basah terkena kopi. Karena masalah yang ditimbulkan kali ini cukup serius. Akhirnya Ericsson pun dipecat.

Dengan berwajah lesu dan kecewa, Ericsson memilih untuk pulang. Saat di perjalan ia tak sengaja melihat seorang wanita yang sedang dirampok, ia pun menolong wanita tersebut. Yang mana membuat tangannya terluka akibat terkena senjata tajam. Tapi syukurlah akhirnya perampok tersebut berhasil diatasi.

"Terima kasih sudah menolong ku!" Ucap tulus wanita cantik dengan tampilan yang sangat menarik. Berbicara dengan nada lemah lembut seakan melelehkan hati siapa saja yang mendengarnya.

"Ya, sama-sama." Ericsson yang kemudian ingin berlalu pergi namun tertahan.

"Astaga, kamu terluka, kita harus segera membawanya ke rumah sakit!" Dengan panik wanita itu mengajak Ericsson untuk pergi ke rumah sakit.

"Tidak perlu, aku bisa mengatasinya." Berbicara dingin pria itu menolak perhatian dari wanita tersebut.

"Apa kamu yakin? Sepertinya lukanya cukup dalam !" Masih tampak khawatir dengan kondisi Ericsson yang tidak mau dibawa ke rumah sakit.

"Tidak apa, aku bisa mengobatinya di rumah. Kalau begitu aku pergi dulu." Ericsson yang sudah ingin beranjak pergi.

"Tunggu dulu!" Sekali lagi langkah pria itu terhenti dengan suara wanita tersebut.

"Ini kartu namaku, kamu bisa menghubungiku jika kondisimu tidak jauh membaik.Sekali lagi terimakasih karena sudah menolongku." Sembari memberikan kartu namanya wanita itu masih terlihat khawatir  dengan sangat menyesal ia pun membiarkan Ericsson pergi.

"Wulan..! Nama yang cukup cocok untuk orangnya." Ericsson berlalu pergi meninggalkan tempat tersebut.

Terpopuler

Comments

IG : gaharuwood_

IG : gaharuwood_

Alexia tukang goda. 😅

2022-11-25

1

Okta

Okta

lama banget baru Up

2022-11-24

1

lihat semua

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!