BAB 4 Siluman Kucing

Keesokan paginya , Alexia menceritakan segala nya, begitu juga dengan alasan untuk tetap berada di samping Ericsson. Meski terbilang konyol dan sulit untuk dipercaya. Namun Ericsson telah melihatnya sendiri, banyak kejadian aneh yang terjadi di luar akal sehat manusia. Ericsson pun memilih untuk percaya pada Alexia. Dirinya juga mulai sedikit waspada akan sekitar, jika mendadak ada hantu atau pun siluman yang ingin memakan dirinya.

Alexia terus mengikuti Ericsson, bahkan di minimarket tempatnya bekerja ia juga menemaninya. Tidak ada banyak hal yang bisa dilakukan oleh seorang Dewi seperti Alexia disana. Jadi ia hanya duduk di antara rak sambil mengawasi manusia. Sangat membosankan ! Kira-kira seperti itulah yang tersirat dari wajahnya. Merasa bosan hanya terus duduk dan mengawasi. Akhirnya sifat jahilnya muncul, ia mulai mengerjai para pelanggan yang datang. Dari mengembalikan barang yang baru saja diambil, atau menjatuhkan beberapa benda, bahkan ia meniup leher yang membuat pelanggan merinding. Atau juga memberikan sentuhan kecil kepada mereka.

"Perasaan tadi aku udah ambil satu deh ! Kenapa sekarang nggak ada?" Salah satu pelanggan merasa bingung, karena salah satu barangnya yang diambil, terlihat tidak ada.

Dbuum…

Sebuah botol minyak jatuh dengan sendirinya.

"Kok aku jadi merinding begini." Terlihat Alexia sedang meniup tengkuk leher pelanggan hingga membuatnya merasa merinding.

"Jangan-jangan ada hantu? mendingan pulang aja deh." Pelanggan yang akhirnya ketakutan dan memilih untuk pergi dari minimarket.

Alexia tertawa puas, ia merasa kebosanannya menghilang dengan mengerjai para pelanggan tersebut. Namun, di saat ia berbalik dan hendak mencari target selanjutnya. Ericsson sudah berdiri di belakangnya dengan menyilangkan kedua tangan ke dada.

"Apa itu terasa menyenangkan?" Menatap Alexia yang seketika terdiam setelah melihat dirinya.

"Habisnya aku merasa bosan! Lagi pula aku hanya sedikit bercanda dengan mereka, lalu apa salahnya? Merajuk seperti anak kecil dengan memainkan jemarinya.

"Hah…kau tahu? Kau akan membuat minimarket ini segera bangkrut jika terus seperti itu ! Jadi berhentilah mengganggu mereka. Kau mengerti?" Memberikan pengertian untuk Alexia yang mengganggu para pelanggan.

"Yah..yah….baiklah." Dengan memanyunkan bibirnya Alexia pergi, lalu ia kembali berbalik dengan menjulurkan lidahnya kepada Ericsson yang sedang meledek pria membosankan itu.

"Apa semua Dewi sepertinya? Jika iya, sebaiknya aku segera menghindar bila bertemu yang lain. Pasti itu akan sangat merepotkan. Hah….." sekali lagi Ericsson menghela nafas. Ia kembali pada pekerjaannya.

Sementara itu Alexia pergi ke luar. Ia berusaha untuk menghibur dirinya sendiri. Dan tak sengaja ia melihat toko buah yang menyegarkan. Seketika itu ia menelan silvernya. Dan segera terbang untuk memasuki toko tersebut. 

Matahari mulai tenggelam, Ericsson belum melihat Alexia kembali. Apa mungkin dia ngambek karena kejadian tadi siang?

"Bodo amatlah, kalau dia lelah juga bakal balik lagi." 

Ericsson pun mengesapingka tentang Alexia dan kembali fokus untuk bekerja. Tak berapa lama datang seorang pelanggan. Ia lelaki tua dengan mengenakan topi yang hampir menutup semua wajahnya. Tanpa ada alas kaki ia berjalan tertatih tatih menghampiri meja kasir. Sementara Ericsson tak menaruh curiga sedikitpun, ia berfikir jika mungkin saja kakek itu sedang tersesat. Dan sang kakek mulai menanyakan sesuatu pada Ericsson yang ada di hadapannya tersebut.

"Anak muda ! Apa kau melihat Merry, kucingku?"  Masih dengan wajah yang tertutup topi, lelaki tua itu melangkah lebih mendekati Ericsson.

"Maaf kakek, tapi beberapa hari ini saya hampir tidak melihat kucing yang berkeliaran di sekitar sini. Mungkin kakek bisa memberikan nomor telepon keluarga kakek, untuk saya hubungi apabila saya melihat kucing yang seperti kakek sebutkan tadi?" Ericsson yang menjawabnya dengan ramah, sambil meminta nomor keluarga dari sang kakek. Karena dikhawatirkan pihak keluarga kehilangan kakeh tersebut.

Tanpa menjawab kakek itu justru mengangkat tas hitam yang dibawanya, seperti ingin menunjukkan sesuatu pada Ericsson.

"Bisakah kau melihat isi di dalam tas ini?" Ucap kakek tersebut sembari membuka resleting tas hitamnya.

Di sisi lain, alexia sedang asik memakan buah buahan yang didapat dari toko buah. Dan kali ini bukannya terbang dengan sayap, melainkan ia justru berjalan kaki sambil berjalan-jalan menelusuri kota. Sampai di sebuah gang sempit ia melihat beberapa kucing berkumpul, namun bukan hal itu yang menarik perhatiannya melainkan, di sisi gelap ia melihat dua hantu gentayangan sedang membicarakan sesuatu.

"Apa kau tahu, ada siluman berkepala kucing yang sering berkeliaran di daerah ini ?" Ucap sosok hantu bertangan satu. Berhasil membuat hantu yang lainnya serius mendengarkan.

"Ya, kemarin aku melihatnya, nggak sengaja sih waktu itu. Tapi pas aku lagi lewat, aku lihat dia sedang ngumpulin jiwa-jiwa kucing di sebuah tas hitam. Aku sih nggak  tahu ngapain dia ngelakuin hal itu." Ungkap sosok hantu yang satunya, sambil melayang ke udara.

"Tapi dari yang pernah aku dengar, katanya siluman itu ingin menghidupkan anaknya kembali. Kalau gak salah anaknya ditabrak oleh seorang manusia yang kemudian jasadnya ditinggalkan begitu saja di jalanan. Bukankah itu mengenaskan?" Tanggap hantu bertangan satu yang kemudian menyusul hantu satunya lagi untuk beranjak pergi.

"Mungkin saja, tapi bukankah lebih kasian jiwa-jiwa kucing yang ditangkapnya !"

"Yah, kau ada benarnya juga sih !" Kedua hantu itu pun menghilang, lenyap bagaikan tertiup angin.

Alexia yang mendengar hal tersebut, segera teringat akan Ericsson yang memiliki energi kuat. Bisa saja siluman itu mengincar jiwa Ericsson. Karena merasa khawatir dirinya terbang untuk segera kembali ke minimarket. 

Kembali pada Ericsson, dimana ia melihat ke dalam tas si kakek, seketika ia melihat sebuah pusaran yang membuatnya membeku. Dirinya merasa terbawa masuk ke dalam pusaran tersebut. Namun sedetik kemudian kesadarannya kembali. Pada saat itu Ericsson melihat tas hitam yang sudah jatuh tergeletak di atas lantai. Sementara si kakek terpental keluar dari minimarket, beserta dengan Alexa yang juga berada di sana. 

"Dasar siluman, kau ingin membuat kekacauan di alam kematian? Bagaimana mungkin kau ingin membuat anakmu kembali hidup. Kau hanya ingin melihatnya menjelma menjadi siluman dengan penuh dendam sama seperti mu?" Jelas Alexia pada siluman kucing yang baru saja di lemparkan keluar olehnya.

"Tutup mulutmu, kau tak akan mengerti perasaan yang ku rasakan saat ini. Jadi, jangan ikut campur !" Dengan suara meninggi, siluman mulai mengeluarkan cakarnya yang panjang.

"Sepertinya hanya dengan sedikit bertarung, bisa menyadarkanmu. Oke, baiklah serang aku !" Alexia yang sudah dalam situasi siap bertarung.

"Dasar wanita sombong !" Lelaki tua itu melompat kesana kemari bagai seekor kucing. Menyerang Alexia dengan segala kekuatannya. 

Untuk sekali Alexia mendapatkan cakaran di lengannya. Namun hal itu tak berpengaruh untuknya. Tak berapa lama siluman kucing berhasil ditaklukkan. Perlahan sosoknya melebur bersama angin yang bertiup. 

Terpopuler

Comments

💜Marlin🍒

💜Marlin🍒

kocheng oh kocheng 🤭

2022-11-25

0

IG : gaharuwood_

IG : gaharuwood_

Aku nggak suka kucing. Pernah dicakar soalnya. 🤣

2022-11-25

1

lihat semua

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!