Bab 5. KETULUSAN

Sekitar 30 menit kemudian, Harfan dan keluarganya sudah sampai di rumah. Harfan menggendong Arini dan di tidurkan di kamar tamu. Dokter Alshad pun sudah menunggu mereka. Widjanarko langsung meminta Dokter Alshad untuk segera memeriksa Arini.

"Dokter tolong segera periksa gadis ini, dia sudah pingsan kurang lebih sekitar 40 menit, tadi di mobil sempat membuka mata sebentar Dok." terang Widjanarko tentang kondisi Arini.

Terlihat ada kecemasan di wajah Widjanarko dan Ratih istrinya. Biarpun mereka belum mengenal siapa gadis yang ada di depan mereka. Dokter Alshad pun memeriksa Arini dengan teliti.

"Bagaimana kondisi gadis ini Dok?" tanya Ratih segera ketika Dokter Alshad selesai memeriksa Arini.

"Sudah tidak apa-apa Nyonya Ratih, gadis ini sepertinya lagi mengalami stress berat, menyebabkan tekanan darahnya turun tiba-tiba. Mungkin sebentar lagi akan segera sadar. Sebaiknya pakaiannya di ganti ya nyonya, kalau bisa sedikit longgar untuk melancarkan sirkulasi darahnya kembali. Untuk makannya nanti tolong dalam porsi kecil dulu saja dan perbanyak minum air putih ya nyonya. Oh iya nyonya, jangan lupa posisikan kepala tetap lebih tinggi ya nyonya saat tidur." terang Dokter Alshad.

"Baik Dok, terima kasih ya Dok." ucap Ratih.

Dokter Alshad pun memberikan resep obat untuk diminum Arini. Setelah selesai Dokter Alshad pun meninggalkan kediaman Widjanarko.

Harfan pun segera pergi ke apotik untuk menebus obat yang sudah diresepkan Dokter. Sedangkan Shakilla masih duduk di atas kasur menemani Arini yang belum sadar.

Eshan dibawa Widjanarko ke kamarnya. Sedangkan Ratih mengambil baju piyama untuk Arini. Kebetulan waktu Fahira di rawat di rumah sakit, Ratih menyiapkan beberapa baju Piyama baru, tetapi belom sempat dikenakan, Fahira sudah meninggal.

Sesampai di kamar Ratih melihat cucunya Shakilla masih duduk di atas kasur di samping Arini.

"Shakilla kok masih disini, ga istirahat di kamar?" tanya Ratih ke cucunya.

"Tidak nek, Shakilla mau menemani tante ini di sini." jawab Shakilla.

Tidak lama kemudian Arini pun membuka matanya. Arini merasakan kepalanya sangat sakit dan lemas. Tapi Arini sadar kalau dia saat ini berada di tempat yang tidak dia kenali. Ketika membuka mata Arini melihat seorang gadis kecil yang tengah duduk disampingnya dan seorang perempuan paruh baya yang elegan tengah berbincang dengan gadis kecil itu.

"Ma...maaf Nyonya, saya dimana?" Tanya Arini

"Alhamdulillah...kamu udah sadar nak, tadi kamu pingsan jadi kami membawa kamu ke rumah kami." terang Ratih senang Arini sudah sadarkan diri.

"Maafkan saya nyonya, merepotkan anda dan keluarga anda." Jawab Arini sambil berusaha duduk kembali.

"Tidak kok nak, kamu mau bangun, sini saya bantu, kamu jangan terlalu banyak gerak dulu, harus banyak istirahat kata dokter."ucap Ratih sambil membantu Arini mengubah posisinya untuk bisa duduk.

"Oh ya nama kamu siapa nak?" tanya Ratih

"Nama saya Arini nyonya." jawab Arini

"Perkenalkan saya Ratih dan ini cucu saya Shakilla namanya. Oh ya, Arini panggil saya tante saja ya." ujar Ratih kembali. Arini pun mengangguk pelan.

Pintu kamar pun terbuka, terlihat sosok Harfan masuk ke kamar itu. Dan Harfan pun langsung segera memberikan obat yang dibawanya ke Ratih.

"Kamu sudah sadar nona?" tanya Harfan

"Su.. Sudah tuan." jawab Arini menunduk tidak berani menatap Harfan.

"Ooo... Shakilla mau ke kamar sama papa?" ajak Harfan ke putrinya.

"Shakilla mau disini saja pa, sama tante dan nenek." jawab Shakilla.

"Ya sudah sayang kalau mau di sini...Ma, Harfan ke kamar dulu ya ma." pamit Harfan ke Ratih.

"Iya..., " jawab Ratih.

Setelah Harfan meninggalkan kamar tamu tersebut, Ratih pun membantu mengganti pakaian Arini. Awalnya Arini menolak tapi akhir menyerah dan menuruti Ratih untuk mengganti pakaiannya. Setelah itu Ratih keluar menuju dapur menyiapkan makanan untuk Arini dan segera bisa minum obatnya.

"Shakilla...kok dari tadi Shakilla diam saja?" tanya Arini.

"Shakilla takut tante, tadi tante Arini tidurnya ga bangun-bangun." jawab Shakilla.

"Ya ampun... Maafkan tante Arini ya Shakil sayang karena tante kamu jadi khawatir," ujar Arini langsung memeluk gadis kecil di depannya dan mencium pucuk kepala gadis kecil itu. Shakilla merasa nyaman mendapat pelukan Arini langsung memeluk erat Arini.

"Arini... Ayooo...," ucapan Ratih terputus saat masuk kamar melihat Arini dan Shakilla berpelukan seperti seorang ibu dan anaknya. Hati Ratih terenyuh terharu melihat cucunya yang terlihat nyaman bersama Arini.

Arini yang mendengar suara Ratih langsung menoleh.

"Maaf tante...Arini tidak bermaksud untuk... ," ucapan Arini terputus. Arini merasa tidak enak hati ketika Ratih hanya diam menatap ke dirinya. Arini pun segera melepaskan pelukannya dari Shakilla.

Ratih yang menyadari dirinya melamun langsung masuk menuju Arini.

"Arini...kamu makan dulu ya, biar abis ini bisa langsung minum obat," ucap Ratih ke Arini.

"Iya tante." jawab Arini menuruti Ratih.

Selama Arini makan, Ratih terus memperhatikan Arini dan melihat Shakilla yang tersenyum terus melihat ke arah Arini.

"Ya Allah apa mungkin ini gadis yang kau kirimkan untuk anak dan cucuku, selain paras cantik dan teduh wajahnya terlihat sekali dia seorang anak yang baik, dan ada ketulusan terpancar di mata gadis ini." Ujar Ratih di dalam hati.

"Shakil ga ikutan makan?" tanya Arini ke Shakilla yang dari tadi memandanginya terus.

"Shakilla belum laper tante," jawab Shakilla.

Beberapa menit kemudian Arini sudah menyelesaikan semuanya, makan dan minum obat.

"Arini istirahat ya, biar cepat pulih, tante sama Shakilla keluar dulu, kalau Arini butuh sesuatu panggil Bibi saja ya." ujar Ratih ke Arini.

Entah mengapa, Arini tiba-tiba memegang tangan Ratih dan memandangi wajah Ratih dengan mata berkaca-kaca.

"Tante... Terima kasih ya Tan, tante sekeluarga sudah baik sama Arini, semoga Allah membalas semua kebaikan Tante Sekeluarga. Terima kasih juga mengizinkan Arini malam ini untuk bermalam di sini. Insha Allah besok Arini pulih, Arini bisa pulang ke rumah tan." tutur Arini

"Ya sudah, jangan mikirin yang macem-macem, sekarang Arini istirahat ya, tante dan Shakilla keluar dulu biar kamu tidak terganggu." ucap Ratih.

Sebelum keluar, Shakilla pun refleks mencium pipi Arini dan Arini pun mencium pipi chubby Shakilla yang membuat Arini gemas. Ratih melihat perlakuan Arini ke Shakilla, lagi-lagi menginginkan Arini jadi sosok ibu sambung untuk cucu-cucunya.

Setelah memastikan cucu-cucunya sudah tidur dan istirahat Ratih pun menghampiri Widjanarko suaminya.

"Arini itu gadis yang baik pa, sepertinya Shakilla menyukai gadis itu. Sudah lama mama tidak melihat Shakilla bisa nyaman di dekat orang lain selain mamanya. Tadi mama melihat kedekatan Shakilla dengan Arini itu tulus sekali pa." terang Ratih

"Papa juga sama ma. Malahan ga tau kenapa, papa melihat Arini itu wajahnya ga asing sama papa. Seperti pernah ketemu tapi di mana, papa juga ga ingat." tutur Widjanarko

"Pa, sepertinya mama mau Arini tinggal di sini saja, tadi katanya besok dia mau pulang ke rumahnya. Mama kepikiran Shakilla kalo Arini pergi dari rumah." Ucap Ratih

"Papa terserah mama saja, tapi jangan sampai ada paksaan terhadap Arini." pesan Widjanarko ke istrinya.

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!