Bab 4. BERTEMU PERTAMA KALINYA

Tiga bulan sudah berlalu, setelah Fahira meninggal. Harfan dan kedua anaknya Shakilla dan Eshan sudah mulai terbiasa menjalani hari-hari mereka tanpa kehadiran Fahira. Harfan sudah mulai sibuk dengan urusan kantor, sedangkan Shakilla sudah mulai sibuk dengan kegiatan sekolahnya yang mana tahun ini menginjakkan kaki di sekolah dasar. Sementara Eshan di rumah bersama Ratih. Untuk keperluan Shakilla dan Eshan, Ratih melarang Harfan untuk mencari pengasuh, karena Ratih ingin mengurus kedua cucunya itu, kecuali kalau Harfan sudah menikah dan menemukan istri serta ibu sambung yang baik untuk mereka.

"Harfan... Mama rasa kamu sebaiknya mulai membuka hati mu untuk wanita lain Fan, kasihan Shakilla dan Eshan butuh sosok ibu di dalam perkembangan dan pertumbuhan mereka." saran Ratih anaknya

"Mmm...untuk saat ini Harfan belum bisa ma, tapi akan Harfan pertimbangkan." jawab Harfan ke Ratih.

Walaupun Widjanarko dan Ratih meminta Harfan untuk menikah kembali, mereka berdua tidak pernah memaksakannya, karena mereka juga tidak mau Harfan menikah dengan wanita asal-asalan, apalagi yang hanya untuk mengejar harta semata. Mereka memberikan Harfan kesempatan untuk mencari pengganti Fahira seorang wanita yang baik, yang bisa menerima keaadaan Harfan dan kedua anaknya, dan menyayangi mereka.

***

Arini sudah tidak sanggup lagi menghadapi kenyataan Zanneth dan Zizi memporak-porandakan kehidupannya serta mempertahankan hubungannya dengan Bagas yang semakin rumit, yang semakin hari membuat Arini tertekan. Bahkan Arini pun sudah tidak dianggap ada oleh Bagas dan Zizi. Mereka sudah tidak ada malu lagi mempamerkan kemesraannya di rumah dan bahkan di hadapan Arini sendiri. Walaupun Arini juga menyadari rasa yang pernah ada untuk Bagas juga sudah sirna jauh sebelumnya.

Arini sudah bertekad untuk keluar dari rumahnya sendiri, walaupun banyak kenangan Arini bersama kedua orang tuanya di rumah itu. Arini merasa dia juga berhak untuk bahagia. Arini sudah berencana mengembangkan usaha Toko Kue milik bundanya. Dengan kemampuan yang dimiliki oleh Arini didukung latar belakang pendidikan mumpuni, Arini yakin bisa mengelola usaha tersebut.

Tapi semuanya tidak berjalan sesuai rencana, rencana Arini jadi berantakan ketika hal tersebut diketahui oleh Zanneth. Dengan licik, Zanneth pun membayar orang untuk menyabotase kebakaran di ruko toko kue Arini. Tak puas dengan itu, Zanneth pun mengusir Arini dari rumahnya sendiri tanpa boleh membawa apapun.

Arini merasa sangat terpukul sekali, merasa sudah jatuh ketimpa tangga pula. Harapan untuk Arini bisa melanjutkan hidupnya juga berantakan ketika satu-satunya usaha kue milik bundanya yang baru dikembangkan kembali oleh Arini juga dihancurkan oleh Zanneth.

"Ya Allah berikan hambamu kekuatan,keikhlasan dan kesabaran di dalam menghadapi ujian dan cobaan dariMu ini. Bukakanlah pintu hati mama Zanneth dan Zizi untuk kebaikan dan menyayangiku kembali. Karena merekalah satu-satunya keluarga yang aku miliki. Ya Allah...aku ikhlaskan apapun yang terjadi padaku kepadaMu ya Allah." Doa Arini selesai menjalankan ibadah sholatnya di kontrakan sederhananya.

Hari ini Arini akan mengikuti tes di sebuah restaurant yang terletak di salah satu hotel bintang lima kawasan elite untuk menjadi salah satu chief di restaurant tersebut. Arini direkomendasikan oleh salah satu sahabatnya sewaktu kuliah.

"Rin...lo mau ga jadi chief di restaurant teman gue?" tanya Rachel

"Kalo lo mau nanti aku rekomendasiin lo ke temen gue itu, tapi lo tetap mengikuti tes yang ada, gimana?" Lanjut Rachel kembali

"Boleh deh Chel." jawab Arini bersemangat, mungkin ini salah satu jalan untuk dia bangkit kembali.

"Oke deh Rin, semoga rejeki lo ya Rin," ujar Rachel kembali. Rachel sendiri ikut prihatin dengan nasib yang menimpa sahabatnya itu. Orang sebaik Arini masih mendapatkan perlakuan yang tidak baik oleh keluarga dan pacarnya.

Arini dengan mantap dan bersemangat melangkahkan kakinya untuk mengikuti tes dan wawancara di restaurant ini. Arini sudah keliatan rapi, walaupun dengan hanya dandanan yang sederhana aura kecantikannya pun sudah terlihat.

Langkah kaki Arini melambat ketika tidak sengaja bertemu dengan Bagas dan Zizi di depan lift.

"Eh ada upik abu di sini, ngapain lo?" ejek Zizi sambil mendorong bahu Arini

"Bukan urusan kamu Zi." jawab Arini pelan

"Hei... Lo berani ngejawab gue? Jangan bilang lo simpanan om-om, makanya lo ada di hotel mewah ini! " Ujar Zizi sambil menempeleng kepala Arini.

Arini masih diam, dan matanya sudah terasa panas menahan air mata yang sebentar lagi tumpah.

"Sayang liatkan? Upik abu ini hanya diam saja, berarti benar." tukas Zizi kembali kepada Bagas.

"Sudahlah sayang, ngapain ngurusin orang kaya gini!" jawab Bagas dengan sinis.

Arini pun sudah tidak tahan mendapatkan perlakuan Zizi dan Bagas akhirnya bersuara.

"Cukup Zi... Gas. Aku tidak pernah mengganggu kalian dengan apapun yang sudah kalian lakukan ke aku. Tolong jangan sakiti aku lagi dengan kata-kata pedih kalian. Dan kamu Zi, cukup kamu mengambil semuanya tapi jangan pernah injak harga diri aku, aku selama ini diam bukan karena aku takut dengan kalian semua, aku hanya selalu berharap kalian semua bisa berubah jadi lebih baik." Ucap Arini dengan air mata yang sudah tidak terbendung lagi.

Dengan keadaan hatinya yang tidak baik dan merasakan sedih teramat dalam, Arini meninggalkan Zizi dan Bagas. Arini berjalan sambil menutup mukanya dengan tangan agar orang-orang tidak melihatnya menangis.

Baru 3 langkah, tanpa sadar Arini menabrak seorang pria di depannya. Arini cepat-cepat menghapus air matanya dan segera meminta maaf kepada pria tersebut.

"Maaf Tuan... Saya tidak sengaja, sekali lagi saya minta maaf, permisi Tuan." ucap Arini ke pria yang ditabraknya.

Pria itu adalah Harfan. Saat itu Harfan dan keluarganya berencana untuk makan siang di restaurant yang ada di hotel tersebut.

Tanpa Arini sadari Harfan dan keluarganya memperhatikannya dan sudah mendengar percakapan Arini dengan Zizi dan Bagas.

Harfan berjalan bersama putrinya Shakilla diikuti oleh kedua orangtuanya yang membimbing Eshan di belakang. Karena Arini melangkah cepat sambil menutup mukanya akhirnya menabrak Harfan.

"Tidak apa-apa nona, lain kali hati-hati kalau jalan." jawab Harfan sambil melangkahkan kakinya kembali.

Buugghh... terdengar seperti ada yang jatuh.

Harfan menoleh ke belakang ternyata gadis yang menabraknya itu jatuh pingsan.

"Harfan tolong bantu gadis ini...sepertinya pingsan." ucap Ratih

Harfan pun segera menghampiri Arini dan mencoba membangunkan Arini dengan menepuk pelan lengannya.

"Alah tuan paling dia hanya cari perhatian doank ga usah peduliin," Zizi menghampiri Harfan

"Bukannya anda mengenali dia nona?" tanya Harfan ke Zizi

"Kenal? Hahaha... Saya ga sudi ngurusin dia, kalau anda mau ngurus dia, urus saja sendiri," tukas Zizi kembali sambil tetap melangkahkan kakinya bersama Bagas meninggalkan Arini yang pingsan.

Ratih dan Widjanarko menggeleng-gelengkan kepala melihat sikap Zizi dan Bagas.

"Ya sudah Fan kita bawa pulang ke rumah saja Fan gadis ini, kasihan melihatnya." ucap Widjanarko

"Tapi Pa, makan siangnya bagaimana?" tanya Harfan kembali.

"Ga papa, kita tunda dulu. Gimana sama cucu kakek, Shakilla dan Eshan setuju kan kita tunda dulu? Kasihan tante ini lagi sakit." tanya Widjanarko ke cucunya.

"Shakilla setuju kek, kasihan tantenya!" Ucap Shakilla

Akhirnya Harfan pun menyetujuinya dan membawa pulang Arini yang masih belum sadar dan pingsan. Sambil di jalan menelpon dokter pribadi mereka agar datang ke rumah mereka.

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!