Bab 2. PESAN TERAKHIR

Esok hari upacara pemakaman Fahira dilaksanakan. Harfan didampingi oleh kedua orang tuanya Widjanarko dan Ratih serta kedua anaknya Shakilla dan Eshan menghantarkan Fahira ke tempat peristirahatan terakhirnya. Beberapa kerabat dan relasi dari keluarga Harfan pun ikut mengiringi pemakaman Fahira.

Kesedihan terlihat nyata dari Harfan dan kedua anaknya atas kepergian Fahira, terlihat beberapa kali Harfan menghapus buliran air mata di sudut matanya. Harfan berusaha menguatkan dirinya untuk tegar di depan kedua anaknya. Kedua orang tua Harfan, Widjanarko dan Ratih pun terlihat sangat terpuruk dari muka mereka yang sendu karena kehilangan menantu kesayangan mereka yang sudah mereka anggap seperti putri mereka sendiri.

Setelah upacara pemakaman Fahira selesai, beberapa kerabat dan relasi yang datang untuk melayat menyaksikan pemakaman Fahira beranjak meninggalkan TPU tersebut. Sekarang terlihat hanya keluarga inti saja yang masih memandangi gundukan tanah yang masih basah.

"Harfan, mari kita pulang sudah gerimis, kasihan Shakilla dan Eshan," ajak Ratih ke anaknya yang masih memegang pusara istrinya.

"Iya ma," Jawab Harfan menuruti perkataan mamanya.

Harfan memandangi kedua anaknya, terlihat yang paling terpukul adalah Shakilla yang sudah mengerti kalau mamanya sudah meninggal kembali ke pangkuan Sang Pencipta. Sedangkan Eshan menjadi sedikit gelisah semenjak kemaren sore ketika Fahira dinyatakan meninggal. Harfan pun mendekati Shakilla dan Eshan, dan memeluk kedua anaknya. Dan akhirnya mereka pun meninggalkan TPU itu, Shakilla di bimbing oleh Ratih dan Widjanarko sedangkan Harfan berjalan di belakang mereka sambil menggendong putra bungsunya.

***

Seminggu sudah kepergian Fahira, rasa duka dari keluarga Widjanarko masih terasa. Harfan menjadi lebih pendiam dan banyak melamun. Sedangkan kedua anaknya pun juga terlihat sering murung.

Ketika Harfan duduk di taman belakang, Ratih pun menghampiri anaknya untuk menyerahkan Flash Disk yang pernah dititipkan Fahira ke Ratih mertuanya.

"Fan...mama mau ngasih amanat dari Fahira," Ratih menyodorkan Flash Disk itu ke Harfan.

"Mama berharap sekali kamu untuk bangkit, ikhlaskan Fahira, karena Fahira sudah tenang di sana. Kamu jangan berlarut - larut dengan kepergian Fahira, jalan kamu masih panjang Fan. Lihat Shakilla dan Eshan, mereka semakin hari semakin murung, melihat papanya seperti ini. Harusnya kamu menguatkan mereka berdua Fan, mereka butuh papanya," tutur Ratih kembali.

"Iya ma, Harfan akan berusaha ma," jawab Harfan sambil menatap mamanya dengan sendu.

"Sebaiknya kamu segera melihat isi dari Flash Disk itu, jangan lupa ajak Shakilla dan Eshan ya Fan," ujar Ratih kembali.

Harfan pun mengangguk, sedangkan Ratih pergi meninggalkan taman belakang menuju ke dalam rumah kembali.

Sambil memandangi langit sore itu, Harfan masih disibukkan dengan pikiran-pikiran dia sendiri.

"Seminggu sudah aku seperti ini, aku harus ikhlas, dan bangkit dari keterpurukan ini, anak-anakku masih butuh aku, aku tidak boleh egois, Ya Allah kuatkan hamba untuk menghadapi dan melewati ujian ini," ujar Harfan di dalam hati menyemangati dirinya sendiri.

Beberapa menit kemudian Harfan masuk ke rumah, dan menghampiri kedua anaknya Shakilla dan Eshan di kamar.

"Shakilla ikut papa dulu sebentar ya ke ruang kerja papa, ini ada amanat dari mama, kita lihat bersama ya sayang," ajak Harfan ke putri sulungnya Shakilla, sedangkan Eshan langsung digendong Harfan.

"Iya pa...," Jawab Shakilla menuruti perkataan papanya.

Setelah sampai di ruang kerja, Harfan segera membuka Flash Disk itu, yang isinya sebuah video. Harfan segera menyambungkan ke TV agar mereka bisa melihat video itu lebih jelas.

"Hai Mas Harfan... Hai Anak-anakku Shakilla dan Eshan. Mungkin ketika kalian menonton video ini mama sudah tidak ada di dunia ini. Shakilla...Eshan maafin mama karena mama tidak bisa mendampingi kalian sampai dewasa, tapi percayalah doa mama selalu menyertai kalian berdua anakku sayang. Shakilla...mama berharap sekali Shakilla selalu menyayangi Eshan, dan selalu berbakti kepada papa, kakek dan nenek dan menyayangi mereka. Tetap menjadi anak sholeha mama ya nak. Dan semoga cita-cita kalian tercapai, dan tetap rendah hati. Shakilla... Eshan mama sangat menyayangi kalian berdua. Mas Harfan...maafin aku tidak bisa menepati janjiku untuk mendampingi mas sampai tua, membesarkan dan mendidik kedua anak kita bersama-sama. Aku berharap, ketika aku sudah tidak ada di dunia ini, mas jangan pernah larut dalam kesedihan melepaskan ku pergi. Mas Harfan... Aku percayakan kedua mutiara hati kita kepadamu mas. Didik dan sayangi mereka sampai dewasa ya mas. Jika suatu saat mas bertemu dengan seorang wanita yang baik, yang menyayangi kedua mutiara hati kita, aku ikhlaskan kamu menikahinya mas. Karena aku ingin ketika aku sudah tiada Shakilla dan Eshan tetap mendapatkan kasih sayang seorang ibu. Mas... Sekali aku minta maaf ya mas, karena meninggalkanmu dan anak-anak kita. Terima kasih atas semua kebahagiaan dan kasih sayang yang telah kamu berikan untukku mas. Terima kasih karena telah memberikan ku kesempatan untuk menjadi istrimu mas. Aku sangat mencintaimu mas..."

Video dari Fahira pun selesai. Tak terasa air mata Harfan menetes kembali, tapi cepat-cepat di usapnya kembali agar tidak terlihat oleh kedua anaknya.

"Mama...Shakilla janji ma dan akan selalu ingat pesan dari mama," Ucap Shakilla di dalam hati, dan air matanya pun menitik di pipi gadis kecil itu.

Setelah menonton video dari Fahira, Harfan pun memeluk kedua anaknya.

"Shakilla dan Eshan jangan bersedih lagi ya, ada papa yang selalu menjaga kalian berdua. Mulai sekarang kita buka lembaran baru, harus semangat lagi, karena mama akan sedih kalau melihat keadaan kita seperti sekarang ini." Bisik Harfan menyemangati kedua anaknya.

"Iya pa." jawab Shakilla sambil mengangguk.

Widjanarko dan Ratih yang berdiri di pintu keluar menyaksikan Harfan dan anaknya berpelukan sedikit lega dan bahagia, karena mendengar percakapan Harfan dengan kedua anaknya.

"Mama sedikit lega pa, semoga Harfan bisa bangkit dari keterpurukan atas kepergiaan Fahira." Ujar Ratih ke Widjanarko sambil memegang lengan pria paruh baya itu.

"Iya ma, papa juga senang, semoga Harfan secepatnya untuk segera kembali bisa bekerja di kantor." Ucap Widjanarko.

"Aamiin. " Jawab Ratih mengaminkan perkataan Widjanarko suaminya.

Ratih dan Widjanarko pun meninggalkan ruang kerja Harfan dan duduk bersantai di ruang tengah.

Tidak berapa lama kemudian di susul oleh Harfan dan kedua anaknya Shakilla dan Eshan.

"Kakek...nenek." Sapa Shakilla sedikit ceria.

"Cucu kakek sudah ada di sini saja." jawab Widjanarko ke cucunya.

"Akekkk... Enek." Eshan menyapa kakek neneknya juga tidak mau kalah dari Shakilla.

"Sini...sini Shakilla dan Eshan duduk di sini sama nenek." panggil Ratih kepada kedua cucunya untuk duduk di karpet yang sudah terbentang di ruang santai kediaman mereka.

Shakilla dan Eshan serentak mengangguk dan belari menuju ke neneknya. Ratih dan Widjanarko senang karena sudah ada sedikit keceriaan terpancar di muka mereka berdua.

Harfan duduk di salah satu sofa di ruangan keluarga tersebut dan berbincang-bincang dengan kedua orang tuanya, sambil sesekali mengajak maen Eshan dan Shakilla

"Pa besok Harfan mulai ke kantor lagi ya, kerjaan Harfan sudah menumpuk kayanya nih," Ujar Harfan tiba-tiba ke Widjanarko

"Ok fan, semakin cepat semakin baik," jawab Widjanarko senang melihat Harfan sudah mau kembali bekerja.

Sebagai orang tua Widjanarko dan Ratih tidak ingin Harfan sebagai anak satu-satunya dan pewaris keluarga Widjanarko Group berlarut-larut dalam kesedihannya.

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!