Rencana

"Terimakasih, Kak. Nggak mau mampir dulu.." Amara sedikit membungkuk di samping mobil Bian.

"Tidak, insya Allah lain kali kami aka..." ucapan Bian terhenti saat tiba-tiba seorang wanita menjewer telinga Amara dari belakang.

"Aduh, Tante apa-apaan sih?!" Amara berontak berusaha melepaskan telinganya.

"Dasar anak tidak tau diuntung. Kamu kelayapan kemana aja, hah?! Udah untung kami mau mengasuh kamu. Mau kamu diantar ke ibu kandung kamu, hah?!" Wanita yang dipanggil tante oleh Amara menyeret Amara dengan tangan masih menempel di telinga gadis itu.

"Kita pulang sekarang, Dek. Itu masalah pribadinya. Kita sudah mengantarnya pulang. Biar nanti dia jelaskan ke orang tuanya kejadian yang sebenarnya." Ucapan Chayra membuat Bian mengurungkan niatnya untuk turun. Hanya tangannya yang terkepal menahan kesal melihat perlakuan kasar wanita itu pada Amara. Bian memang tidak perduli, tetapi melihat hal itu membuatnya merasa kasihan pada gadis itu. Bian akhirnya hanya melihat Amara dari kejauhan. Gadis itu terlihat masih berdebat dengan tantenya.

"Bian, kita pulang, Dek.." Chayra menyentuh lengan adiknya yang masih menatap Amara dari kejauhan.

"Eh, iya, Kak."

"Ingat pesan Kakak, jangan pernah ikut campur urusan pribadi orang lain kalau kamu tidak mau terlibat." Chayra beralih menatap putranya setelah selesai bicara.

"Mama.." Adzra menyentuh bibir mamanya.

"I.. iya, Kak. Aku.. aku cuma kasihan melihatnya. Belum menjelaskan sudah dijewer kayak tadi. Pasti sakit banget deh. Apalagi wanita itu terlihat sangat galak. Pantesan Amara kayak gitu, orang yang mendidiknya aja kasarnya kayak gitu."

"Bian ... jangan bicara apa-apa lagi. Melihat sesuatu di rumah orang itu tidak boleh dibawa keluar. Butakan mata, tulikan pendengaran dan bisukan mulut." Chayra menatap adiknya dengan tajam.

Bian menghela nafas berat. "Iya, Kak. Mudah-mudahan aku bisa." Jawabnya, tetapi matanya masih fokus menatap Amara.

"Sebentar lagi mau masuk waktu Maghrib. Kakak tidak mau kita sampai rumah saat azan nanti."

Bian kembali menghela nafas berat. Terpaksa dia mengalihkan pandangannya dari wanita yang sedang bersitegang dengan tantenya itu. Dengan berat hati, Bian akhirnya melajukan kembali mobilnya meninggalkan tempat itu.

Malam itu ...

Bian termenung usai mendirikan shalat Isya. Penampakan Amara yang diseret dengan di tarik daun telinganya berkelebat dalam ingatannya. Bian membuang nafas kasar seraya bangkit dari depan meja belajarnya. "Ya Allah bagaimana keadaan wanita itu sekarang?" Lirihnya pelan. Ingin rasanya dia menghubungi Amara dan menanyakan keadaannya. Tapi ... hal itu tidak mungkin ia lakukan. Akan muncul berbagai macam pertanyaan dari Khanza kalau dia sampai meminta no handphone gadis itu pada Khanza.

Ting..!

Sebuah notifikasi pesan masuk. Bian mengambil handphonenya yang tertelungkup di atas meja belajarnya.

Assalamu'alaikum, Kak. Maaf mengganggu Kak Bian. Mm.. sebenarnya aku mau bertanya sesuatu. Tapi, aku takut mengganggu Kak Bian.

Bian tersenyum membaca pesan itu. Gadis ini selalu sopan padanya. Jari lentik Bian mengetik pesan balasan untuk Khanza.

Wa'alaikumsalam, Za ... mau menanyakan apa? Aku tidak sibuk kok. Baru selesai shalat dan sedang duduk di depan meja belajar. Ingin belajar, tapi nggak bisa konsentrasi.

Mm ... apa aku boleh menanyakan tentang Amara pada Kak Bian?

Sepersekian detik Bian termenung membaca balasan dari Khanza. Kebetulan dia sedang memikirkan gadis itu.

What happen, Za?

Lama tidak ada jawaban. Tapi tertulis kalau Khanza sedang mengetik pesan balasan. Tapi kenapa lama sekali. Bian mondar-mandir menunggu jawaban Khanza.

Tadi siang dia memintaku untuk mengantarnya ke tempat tujuan Kak Bian.

Akhirnya jawaban yang ditunggu datang juga. Bian tertegun lagi. "Loh, ini maksudnya apa?" Ia kembali mengirimkan pesan untuk Khanza.

Maksudnya?

Mm.. dia memintaku untuk mengikuti Kak Bian. Maaf, sebenarnya aku tidak berniat untuk memberi tahukan ini kepada Kak Bian. Tapi, aku kepikiran karena memikirkan Amara akan pulang dengan siapa.

Jangan pikirkan itu. Aku yang mengantarnya pulang. Aku hanya kasihan padanya.

Seketika raut wajah Khanza berubah mendengar jawaban Bian. Ada perasaan aneh yang menjalar di hatinya ketika Bian mengatakan dirinya yang mengantar Amara pulang. Wanita itu langsung meletakkan handphonenya lalu merebahkan tubuhnya di atas tempat tidur.

Melihat tidak ada jawaban lagi dari Khanza, Bian meletakkan handphonenya. Dirinya benar-benar tidak bisa konsentrasi belajar. Pertanyaan yang ingin dia tanyakan pada Khanza urung ia tanyakan. Ia kembali mendekati meja belajarnya dan duduk di sana. "Amara, siswi kelas sebelas A. Heh," Bian tersenyum getir pada dirinya sendiri. "Kok aku memikirkan gadis itu." Ia bersandar seraya meletakkan kedua tangannya di belakang kepala. "Kamu tidak menarik sebenarnya. Hidupmu terlalu berantakan untuk diperhitungkan. Tapi," Bian menegakkan kembali duduknya. "Kamu memprihatinkan."

*******

Pagi itu ...

"Mm.. Bu, apa Bian boleh bawa mobil hari ini?" Bian mencoba membuka percakapan saat sedang menikmati sarapan dengan Bu Santi.

"Tumben sekali, Nak. Biasanya kamu paling malas pakai mobil karena tidak mau terjebak macet."

"Mm.. iya juga sih, Bu. Tapi, Bian ..." Bian mengurungkan niatnya untuk melanjutkan kalimatnya. Dia tidak mau ibunya ikut memikirkan Amara.

"Terserah kamu saja, Nak." Bu Santi menyuapkan kembali nasi ke mulutnya. "Oh iya, kakak kamu meminta kamu untuk pulang ke rumahnya nanti. Ardian mau ke luar kota. Kakak kamu mau ditemani membeli sesuatu."

"Aku sih fine fine aja, Bu. Yang penting transferannya lancar."

"Kamu ini, Nak. Sukanya morotin kakak kamu terus. Ibu sudah bilang, kalau mau belanja pakai uang kamu saja. Ibu kan sudah menyerahkan milikmu, kenapa belanja harus menunggu di gratisin dulu."

"Itulah aku, Bu. Hehehe... nggak apa-apa, kok. Kak Ayra sudah banyak duit sekarang. Kak Ardian sudah mapan dan nggak banyak akal."

Bu Santi menggeleng-geleng mendengar ucapan putranya. "Memangnya sejak kapan kakak kamu banyak akal, Nak? Perasaan Ardian selalu baik selama ini."

Bian mendengus. "Ibu terlalu membelanya. Memangnya ibu tidak kesal dengan kelakuannya yang dulu. Membuat Kak Ayra seperti orang yang kehilangan tujuan hidup. Hmm.. sudahlah, jadi nggak nafsu makan kalau mengingat hal itu. Rasanya ingin ku tonjok mukanya kalau mengingat hal itu."

"Sssttt... Bian kenapa ngomong gitu, Nak? Jadi selama ini kamu dendam sama kakak ipar kamu?"

"Iya.. nggak kayak gitu juga sih, Bu. Mm.. Bian berangkat dulu kalau begitu, Bu." Bian bangkit seraya menyodorkan tangannya pada Bu Santi.

"Hati-hati bawa kendaraannya, Nak."

"Iya, Bu. Assalamu'alaikum..."

Bian meninggalkan ruang makan lalu kembali ke kamarnya. Mengambil jaket yang tersampir di kursi belajarnya.

Ting...!

Bian menoleh ke arah handphonenya saat akan beranjak keluar.

Niko : Bi, gue udah di depan rumah lho. Lho jadi bawa mobil kan? Soalnya gue mau nebeng. Gue pakai ojol kemari.

Bian tersenyum membaca pesan itu. Si Niko temannya yang paling kere itu selalu gila gratisan. Padahal dia cuma cerita lewat chat semalam, kalau hari ini dia ingin membawa mobil. Eh, paginya Niko langsung on dan menunggu untuk dibawa ke sekolah.

Bian sengaja membawa mobil karena ingin mencari tahu tentang kejadian yang menimpa Amara kemarin. Khanza sepertinya tidak mau diajak membicarakan hal itu, sehingga semalam dia tidak membalas chat dari Bian.

Niko tersenyum saat melihat Bian keluar dari dalam rumahnya. "Lama banget sih lho, Bi. Gue udah sepuluh menit menunggu."

"Siapa suruh menunggu."

"Lho ah, kayak orang yang nggak kenal gue aja."

Bian hanya tersenyum kecil. Ia melangkah ke Garasi untuk mengeluarkan mobilnya.

"Wuuuiiihh ... mobil lho keren banget, Bi. Cewek-cewek di sekolah pasti pada menganga menatap lho nanti. Lho pasti akan terlihat semakin keren.."

"Jangan ngomong ngelantur, Nik. Buruan naik kalau kamu mau ikut ke sekolah."

Niko langsung membuka pintu mobil. "Ah, lho sering nggak asyik kalau di ajak ngomongin cewek. Padahal cewek-cewek di sekolah sudah pasti tertarik sama lho."

"Tapi gue yang nggak tertarik untuk membahas hal yang begituan." Timpal Bian ketus.

"Tapi lho normal kan, Bi?"

Plak..!

Satu pukulan melayang ke kepala Niko. "Jaga omongan kamu, Nik. Gila lu bilang aku nggak normal segala. Mau diturunin di tengah jalan lu nanti?" Bian melengos kesal.

"Nggak, nggak ... sorry, Bro. Just kidding.." Niko mengusap-usap kepalanya yang dipukul Bian. Ia hanya berani melirik ke arah Bian.

Bian akhirnya menghidupkan mesin mobilnya setelah Niko tidak berisik lagi.

********

Episodes
1 Awal mula
2 Wanita ceroboh
3 Kamu membingungkan
4 Rencana
5 Keturunan Sultan, kah?
6 Diantar berobat seperti kencan
7 Perasaan berbunga-bunga Amara
8 Hidup tidak akan berarti kalau tidak shalat
9 Prasangka Amara
10 Percakapan singkat membuka sedikit tabir
11 Hidayah
12 Ternyata dia bermuka dua
13 Ketulusan
14 Cemburu atau apa?
15 Hadiah untuk orang yang tulus
16 Hidup Amara lebih berwarna
17 Kekesalan salah kaprah
18 Berubahlah karena Allah
19 Sifat Amara masih membingungkan
20 Mereka menggunjing Amara
21 Penderitaan Amara
22 Perlakuan Bian
23 Harus mengalah demi kebaikan
24 Dilema Bian
25 Nasehat untuk Amara
26 Ujian pertemanan
27 Penilaian Bian
28 Kebaikan seorang Bian
29 Pertikaian
30 Pertikaian part 2
31 Isi hati masing-masing
32 Kekhawatiran Bian
33 Di Apartemen Bian
34 Wanita rakus
35 I don't understand
36 Kacamata Besar Amara
37 Sahabat baru untuk Amara
38 Makanan galonnya tidak bergizi
39 Asiten Kak Ayra kepoan
40 Keputusan Amara
41 Adzra rindu berat
42 Canggung
43 Tidak mau menyakiti wanita
44 Reaksi Bian
45 Bersiap patah hati
46 Amara, beginilah rasanya
47 Amara masih galau
48 Salah diartikan
49 Kelembutan Ibu
50 Pesan dari Ibu
51 Bian Cemburu kah?
52 Gengsi dibilang cemburu
53 Pesona Seorang Bian
54 Salah jalur atau lupa jalur
55 Jangan pura-pura berubah
56 Pengakuan Bian
57 Akal cerdas Bian
58 Sikap Aneh Bian
59 Bian ingin bertemu
60 Akal Bulus Ameena
61 Pertemuan manis
62 Pertemuan manis sesungguhnya
63 Pertemuan Manis Sesungguhnya (part 2)
64 Satpam Menyebalkan
65 Soulmate
66 Arti Menjaga Versi Bian
67 Ameena yang banyak bicara
68 Terciduk
69 Terciduk 2
70 Kak Ayra Cerewet
71 Keterbukaan
72 Pertimbangan
73 Kedatangan Kakek dan Nenek
74 Sifat Asli Bian
75 Masakan Penuh Cinta
76 Tamu Tak Diundang Kena Mental
77 Ngaku Maco tapi KO
78 Tawakal pada Allah
79 Penentangan Bian
80 Rara ... kamu dimana?
81 Pertemuan dengan Calon Mertua
82 Ra, Nikah yuk!
83 Hadiah dari Kakek
84 Pesan Kakek untuk Amara
85 Kejutan untuk Bian
86 Cobaan untuk Bian
87 Keputusan Amara
88 Suasana baru
89 Ditindas Calon Kakak Ipar
90 Semua Bisa diperbaiki Selama Mau Belajar
91 Tragedi di Acara Makan Malam
92 Pertikaian Masih Berlanjut
93 Maafkan Aku, Ra
94 Sebuah Janji Setia
95 Sulit Menyembunyikan Semuanya
96 Surprise...
97 Kecewa Tingkat Dewa
98 Akhir dari Sebuah Drama
99 Dalam Masa Pemulihan
100 Kaku atau Malu
101 Pengobat Hati Penawar Rindu
102 Ketulusan
103 Datang tak dijemput Pulang tak diantar
104 Jangan Sentuh Milikku
105 Bukan Kesalahan tapi Kecelakaan
106 Pembicaraan Serius
107 Saling Menjaga Aset itu Penting
108 Nenek Pengacau
109 Tidak Selemah itu
110 Status Aman Selama Suami Masih Cinta
111 Kecurigaan Bian
112 Menemui Kakek
113 Amara...
114 Amara hilang
115 Allah Membayar Tunai
116 Tempat Asing
117 Perjuangan
118 Kebenaran untuk Myta
119 Ketegasan Bian
120 Seberkas Cahaya Harapan
121 Nomor Telepon Asing
122 Mencari Tau
123 Saran Daniel
124 Kecelakaan Pembawa Berkah
125 Kesalahan Daniel
126 Ajakan Bian
127 Kebahagiaan Bian
128 Kabar dari Orang-Orang Tersayang
129 Mengambil Pelajaran dari Daniel
130 Ilmu yang Utama, Wajah Tampan Hanya Pelengkap
131 Kakek Memprihatinkan
132 Amara Bimbang
133 Proses yang Tidak Mudah
134 Pengorbanan Demi Cinta
135 Perjuangan Daniel
136 Ketakutan Myta
137 Ada Apa dengan Bian
138 Omelan Pedas Chayra
139 Menuju Sidang Isbat
140 Sidang Isbat Penentuan Jumlah Mahar
141 Butuh Waktu Berdua
142 Akad Nikah
143 Kenyataan Pahit untuk Bian
144 Aku Suamimu, Ra
145 Bulan Madu di Rumah Sakit
146 Kekurangan Asupan Gizi
147 Perawatan Lengkap
148 One Night with You
149 One Night with You part 2
150 Sakitnya Berlaku untuk yang Pertama Kali Saja
151 Posesifnya over dosis
152 Kedatangan Tamu tak diundang
153 Pil Kontrasepsi
154 Masalahnya Tidak Sesimpel yang di Bayangkan
155 Kode Ingin Honeymoon
156 Salah diartikan
157 Berani Melawan
158 Kamu Tidak Bersalah, Ra
159 Kok Nenek yang Sewot
160 Keputusan Kakek
161 Bayangan Kehidupan Masa Depan
162 Wanita adalah Ratu dalam Rumah Tangga
163 Ikhtiarnya Belum Membuahkan Hasil
164 Dari Poweranger menjadi Powermanja
165 Kado Terindah untuk Bian
166 Surprise...
167 Belajar Menjadi Pawang Singa
168 Pesta Keluarga Akmal
169 Sakit tapi Tidak Berdarah
170 Menyepelekan Keadaan
171 Nasehat Ibu Mertua
172 Tanggung Akibatnya Sendiri
173 Ancaman Maut
174 Pengorbanan Seorang Sahabat
175 Memaafkan itu Indah
176 Lembaran Baru
177 Bian Manja Lagi
178 Wanita itu Ternyata Dia
179 Memiliki Cara Tersendiri
180 Kamu Menyebalkan
181 Membandingkan Dia dengan Kamu
182 Fakta di Balik Berita
183 Dia Benar-benar Putra Ari
184 Berdiskusi dengan Kepala Dingin
185 Ini adalah Bukti Sekaligus Hasil
186 Adu Kuat
187 Amara Sakit
188 Permintaan Aneh Amara
189 Perjuangan Seorang Suami
190 Perjuangan Seorang Suami Part 2
191 Karena Aku Mencintaimu
192 Rencana Terselubung Dua Pria
193 Butuh Waktu Berdua
194 Kamu Berarti untukku
195 Rencana Siapa?
196 Membalas Cerdas
197 Bukan Wanita Bersumbu Pendek
198 Bahagia itu Sederhana
199 Sarapan Sehat Ala Bian
200 Mau Menyalahkan Siapa?
201 Cerita di Balik Layar
202 Kenyataan Pahit untuk Bian
203 Kenyataan Pahit untuk Bian part 2
204 Ketegasan Bian
205 Tindakan Kakek
206 Keputusan yang Tidak Bisa di Gugat
207 Hadiah Kecil dari Kakek
208 Aqiqah Sekaligus Pemberian Nama
209 Perdebatan
210 Permohonan Edward
211 Berita Duka
212 Akan Indah pada Waktunya
213 Bertemu dengan Khanza
214 Permintaan Maaf Khanza
215 Buah dari Sebuah Kesabaran
216 Ektra Part
Episodes

Updated 216 Episodes

1
Awal mula
2
Wanita ceroboh
3
Kamu membingungkan
4
Rencana
5
Keturunan Sultan, kah?
6
Diantar berobat seperti kencan
7
Perasaan berbunga-bunga Amara
8
Hidup tidak akan berarti kalau tidak shalat
9
Prasangka Amara
10
Percakapan singkat membuka sedikit tabir
11
Hidayah
12
Ternyata dia bermuka dua
13
Ketulusan
14
Cemburu atau apa?
15
Hadiah untuk orang yang tulus
16
Hidup Amara lebih berwarna
17
Kekesalan salah kaprah
18
Berubahlah karena Allah
19
Sifat Amara masih membingungkan
20
Mereka menggunjing Amara
21
Penderitaan Amara
22
Perlakuan Bian
23
Harus mengalah demi kebaikan
24
Dilema Bian
25
Nasehat untuk Amara
26
Ujian pertemanan
27
Penilaian Bian
28
Kebaikan seorang Bian
29
Pertikaian
30
Pertikaian part 2
31
Isi hati masing-masing
32
Kekhawatiran Bian
33
Di Apartemen Bian
34
Wanita rakus
35
I don't understand
36
Kacamata Besar Amara
37
Sahabat baru untuk Amara
38
Makanan galonnya tidak bergizi
39
Asiten Kak Ayra kepoan
40
Keputusan Amara
41
Adzra rindu berat
42
Canggung
43
Tidak mau menyakiti wanita
44
Reaksi Bian
45
Bersiap patah hati
46
Amara, beginilah rasanya
47
Amara masih galau
48
Salah diartikan
49
Kelembutan Ibu
50
Pesan dari Ibu
51
Bian Cemburu kah?
52
Gengsi dibilang cemburu
53
Pesona Seorang Bian
54
Salah jalur atau lupa jalur
55
Jangan pura-pura berubah
56
Pengakuan Bian
57
Akal cerdas Bian
58
Sikap Aneh Bian
59
Bian ingin bertemu
60
Akal Bulus Ameena
61
Pertemuan manis
62
Pertemuan manis sesungguhnya
63
Pertemuan Manis Sesungguhnya (part 2)
64
Satpam Menyebalkan
65
Soulmate
66
Arti Menjaga Versi Bian
67
Ameena yang banyak bicara
68
Terciduk
69
Terciduk 2
70
Kak Ayra Cerewet
71
Keterbukaan
72
Pertimbangan
73
Kedatangan Kakek dan Nenek
74
Sifat Asli Bian
75
Masakan Penuh Cinta
76
Tamu Tak Diundang Kena Mental
77
Ngaku Maco tapi KO
78
Tawakal pada Allah
79
Penentangan Bian
80
Rara ... kamu dimana?
81
Pertemuan dengan Calon Mertua
82
Ra, Nikah yuk!
83
Hadiah dari Kakek
84
Pesan Kakek untuk Amara
85
Kejutan untuk Bian
86
Cobaan untuk Bian
87
Keputusan Amara
88
Suasana baru
89
Ditindas Calon Kakak Ipar
90
Semua Bisa diperbaiki Selama Mau Belajar
91
Tragedi di Acara Makan Malam
92
Pertikaian Masih Berlanjut
93
Maafkan Aku, Ra
94
Sebuah Janji Setia
95
Sulit Menyembunyikan Semuanya
96
Surprise...
97
Kecewa Tingkat Dewa
98
Akhir dari Sebuah Drama
99
Dalam Masa Pemulihan
100
Kaku atau Malu
101
Pengobat Hati Penawar Rindu
102
Ketulusan
103
Datang tak dijemput Pulang tak diantar
104
Jangan Sentuh Milikku
105
Bukan Kesalahan tapi Kecelakaan
106
Pembicaraan Serius
107
Saling Menjaga Aset itu Penting
108
Nenek Pengacau
109
Tidak Selemah itu
110
Status Aman Selama Suami Masih Cinta
111
Kecurigaan Bian
112
Menemui Kakek
113
Amara...
114
Amara hilang
115
Allah Membayar Tunai
116
Tempat Asing
117
Perjuangan
118
Kebenaran untuk Myta
119
Ketegasan Bian
120
Seberkas Cahaya Harapan
121
Nomor Telepon Asing
122
Mencari Tau
123
Saran Daniel
124
Kecelakaan Pembawa Berkah
125
Kesalahan Daniel
126
Ajakan Bian
127
Kebahagiaan Bian
128
Kabar dari Orang-Orang Tersayang
129
Mengambil Pelajaran dari Daniel
130
Ilmu yang Utama, Wajah Tampan Hanya Pelengkap
131
Kakek Memprihatinkan
132
Amara Bimbang
133
Proses yang Tidak Mudah
134
Pengorbanan Demi Cinta
135
Perjuangan Daniel
136
Ketakutan Myta
137
Ada Apa dengan Bian
138
Omelan Pedas Chayra
139
Menuju Sidang Isbat
140
Sidang Isbat Penentuan Jumlah Mahar
141
Butuh Waktu Berdua
142
Akad Nikah
143
Kenyataan Pahit untuk Bian
144
Aku Suamimu, Ra
145
Bulan Madu di Rumah Sakit
146
Kekurangan Asupan Gizi
147
Perawatan Lengkap
148
One Night with You
149
One Night with You part 2
150
Sakitnya Berlaku untuk yang Pertama Kali Saja
151
Posesifnya over dosis
152
Kedatangan Tamu tak diundang
153
Pil Kontrasepsi
154
Masalahnya Tidak Sesimpel yang di Bayangkan
155
Kode Ingin Honeymoon
156
Salah diartikan
157
Berani Melawan
158
Kamu Tidak Bersalah, Ra
159
Kok Nenek yang Sewot
160
Keputusan Kakek
161
Bayangan Kehidupan Masa Depan
162
Wanita adalah Ratu dalam Rumah Tangga
163
Ikhtiarnya Belum Membuahkan Hasil
164
Dari Poweranger menjadi Powermanja
165
Kado Terindah untuk Bian
166
Surprise...
167
Belajar Menjadi Pawang Singa
168
Pesta Keluarga Akmal
169
Sakit tapi Tidak Berdarah
170
Menyepelekan Keadaan
171
Nasehat Ibu Mertua
172
Tanggung Akibatnya Sendiri
173
Ancaman Maut
174
Pengorbanan Seorang Sahabat
175
Memaafkan itu Indah
176
Lembaran Baru
177
Bian Manja Lagi
178
Wanita itu Ternyata Dia
179
Memiliki Cara Tersendiri
180
Kamu Menyebalkan
181
Membandingkan Dia dengan Kamu
182
Fakta di Balik Berita
183
Dia Benar-benar Putra Ari
184
Berdiskusi dengan Kepala Dingin
185
Ini adalah Bukti Sekaligus Hasil
186
Adu Kuat
187
Amara Sakit
188
Permintaan Aneh Amara
189
Perjuangan Seorang Suami
190
Perjuangan Seorang Suami Part 2
191
Karena Aku Mencintaimu
192
Rencana Terselubung Dua Pria
193
Butuh Waktu Berdua
194
Kamu Berarti untukku
195
Rencana Siapa?
196
Membalas Cerdas
197
Bukan Wanita Bersumbu Pendek
198
Bahagia itu Sederhana
199
Sarapan Sehat Ala Bian
200
Mau Menyalahkan Siapa?
201
Cerita di Balik Layar
202
Kenyataan Pahit untuk Bian
203
Kenyataan Pahit untuk Bian part 2
204
Ketegasan Bian
205
Tindakan Kakek
206
Keputusan yang Tidak Bisa di Gugat
207
Hadiah Kecil dari Kakek
208
Aqiqah Sekaligus Pemberian Nama
209
Perdebatan
210
Permohonan Edward
211
Berita Duka
212
Akan Indah pada Waktunya
213
Bertemu dengan Khanza
214
Permintaan Maaf Khanza
215
Buah dari Sebuah Kesabaran
216
Ektra Part

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!