Kamu membingungkan

Bian membawa kakaknya menuju pusat perbelanjaan dengan santai. Hal ini sudah menjadi aktifitas rutinnya ketika kakaknya itu butuh bantuan. Musibah buruk yang menimpa kakaknya beberapa tahun yang lalu membuatnya ekstra menjaga kakaknya itu. Sebenarnya bukan hanya Bian, seluruh anggota keluarga yang lain selalu memberikan perhatian yang lebih pada Chayra. Bahkan, kakek mereka yang merupakan seorang pengusaha sukses dan sangat terkenal sudah mengirimkan pasukan khusus untuk menjaga kedua cucunya.

"Ya Allah, ngapain sih mereka pakai ngikutin kita segala, Kak?! Ish.." Bian mendesah saat mobil hitam di belakang mobil mereka terus saja melaju mengikuti arah kendaraannya.

"Istighfar, Dek. Biarin aja kenapa. Toh, mereka hanya mengikuti kita, tapi mereka tidak mengganggu kita kan?"

"Tetap saja aku tidak nyaman, Kak. Ada penjaga itu menyebalkan. Kayak anak sultan aja, mesti di jaga seperti ini." Bian melengos sambil terus memperhatikan mobil di belakangnya.

"Jangan ngeluh, Dek. Ini adalah usaha Kakek untuk menjaga kita. Syukur-syukur kita punya Kakek yang sangat sayang sama kita."

"Tapi akunya nggak nyaman, Kak. Beberapa kali teman-teman aku sampai terkejut saat ada laki-laki tegap yang terus mengikutiku. Mereka pikir aku akan diculik. Mau jelasin kalau itu penjaga aku, nggak enak juga. Mereka malah mengira aku anak sok kaya nanti."

"Tidak usah diperhatikan makanya. Kalau kamu perhatikan terus, kamu akan merasa terganggu." Chayra mengalihkan perhatiannya ke benda gepeng di tangannya.

Bian kembali fokus menyetir. Tetapi...

"Loh, itu kan temen aku yang tadi, Kak." Bian menepikan kendaraannya saat melihat Amara yang sedang duduk di pinggir jalan. Chayra mengangkat wajahnya, menatap orang yang dimaksud adiknya.

"Iya, Dek. Kamu tunggu di sini, biar Kakak yang samperin."

"Aku ikut turun aja, Kak. Kalau dia nggak kenal Kak Ayra, bagaimana?"

"Teman kamu itu membingungkan, deh."

"Tadi dia sempat minta nebeng pas mau pulang. Tapi..." Bian menghentikan ucapannya saat tangan Chayra melayang di pundaknya. "Aduh, sakit, Kak!" Kak Ayra apaan sih?"

"Tega kamu sama dia. Mungkin aja tidak ada orang yang menjemputnya, makanya dia minta tolong."

"Dia itu membuat aku bingung, Kak. Di Sekolah juga penampilannya terkadang membuat teman-teman yang lain eneg sama dia. Pakaiannya kusut jarang di setrika, rambutnya juga seperti jarang di sisir. Padahal dua temannya yang lain memakai hijab. Heran aja aku, Kak."

"Udah ah, kamu samperin dia. Kakak kasihan jadinya sama dia. Kalau dia memang nggak ada teman pulang, ajak saja kemari. Kita tidak akan telat kalau hanya sekedar mengantar dia pulang."

"Wokay, Kak. Intinya aku nebeng bayar barang aku nanti sama Kakak."

"Iya, asalkan kamu tau batasan. Jangan membeli sesuatu yang sekiranya kamu tidak membutuhkannya."

Bian hanya tersenyum kecil seraya beranjak keluar. Dengan langkah gontai, ia menghampiri Amara yang sedang duduk menunduk menutup wajahnya dengan telapak tangan.

"Assalamu'alaikum.." Bian sedikit membungkukkan badannya di depan Amara.

"Wa'alai... eh, kenapa ada Kak Bian?" Amara menepuk-nepuk pipinya.

"Kenapa kamu belum pulang?" Bian tidak menghiraukan ekspresi terkejut Amara.

"Mm.. anu, Kak.."

"Kalau kamu tidak ada teman pulang, ikut saja dengan ku. Kakakku tidak keberatan kok."

"Aku tidak mau merepotkan Kak Bian."

"Nggak apa-apa kok. Daripada kamu duduk nggak jelas seperti ini. Kamu tau nggak, kalau kamu terlihat seperti siswi yang bolos sekolah. Ayo ikut aku.."

"Hmm... hehehe.." Amara akhirnya bangkit. Ia setengah berlari mengejar Bian yang berjalan dengan kecepatan penuh.

"Kamu duduk di jok belakang ya.. soalnya di depan ada kakak aku."

"Terimakasih, Kak Bian. Semoga Kak Bian semakin tampan dan mapan ke depannya."

"Hah..?" Serentak Bian dan Chayra menoleh ke arah Amara dengan ekspresi terkejut.

"Eh, aku salah ngomong ya. Mm... maaf, Kak." Amara akhirnya menggaruk-garuk kepalanya bingung.

Amara POV...

Buseeeet...

Ya ampun.. kenapa malunya sampai ke ubun-ubun seperti ini. Huh, kenapa coba aku bisa malu seperti ini. Padahal aku selalu ceplas-ceplos bicara sama orang lain. Kenapa bicara dengan Kak Bian selalu saja membuatku salah tingkah.

Aku melirik ke arah kakaknya Kak Bian. Ck, orangnya benar-benar cantik. Tadi pas pakai cadar kelihatannya biasa-biasa aja. Ternyata benar, kalau kecantikan wanita itu tersembunyi di balik cadar. Ah, aku ngomong apaan sih. Kayak orang yang menutup aurat dengan sempurna aja. Jangankan pakai cadar, pakai jilbab aja hati ini belum kebuka sampai kesana. Kakaknya Kak Bian melepas cadarnya hanya sebentar. Sepertinya dia hanya memperbaikinya saja.

Ya ampun ... rasanya meleleh melihat senyumannya. Pantas saja suaminya nemplok terus tadi. Orangnya cantik begini. Hadeh, jauh bumi dan langit kalau kayak gini ceritanya.

"Dek, rumah kamu dimana?"

"Eh, Kakak tanya aku?" Aku menunjuk diriku sendiri dengan gaya sok polos.

"Iya, rumah kamu dimana? Bian akan mengantar kamu terlebih dahulu. Setelah itu baru dia akan menemani Kakak belanja."

"Mm.. ada di jalan mangga nomor lima belas, Kak."

"Astagfirullah, rumah kamu jauh bener. Kalau begini ceritanya kita harus putar balik lagi dong, Kak. Kan jalan itu berada di sebelah Utara kantornya Kak Ardian."

"Ng.. nggak usah repot-repot, Kak. Aku nggak apa-apa kok, kalau harus ikut kalian terlebih dahulu. Nanti aku bisa minta tolong di antar setelah Kakak selesai belanja."

"Tapi kamu masih pakai seragam." Kak Bian berkata tegas padaku.

"Ng.. nggak apa-apa juga, Kak. Aku akan menunggu di dalam mobil nanti." Aku menunduk sambil menyelipkan rambutku ke belakang telinga. Benar-benar mati gaya aku kali ini. Tumben banget hati ini tidak sinkron dengan mulut. Aku melirik ke arah dua orang di depanku. Salah, bukan dua orang, tapi tiga. Ada bocah gembul yang sedang tidur di atas pangkuan ibunya. Benar-benar menggemaskan ni bocah. Pipinya sampai kembung karena terlalu gemuk.

Kak Bian terlihat fokus membawa mobil. Sedangkan kakaknya asyik menepuk-nepuk pantat anaknya sambil membacakan sholawat. Wah, benar-benar terlihat adem ayem.

"Apa orang tua kamu tidak akan marah kalau kamu terlalu telat pulangnya. Kak Ayra belanjanya lama soalnya." Kak Bian tiba-tiba membuka percakapan lagi.

"Nggak, Kak."

"Kamu ini kenapa membingungkan seperti ini. Lain kali jelaskan keadaan ini padaku. Aku tidak puas dengan jawaban kamu saat ini."

Deg..!

Jantungku terasa mau copot mendengar ucapan Kak Bian. Apakah kebohonganku terlalu kentara dari tadi, sehingga Kak Bian sampai bingung? Terus, apakah ke depannya aku akan menceritakan kejadian yang sebenarnya pada Kak Bian. Aduh, kok aku jadi merasa bersalah seperti ini sih.

"Dek..." aku melirik ke depan saat mendengar suaranya Kak Ayra. Eh, benar kan namanya Kak Ayra tadi. Wanita yang anggunnya sampai membuat mulutku menganga sampai tidak sadar ada lalat yang masuk satu genggam. Hadeh, kok aku ngomong ngawur-ngelantur nggak jelas seperti ini ya..

Orangnya sedang menatap Kak Bian dengan tajam. Sepertinya dia tidak suka mendengar ucapan Kak Bian yang meminta penjelasan dariku.

"Setiap orang memiliki masalah pribadi. Kamu tidak berhak untuk ikut campur dengan masalah orang lain. Kamu ini sudah gede juga, masih aja ngomong ketus sama orang."

Waaahh ... ternyata orangnya bijak kayak gini. Aduh, kok aku jadi malu sendiri ya..

Siapa aku yang mengusik perjalanan mereka. Tapi, tadi kan aku tidak berniat untuk nebeng. Siapa suruh Kak Bian menghampiriku dan memintaku untuk ikut dengannya.

Tiba-tiba mobil berhenti di depan sebuah Masjid. Sedang azan Asar ternyata. Aku mah nggak pernah memperdulikan hal itu. Tapi ... aku malu kalau tidak ikut turun untuk shalat bersama mereka.

"Kita shalat dulu ya, Dek. Nggak apa-apa kan?" Kak Ayra menatapku lembut.

"Eh, iya, Kak. Nggak apa-apa."

"Kalau kita sudah shalat, nanti bisa belanja dengan santai." Kak Ayra turun duluan. Si gembul masih nemplok tidur dalam gendongan ibunya. "Mm.. biar adeknya sama aku dulu, Kak. Nanti kita shalatnya gantian." Aku mencoba menawarkan karena kasihan melihatnnya.

"Alhamdulillah, terimakasih ya, Dek. Mudah-mudahan Adzra tidak bangun nanti." Kak Ayra menyerahkan Adzra kepadaku. Anak itu hanya menggeliat pelan lalu kembali terlelap. Aku langsung memeluknya hangat.

**********

Episodes
1 Awal mula
2 Wanita ceroboh
3 Kamu membingungkan
4 Rencana
5 Keturunan Sultan, kah?
6 Diantar berobat seperti kencan
7 Perasaan berbunga-bunga Amara
8 Hidup tidak akan berarti kalau tidak shalat
9 Prasangka Amara
10 Percakapan singkat membuka sedikit tabir
11 Hidayah
12 Ternyata dia bermuka dua
13 Ketulusan
14 Cemburu atau apa?
15 Hadiah untuk orang yang tulus
16 Hidup Amara lebih berwarna
17 Kekesalan salah kaprah
18 Berubahlah karena Allah
19 Sifat Amara masih membingungkan
20 Mereka menggunjing Amara
21 Penderitaan Amara
22 Perlakuan Bian
23 Harus mengalah demi kebaikan
24 Dilema Bian
25 Nasehat untuk Amara
26 Ujian pertemanan
27 Penilaian Bian
28 Kebaikan seorang Bian
29 Pertikaian
30 Pertikaian part 2
31 Isi hati masing-masing
32 Kekhawatiran Bian
33 Di Apartemen Bian
34 Wanita rakus
35 I don't understand
36 Kacamata Besar Amara
37 Sahabat baru untuk Amara
38 Makanan galonnya tidak bergizi
39 Asiten Kak Ayra kepoan
40 Keputusan Amara
41 Adzra rindu berat
42 Canggung
43 Tidak mau menyakiti wanita
44 Reaksi Bian
45 Bersiap patah hati
46 Amara, beginilah rasanya
47 Amara masih galau
48 Salah diartikan
49 Kelembutan Ibu
50 Pesan dari Ibu
51 Bian Cemburu kah?
52 Gengsi dibilang cemburu
53 Pesona Seorang Bian
54 Salah jalur atau lupa jalur
55 Jangan pura-pura berubah
56 Pengakuan Bian
57 Akal cerdas Bian
58 Sikap Aneh Bian
59 Bian ingin bertemu
60 Akal Bulus Ameena
61 Pertemuan manis
62 Pertemuan manis sesungguhnya
63 Pertemuan Manis Sesungguhnya (part 2)
64 Satpam Menyebalkan
65 Soulmate
66 Arti Menjaga Versi Bian
67 Ameena yang banyak bicara
68 Terciduk
69 Terciduk 2
70 Kak Ayra Cerewet
71 Keterbukaan
72 Pertimbangan
73 Kedatangan Kakek dan Nenek
74 Sifat Asli Bian
75 Masakan Penuh Cinta
76 Tamu Tak Diundang Kena Mental
77 Ngaku Maco tapi KO
78 Tawakal pada Allah
79 Penentangan Bian
80 Rara ... kamu dimana?
81 Pertemuan dengan Calon Mertua
82 Ra, Nikah yuk!
83 Hadiah dari Kakek
84 Pesan Kakek untuk Amara
85 Kejutan untuk Bian
86 Cobaan untuk Bian
87 Keputusan Amara
88 Suasana baru
89 Ditindas Calon Kakak Ipar
90 Semua Bisa diperbaiki Selama Mau Belajar
91 Tragedi di Acara Makan Malam
92 Pertikaian Masih Berlanjut
93 Maafkan Aku, Ra
94 Sebuah Janji Setia
95 Sulit Menyembunyikan Semuanya
96 Surprise...
97 Kecewa Tingkat Dewa
98 Akhir dari Sebuah Drama
99 Dalam Masa Pemulihan
100 Kaku atau Malu
101 Pengobat Hati Penawar Rindu
102 Ketulusan
103 Datang tak dijemput Pulang tak diantar
104 Jangan Sentuh Milikku
105 Bukan Kesalahan tapi Kecelakaan
106 Pembicaraan Serius
107 Saling Menjaga Aset itu Penting
108 Nenek Pengacau
109 Tidak Selemah itu
110 Status Aman Selama Suami Masih Cinta
111 Kecurigaan Bian
112 Menemui Kakek
113 Amara...
114 Amara hilang
115 Allah Membayar Tunai
116 Tempat Asing
117 Perjuangan
118 Kebenaran untuk Myta
119 Ketegasan Bian
120 Seberkas Cahaya Harapan
121 Nomor Telepon Asing
122 Mencari Tau
123 Saran Daniel
124 Kecelakaan Pembawa Berkah
125 Kesalahan Daniel
126 Ajakan Bian
127 Kebahagiaan Bian
128 Kabar dari Orang-Orang Tersayang
129 Mengambil Pelajaran dari Daniel
130 Ilmu yang Utama, Wajah Tampan Hanya Pelengkap
131 Kakek Memprihatinkan
132 Amara Bimbang
133 Proses yang Tidak Mudah
134 Pengorbanan Demi Cinta
135 Perjuangan Daniel
136 Ketakutan Myta
137 Ada Apa dengan Bian
138 Omelan Pedas Chayra
139 Menuju Sidang Isbat
140 Sidang Isbat Penentuan Jumlah Mahar
141 Butuh Waktu Berdua
142 Akad Nikah
143 Kenyataan Pahit untuk Bian
144 Aku Suamimu, Ra
145 Bulan Madu di Rumah Sakit
146 Kekurangan Asupan Gizi
147 Perawatan Lengkap
148 One Night with You
149 One Night with You part 2
150 Sakitnya Berlaku untuk yang Pertama Kali Saja
151 Posesifnya over dosis
152 Kedatangan Tamu tak diundang
153 Pil Kontrasepsi
154 Masalahnya Tidak Sesimpel yang di Bayangkan
155 Kode Ingin Honeymoon
156 Salah diartikan
157 Berani Melawan
158 Kamu Tidak Bersalah, Ra
159 Kok Nenek yang Sewot
160 Keputusan Kakek
161 Bayangan Kehidupan Masa Depan
162 Wanita adalah Ratu dalam Rumah Tangga
163 Ikhtiarnya Belum Membuahkan Hasil
164 Dari Poweranger menjadi Powermanja
165 Kado Terindah untuk Bian
166 Surprise...
167 Belajar Menjadi Pawang Singa
168 Pesta Keluarga Akmal
169 Sakit tapi Tidak Berdarah
170 Menyepelekan Keadaan
171 Nasehat Ibu Mertua
172 Tanggung Akibatnya Sendiri
173 Ancaman Maut
174 Pengorbanan Seorang Sahabat
175 Memaafkan itu Indah
176 Lembaran Baru
177 Bian Manja Lagi
178 Wanita itu Ternyata Dia
179 Memiliki Cara Tersendiri
180 Kamu Menyebalkan
181 Membandingkan Dia dengan Kamu
182 Fakta di Balik Berita
183 Dia Benar-benar Putra Ari
184 Berdiskusi dengan Kepala Dingin
185 Ini adalah Bukti Sekaligus Hasil
186 Adu Kuat
187 Amara Sakit
188 Permintaan Aneh Amara
189 Perjuangan Seorang Suami
190 Perjuangan Seorang Suami Part 2
191 Karena Aku Mencintaimu
192 Rencana Terselubung Dua Pria
193 Butuh Waktu Berdua
194 Kamu Berarti untukku
195 Rencana Siapa?
196 Membalas Cerdas
197 Bukan Wanita Bersumbu Pendek
198 Bahagia itu Sederhana
199 Sarapan Sehat Ala Bian
200 Mau Menyalahkan Siapa?
201 Cerita di Balik Layar
202 Kenyataan Pahit untuk Bian
203 Kenyataan Pahit untuk Bian part 2
204 Ketegasan Bian
205 Tindakan Kakek
206 Keputusan yang Tidak Bisa di Gugat
207 Hadiah Kecil dari Kakek
208 Aqiqah Sekaligus Pemberian Nama
209 Perdebatan
210 Permohonan Edward
211 Berita Duka
212 Akan Indah pada Waktunya
213 Bertemu dengan Khanza
214 Permintaan Maaf Khanza
215 Buah dari Sebuah Kesabaran
216 Ektra Part
Episodes

Updated 216 Episodes

1
Awal mula
2
Wanita ceroboh
3
Kamu membingungkan
4
Rencana
5
Keturunan Sultan, kah?
6
Diantar berobat seperti kencan
7
Perasaan berbunga-bunga Amara
8
Hidup tidak akan berarti kalau tidak shalat
9
Prasangka Amara
10
Percakapan singkat membuka sedikit tabir
11
Hidayah
12
Ternyata dia bermuka dua
13
Ketulusan
14
Cemburu atau apa?
15
Hadiah untuk orang yang tulus
16
Hidup Amara lebih berwarna
17
Kekesalan salah kaprah
18
Berubahlah karena Allah
19
Sifat Amara masih membingungkan
20
Mereka menggunjing Amara
21
Penderitaan Amara
22
Perlakuan Bian
23
Harus mengalah demi kebaikan
24
Dilema Bian
25
Nasehat untuk Amara
26
Ujian pertemanan
27
Penilaian Bian
28
Kebaikan seorang Bian
29
Pertikaian
30
Pertikaian part 2
31
Isi hati masing-masing
32
Kekhawatiran Bian
33
Di Apartemen Bian
34
Wanita rakus
35
I don't understand
36
Kacamata Besar Amara
37
Sahabat baru untuk Amara
38
Makanan galonnya tidak bergizi
39
Asiten Kak Ayra kepoan
40
Keputusan Amara
41
Adzra rindu berat
42
Canggung
43
Tidak mau menyakiti wanita
44
Reaksi Bian
45
Bersiap patah hati
46
Amara, beginilah rasanya
47
Amara masih galau
48
Salah diartikan
49
Kelembutan Ibu
50
Pesan dari Ibu
51
Bian Cemburu kah?
52
Gengsi dibilang cemburu
53
Pesona Seorang Bian
54
Salah jalur atau lupa jalur
55
Jangan pura-pura berubah
56
Pengakuan Bian
57
Akal cerdas Bian
58
Sikap Aneh Bian
59
Bian ingin bertemu
60
Akal Bulus Ameena
61
Pertemuan manis
62
Pertemuan manis sesungguhnya
63
Pertemuan Manis Sesungguhnya (part 2)
64
Satpam Menyebalkan
65
Soulmate
66
Arti Menjaga Versi Bian
67
Ameena yang banyak bicara
68
Terciduk
69
Terciduk 2
70
Kak Ayra Cerewet
71
Keterbukaan
72
Pertimbangan
73
Kedatangan Kakek dan Nenek
74
Sifat Asli Bian
75
Masakan Penuh Cinta
76
Tamu Tak Diundang Kena Mental
77
Ngaku Maco tapi KO
78
Tawakal pada Allah
79
Penentangan Bian
80
Rara ... kamu dimana?
81
Pertemuan dengan Calon Mertua
82
Ra, Nikah yuk!
83
Hadiah dari Kakek
84
Pesan Kakek untuk Amara
85
Kejutan untuk Bian
86
Cobaan untuk Bian
87
Keputusan Amara
88
Suasana baru
89
Ditindas Calon Kakak Ipar
90
Semua Bisa diperbaiki Selama Mau Belajar
91
Tragedi di Acara Makan Malam
92
Pertikaian Masih Berlanjut
93
Maafkan Aku, Ra
94
Sebuah Janji Setia
95
Sulit Menyembunyikan Semuanya
96
Surprise...
97
Kecewa Tingkat Dewa
98
Akhir dari Sebuah Drama
99
Dalam Masa Pemulihan
100
Kaku atau Malu
101
Pengobat Hati Penawar Rindu
102
Ketulusan
103
Datang tak dijemput Pulang tak diantar
104
Jangan Sentuh Milikku
105
Bukan Kesalahan tapi Kecelakaan
106
Pembicaraan Serius
107
Saling Menjaga Aset itu Penting
108
Nenek Pengacau
109
Tidak Selemah itu
110
Status Aman Selama Suami Masih Cinta
111
Kecurigaan Bian
112
Menemui Kakek
113
Amara...
114
Amara hilang
115
Allah Membayar Tunai
116
Tempat Asing
117
Perjuangan
118
Kebenaran untuk Myta
119
Ketegasan Bian
120
Seberkas Cahaya Harapan
121
Nomor Telepon Asing
122
Mencari Tau
123
Saran Daniel
124
Kecelakaan Pembawa Berkah
125
Kesalahan Daniel
126
Ajakan Bian
127
Kebahagiaan Bian
128
Kabar dari Orang-Orang Tersayang
129
Mengambil Pelajaran dari Daniel
130
Ilmu yang Utama, Wajah Tampan Hanya Pelengkap
131
Kakek Memprihatinkan
132
Amara Bimbang
133
Proses yang Tidak Mudah
134
Pengorbanan Demi Cinta
135
Perjuangan Daniel
136
Ketakutan Myta
137
Ada Apa dengan Bian
138
Omelan Pedas Chayra
139
Menuju Sidang Isbat
140
Sidang Isbat Penentuan Jumlah Mahar
141
Butuh Waktu Berdua
142
Akad Nikah
143
Kenyataan Pahit untuk Bian
144
Aku Suamimu, Ra
145
Bulan Madu di Rumah Sakit
146
Kekurangan Asupan Gizi
147
Perawatan Lengkap
148
One Night with You
149
One Night with You part 2
150
Sakitnya Berlaku untuk yang Pertama Kali Saja
151
Posesifnya over dosis
152
Kedatangan Tamu tak diundang
153
Pil Kontrasepsi
154
Masalahnya Tidak Sesimpel yang di Bayangkan
155
Kode Ingin Honeymoon
156
Salah diartikan
157
Berani Melawan
158
Kamu Tidak Bersalah, Ra
159
Kok Nenek yang Sewot
160
Keputusan Kakek
161
Bayangan Kehidupan Masa Depan
162
Wanita adalah Ratu dalam Rumah Tangga
163
Ikhtiarnya Belum Membuahkan Hasil
164
Dari Poweranger menjadi Powermanja
165
Kado Terindah untuk Bian
166
Surprise...
167
Belajar Menjadi Pawang Singa
168
Pesta Keluarga Akmal
169
Sakit tapi Tidak Berdarah
170
Menyepelekan Keadaan
171
Nasehat Ibu Mertua
172
Tanggung Akibatnya Sendiri
173
Ancaman Maut
174
Pengorbanan Seorang Sahabat
175
Memaafkan itu Indah
176
Lembaran Baru
177
Bian Manja Lagi
178
Wanita itu Ternyata Dia
179
Memiliki Cara Tersendiri
180
Kamu Menyebalkan
181
Membandingkan Dia dengan Kamu
182
Fakta di Balik Berita
183
Dia Benar-benar Putra Ari
184
Berdiskusi dengan Kepala Dingin
185
Ini adalah Bukti Sekaligus Hasil
186
Adu Kuat
187
Amara Sakit
188
Permintaan Aneh Amara
189
Perjuangan Seorang Suami
190
Perjuangan Seorang Suami Part 2
191
Karena Aku Mencintaimu
192
Rencana Terselubung Dua Pria
193
Butuh Waktu Berdua
194
Kamu Berarti untukku
195
Rencana Siapa?
196
Membalas Cerdas
197
Bukan Wanita Bersumbu Pendek
198
Bahagia itu Sederhana
199
Sarapan Sehat Ala Bian
200
Mau Menyalahkan Siapa?
201
Cerita di Balik Layar
202
Kenyataan Pahit untuk Bian
203
Kenyataan Pahit untuk Bian part 2
204
Ketegasan Bian
205
Tindakan Kakek
206
Keputusan yang Tidak Bisa di Gugat
207
Hadiah Kecil dari Kakek
208
Aqiqah Sekaligus Pemberian Nama
209
Perdebatan
210
Permohonan Edward
211
Berita Duka
212
Akan Indah pada Waktunya
213
Bertemu dengan Khanza
214
Permintaan Maaf Khanza
215
Buah dari Sebuah Kesabaran
216
Ektra Part

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!