Diatas motor, Rania merasakan ponselnya bergetar karena saat dia masuk kantor DEVgroup suara ponselnya diubahnya dengan nada diam, Diapun langsung membuka tasnya dan melihat siapa yang memanggilnya, terlihat dilayar ponselnya itu tertera nama ibu Rina.
" Aduh! Pasti ibu minta kirimi lagi, ya Tuhan kuatkan Rania, biar Rania bisa mengembalikan hak Rani lagi ya Tuhan..." Ucapnya pelan dan hanya dirinya saja yang mendengarnya.
Diapun langsung menjawab panggilan itu.
" Hallo,, ya Bu ...ada apa?"
" Rania,!! Uang belanja ibu sudah habis, kapan kamu kirim lagi, kalau tidak kamu akan menyesal!! " Ucap Ibu Rina ketus.
Memang Ibu Rina tidak pernah ramah pada Rania, apalagi sejak sang Ayah meninggal dunia,. Semenjak kepergian Ayahnya itulah Awal derita Rania, walaupun ibu dan kaka tirinya tidak suka dan memperlakukan dia tidak sebagai mana mestinya dia tetap saja terima karena dia selalu kuat saat melihat sang Ayah, karena bagi Rania kekuatan terbesarnya adalah kasih sayang sang Ayah yang tak pernah berubah, tapi setelah kepergian Ayahnya kala itu seketika saja kekuatan Rania hilang begitu saja, dia mampu bertahan saat ini karena sesuatu yang harus dipertahankannya yang tidak ingin hilang begitu saja.
Rania berusaha keras mempertahankan rumah peninggalan kedua orang tuanya yang sekarang ditempati sama ibu tirinya dan kakak tirinya itu, semua peninggalan kedua orang tuanya seperti, sawah, toko pakaian yang dirintis sang Ayah, dan sebuah Motor serta sehektar tanah milik kedua orang tuanya itu ludes dijual ibu tirinya itu, yang tertinggal adalah sepetak rumah yang harus dipertahankannya, dengan cara dia harus bekerja entah sampai kapan untuk membiayai mereka, agar rumah itu tidak terjual.
" Iya Bu, nanti kalau sudah gajihan Rania akan kirim semua untuk kalian." Ucapnya pelan agar Tania tidak terlalu mendengar pembicaraannya.
" Kapan? Ibu perlunya cepat, kakakmu Sarah juga perlu banyak uang, dia perlu pergi kesalon, dan mempercantik dirinya, agar pacarnya si Baron tidak meninggalkannya, kalau kamu belum memberikan uangnya ibu terpaksa ibu akan menjual rumah ini !" Tegasnya.
" Jangan Bu! Nanti akan Rania usahan."
" Ibu tunggu jangan lama..." Ucapnya secara sepihak memutus sambungan bicaranya.
Tania heran mendengar Rania berbicara seakan ada yang mengancamnya, terlihat dari wajah Rania yang terlihat sedih, bingung setelah mendapat telpon tersebut.
" Siapa yang nelpon Ran?" Tanya Tania.
" Ibu aku, Tan..." Ucapnya datar.
" Hmmm..." Sahut Tania, menghela nafasnya sembari berpikir...
" Sebenarnya ada apa sih dengan Rania, dia ini sama aku tertutup sekali sih, coba nanti aku tanyakan padanya biar dia bisa terbuka dalam masalahnya, siapa tahu aku bisa membantunya.
Motor Tania melaju dengan kecepatan sedang dan beberapa saat kemudian mereka sampai dikedai kopy milik Tania, mereka berdua turun dari Motor setelah diparkirkan, mereka berdua berjalan menuju kearah dalam, dimana sudah banyak pelanggan yang datang dikedai itu, dengan tergesa-gesa, Rania dan Tania langsung menuju dapur kedai itu dan mengambil celemek yang bertulisan ' Kedai setia ' Mereka memakainya dan mulai melayani dan membuatkan pesanan buat pelanggan-pelanggan setianya.
Disebuah Resto lesehan Devan memarkirkan Mobilnya dihalaman Resto tersebut dengan santainya dia keluar dari dalam Mobilnya dan menuju kearah dalam Resto tersebut karena dia berjanji bertemu dengan Clientnya di Resto itu.
Devan berjalan menuju meja petugas Resto.
" Maaf Mbak mau tanya, dimeja nomer berapa ya pak Hakim berada?"
" Pak Devan ya?" Tanyanya.
" Iya Mbak..."
" Pak Hakim ada dinomer meja sebelas, beliau sudah sedari tadi menunggu bapak, silahkan pak..." Ucapnya tersenyum, dianggukkan Devan, memang Client yang bernama Hakim sudah menginformasi pada pelayan Resto kalau dia menunggu seseorang yang bernama Devan.
" Terimakasih Mbak..." Ucapnya sembari melangkah menuju kearah meja nomer sebelas dimana pak Hakim menunggunya.
Devan tersenyum dan menyalami pak Hakin bersama seorang wanita muda, Devan melepaskan kancing jasnya dan duduk didepan pak Hakim, dia tidak terlalu memperhatikan wanita itu.
" Wow!! Ganteng banget...! Aku mau jadi istrinya, kalaupun dia sudah punya istri aku juga mau jadi simpanannya..." Ucapnya dalam batinnya seraya menatap Devan tanpa kedip sembari menggigit bibir bawahnya karena terpesona dengan Devan, kemudian Devan membahas tentang kerja sama yang sudah diajukan pihak pak Hakim.
" Maaf pak, saya menunggu pak Devan disini seharusnya saya langsung kekantor bapak."
" Nggak apa-apa pak, kebetulan kan sebentar lagi istirahat siang, sekalian saja kita makan siang bersama disini." Ucapnya tersenyum sembari membuka berkas yang diberikan pak Hakim padanya.
" Oh ya pak...ini adalah Sintya anak tunggal saya, dia baru saja lulus dari universitas luar Negeri, kalau tidak keberatan saya minta tolong anak saya bekerja diperusahan bapak? Jika berkenan bolehkah bapak membimbing anak saya ini?" Ucapnya tersenyum.
Devan kemudian melihat kearah Sintya, karena dilihat sesaat sama Devan Sintya senyum semanis mungkin pada Devan.
" Maaf pak, kenapa nggak bekerja diperusahaan bapak sendiri, kan enak tuh menjalankan perusahaan keluarga sendiri." Ucapnya tersenyum.
" Sudah saya bilang pak, tapi dia maunya mandiri cari uang sendiri, makanya saya teringat perusahaan bapak yang bonafit dan merekrut karyawan yang jauh berpendidikan yang handal, Anak saya contohnya pak, dia pasti menjalankan pekerjaannya sesuai bidangnya." Terangnya.
Devan menganggukkan kepalanya...
" Baiklah pak, besok anak bapak bisa datang menemui saya dikantor." Ucapnya sembari membaca berkas tersebut.
Bapak dan anak itupun saling pandang dan mereka berdua pun tersenyum.
" Makasih papah.." ucap Sintya berbicara pelan tanpa kedengaran Devan, dianggukkan pak Hakim.
" Baiklah pak, saya setuju dengan kerjasama ini, dan saya akan menandatanganinya sekarang." Ucap Devan sembari menandatanganinya, dan dianggukkan pak Hakim.
Beberapa saat kemudian waktunya istirahat siang dan Devan pun memesan makanan untuk mereka santap.
Setelah makan siang, Devan permisi untuk ketoilet, dan diapun meninggalkan Ayah dan anak tersebut sebentar.
" Papah, nggak nyangka presdirnya ganteng banget, Sintya pasti betah kerja dengannya, tapi apakah dia sudah memiliki istri?" Tanyanya pada sang papah.
" Setahu papah belum, dia itu terkenal beku sama wanita, sampai sekarang pun dia tidak memiliki kekasih atau pun istri."
" Yang bener pah?" Ucapnya terlihat senang.
Dianggukkan sang papah, sembari mengunyah hidangan penutup.
" Yes!! Baguslah kalau begitu, ini adalah awal buat ku, aku akan melelehkan kulit bekunya biar dia bisa merasakan dan menyadari kalau aku adalah bagian dirinya yang harus dia perhatikan, Devan ganteng aku akan hadir dihatimu." Gumamnya sembari tersenyum sendiri sambil mengaduk-aduk orange jusnya yang ada dihadapannya.
Kemudian Devan datang dan kembali duduk lagi, setelah semuanya beres dan selesai makan siangnya, Devan pamit dan meninggalkan mereka berdua setelah Devan membayar makanannya.
Dikantor DEVgroup, William yang sudah mendapatkan rekaman itupun langsung menghubungi Ibu Mellany yang sedang berada di Negeri Kangguru, dengan begitu lancar dan tidak gagu bicara dengan ibu Melany, dan William pun menjelaskan semuanya.
" Ada apa Wil...?" Tanya Ibu Melany.
" Ada kabar baik ibunda Ratu.."
" Kabar apa Wil, tentang Devan? Apakah Devan sudah punya pacar?" Tanyanya terdengar senang kalau kabar yang akan diberitahu William tersebut menggembirakan hatinya tentang Anak sulungnya itu.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 75 Episodes
Comments
@C͜͡R7🍾⃝ᴀͩnᷞnͧiᷠsͣa✰͜͡w⃠࿈⃟ࣧ
dih kakak tiri nya Rania mau tampil cantik tapi minta uang nya sama Rania
2022-11-09
0
budane daffa
lanjut lagi
2022-11-09
0
Ana
kasihan rania 😢😢 semoga suatu saat kamu sukses ya ran, semoga bahagia menantimu
hmmmm syntia ya, tapi sepertinya devan lebih tertarik sama rania😁
2022-11-09
1