Talia yang sudah berada di dalam kamar, pintu pun terkunci dari luar. Sedangkan lelaki yang telah membelinya dari sang suami sendiri, segera menemui Talia yang terkurung di dalam kamar tamu yang sudah disiapkannya.
Dengan seringainya yang terlihat sinis, merapihkan baju kemeja putihnya, dan menggulung lengannya sampai pada titik sikunya, benar-benar terlihat tampan dan juga mempesona.
Rasa yang sudah tidak sabar ingin menemui Talia, segera membuka pintu kamar yang dikhususkan untuk perempuan yang sudah ia tukarkan dengan pelunasan hutang, pikirnya.
"Sayang, aku sudah pulangnya." Panggil seorang istri yang baru saja pulang entah dari mana, tentunya mengagetkan suaminya.
Ricardo Guvanta yang tidak lain lelaki yang menukarkan hartanya dengan sosok perempuan yang dijadikan jaminannya, ia langsung menoleh ke sumber suara. Lalita yang berstatus istri sahnya, langsung memeluk suaminya, tak lupa men_cium pipinya.
"Maaf, aku baru bisa pulang. Semalam aku sibuk di rumah Mama, soalnya ..."
Ricardo langsung menempelkan jari telunjuknya tepat di bibir milik istrinya.
"Aku tidak mau mendengar alasan darimu, segera masuk ke kamar dan cepatlah bersihkan badanmu." Ucap Ricardo, Lalita mengangguk dan nurut.
Bahkan dirinya sampai tidak mengetahui kehadiran perempuan di rumah suaminya, lantaran sibuk dengan kebiasaannya.
Ricardo yang masih berdiri di depan kamar tamu, memilih untuk menyusul istrinya yang baru saja pulang.
Talia yang berada di dalam kamar sendirian, perasaannya masih terasa dongkol. Hancur sudah perasaannya yang ia jaga demi nama suami, kini dirinya harus dikorbankan oleh suaminya sendiri.
Kesal, benci, dongkol, semua telah menjadi satu yang tengah dirasakan oleh Talia, lantaran harus menjadi korban kebiad_aban suami sendiri yang begitu tega menumbalkan dirinya untuk dijadikan pelunas hutang perusahaan ayah dari Judan sendiri.
Talia yang tidak tahu harus ngapain saja di dalam kamar, memilih berbaring di atas tempat tidur untuk beristirahat. Seenggaknya, otaknya tidak dipaksa untuk berpikir terus-menerus.
Sedangkan didalam kamar yang lain, ada Ricardo yang juga sama halnya seperti Talia, yakni sama-sama rebahan sambil menetralkan pikirannya yang entah seperti apa untuk menentukan keputusan selanjutnya.
Lalita yang baru saja keluar dari kamar mandi, membawa aroma yang cukup menyengat, serta menambah godaan bagi yang menghirup aromanya.
Tentu saja, Ricardo langsung membuka kedua matanya dengan sempurna. Ingatannya justru tertuju pada perempuan yang sudah membuatnya gila tentang cinta.
Lalita yang sudah biasa melayani suaminya setelah mandi, kini mendekatinya untuk menjadi penggoda. Pelan-pelan, Lalita berjalan agar tidak menimbulkan suara. Kemudian, langsung ikutan rebahan seperti suaminya.
Saat itu juga, Lalita maupun Ricardo sama-sama menoleh dan saling menatap satu sama lain. Lalita tersenyum manis di hadapan suaminya dengan jari-jemarinya yang mulai aktif kemana-mana, sedangkan Ricardo membiarkan istrinya melakukan apapun yang disukainya.
Mau bagaimanapun, Lalita adalah istri sahnya, dan juga sudah membina rumah tangga bersama Ricardo sudah empat tahun lamanya. Tentu saja, tidak ada larangan apapun yang diinginkan oleh istrinya.
Meski pernikahannya dari jalur perjodohan, Ricardo tidak ada penolakan apapun atas permintaan kedua orang tuanya dulu untuk menikahkan dirinya dengan Lalita.
Sebenarnya tidak ingin menikah dengan perempuan yang tidak ia cintai, tetapi dirinya tidak bisa terus menerus melakukan hal bodoh sendirian. Tentu saja, Lalita hanya dijadikan pelampiasannya semata.
Masih dengan keaktifan Lalita yang kini sudah sama-sama polos tanpa busana, juga tidak disadari oleh Ricardo sendiri dengan kondisi dirinya sendiri tanpa sehelai benang pun yang berbaring di atas tempat tidurnya.
Talita yang selalu memulai duluan untuk melakukan pemanasan, tidak peduli baginya jika harus memulai duluan.
Ricardo yang sudah mulai terpancing oleh istrinya, langsung menc_umbui istrinya. Tidak pakai lama, ade_gan panas terus berlanjut hingga keduanya sama-sama merasa puas dan kelelahan.
Setelah itu, keduanya menyudahi perma_inannya di atas tempat tidur, dan dilanjut oleh Ricardo segera membersihkan diri setelah has_ratnya tersalurkan lewat istrinya. Sedangkan Lalita sendiri, memilih untuk lanjut tidur daripada harus membersihkan diri malam-malam.
Entah otak liciknya muncul dari mana, tiba-tiba Ricardo membangunkan istrinya yang tengah tidur pulas karena lelahnya kegiatan panasnya.
"Bangun, ini, minum dulu." Panggil Ricardo sambil menggoyangkan tubuh istrinya.
Lalita yang merasa dibangunkan okeh suaminya, ia langsung bangun dari tidurnya.
"Ada apa, sayang?" tanya Lalita dengan mata yang mengatuk.
Ricardo langsung menyodorkan satu gelas air minum untuknya.
"Ini, minumlah, biar tidurmu tidak dehidrasi." Jawab Ricardo, Lalita menerimanya satu gelas air minum.
Kemudian, Lalita segera meminumnya hingga tandas dan tidak tersisa satu tetes pun. Ricardo tersenyum melihatnya, dan tak lupa mencium kening milik istrinya dengan lembut.
"Jangan bergadang, istirahat lah." Ucapnya dengan senyumnya, Lalita mengangguk dan kembali melanjutkan tidurnya.
Ricardo yang merasa lega, membuang napasnya dengan kasar. Setelah itu, ia teringat dengan Talia yang terkunci di dalam kamar tamu.
Karena sudah membuat istrinya tidur pulas sampai esok pagi, merasa tenang dan tidak gelisah.
Meski rencananya sudah diketahui oleh istrinya, tetap saja harus mempertemukannya dengan hati-hati, agar istrinya dapat menerima keputusan yang sudah dibuat.
Ricardo yang hanya mengenakan celana kolor dan kaos oblong berwana putih, dengan cuek ia menemui Talia.
Sampainya di depan pintu kamar tamu, maju mundur untuk membuka pintunya. Takut, jika Talia akan berteriak histeris, dan tentunya akan mengganggu yang sedang tidur nyenyak, pikirnya.
Tapi, tidak punya cara lain jika tidak membuka pintunya. Dengan nekad, Ricardo melakukannya.
Saat pintu terbuka, pandangannya tertuju pada Talia yang rupanya sudah tidur dengan pulas. Entah mendapat panggilan hati dari mana, Ricardo masuk ke dalam kamar. Sebelum mendekati, tidak lupa untuk mengunci pintunya terlebih dahulu. Takutnya Talia akan melarikan diri dari rumahnya.
Ricardo yang sudah duduk di dekat Talia, tiba-tiba detak jantungnya bergemuruh hebat, seperti orang yang tengah jatuh cinta pada pandangan pertama.
Tidak mempunyai cara lain, akhirnya Ricardo mengusap wajahnya dengan kasar. Juga, dirinya membuang napasnya ke sembarang arah.
Cukup lama memandangi wajah ayu milik Talia, Ricardo menyusuri wajahnya dengan jari jemarinya dengan lembut.
Kemudian, ia memejamkan kedua matanya sambil duduk, yakni dengan cara mengatur napasnya agar tidak karuan saat detak jantungnya berdegup.
Saat dirasa napasnya sudah normal, juga detak jantungnya yang tidak berdegup kencang. Ricardo ikut berbaring di dekat Talia yang begitu pulas dalam mimpinya. Lambat laun, Ricardo ikut tidur pulas di sebelahnya.
Dengan napas yang sama hangatnya, Ricardo maupun Talia, keduanya sama-sama merubah posisi tidurnya, dan alhasil saling berhadapan tanpa disadari oleh satu sama lain.
Cuaca yang mulai dingin akibat perubahan cuaca yang awalnya musim panas, kini menjadi musim hujan. Tentu saja, membuat suasana menjadi dingin.
Malam yang semakin larut, tak terasa sudah beberapa menit berada dalam satu kamar. Sambil memejamkan matanya, Talia mencari guling untuk dijadikan penghangat tidurnya. Tak peduli dengan guling yang keras atau bagaimananya, yang terpenting dapat dipeluk dan dapat menghangatkan tubuhnya yang mulai terasa dingin.
Ricardo yang dijadikan guling oleh Talia, diam dan menurutinya untuk dipeluk.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 30 Episodes
Comments