Tidak berselang lama dalam perjalanan menuju tempat yang sudah di janjikan, akhirnya Judan bersama istrinya telah sampai di tempat tujuan.
"Ayo turun, calon suami kamu sudah menunggu." Perintah Judan pada istrinya.
Talia masih diam dan juga tidak menanggapi perintah dari suaminya. Dengan napasnya yang semakin terasa panas dan juga penuh kebencian, Talia benar-benar terlihat seperti orang yang kesurupan.
"Jangan sampai aku melakukan kekerasan terhadapmu, ayo! turun." Ucap Judan dengan kalimat terakhirnya yang membentak istrinya.
"Aku gak mau turun, titik." Jawab Talia masih menatap suaminya penuh dengan amarah, juga kebencian.
Judan yang hampir saja terpancing emosinya, susah payah untuk tidak melakukan kekerasan seperti yang diucapkannya.
Tidak ada cara lain selain menarik paksa pada istrinya, hingga seperti orang yang terseret.
Salah satu orang suruhannya yang tengah melihat Talia diperlukan buruk oleh Judan, merasa kasihan dan hati kecilnya tidak tega dan ingin rasanya membantunya.
Tapi, apa daya mereka bertiga yang tidak bisa melakukan apapun untuk memberi pertolongan kepada Talia. Dengan terpaksa dan dengan hati yang terasa berat, sebisa mungkin untuk mengabaikan istrinya Judan yang terlihat dan kedengaran tengah merintih kesakitan saat ditarik paksa oleh Judan, suaminya sendiri.
"Dimana Bos kalian?" tanya Judan yang masih mencengkram lengan istrinya agar tidak kabur.
"Ada di dalam, mari silakan masuk."
Jawab salah seorang anak buah dari orang yang akan membantu Judan memberi pelunasan hutang dan juga membantunya untuk menyelamatkan perusahaan orang tuanya yang sudah diambang kehancuran.
"Baik," kata Judan masih tetap mencengkram lengan istrinya dengan kuat.
Dengan langkah kaki yang sedikit diseret, Talia berjalan dengan kedua kakinya yang terasa begitu berat untuk menopang berat badannya.
Saat sudah dipersilakan masuk ke dalam ruangan privasi, Judan kini menggandeng istrinya. Keduanya tengah berdiri bersebelahan, Talia sama sekali tidak mendongak, tetap menundukkan kepalanya.
"Permisi, Tuan. Saya telah menepati janji, yaitu menyerahkan istri saya kepada Tuan. Percayalah, istri saya ini tidak diragukan lagi. Juga, saya baru menikah satu bulan yang lalu, masih fresh." Ucap Judan layaknya pedagang yang mempromosikan dagangannya.
Talia yang masih menunduk, dirinya mengepal kuat saat mendengar ucapan dari suaminya. Ingin marah dan melampiaskan kekesalannya, dirinya tidak bisa memberontak sama sekali.
Seseorang yang akan membeli Talia dan menjadikannya istri sebagai keuntungan, bangkit dari posisi duduknya. Kemudian, ia berjalan mendekati Talia yang masih menunduk.
Tetapi sebelumnya, mengunci pintunya terlebih dahulu. Takutnya, tiba-tiba perempuan yang ada di hadapannya itu kabur.
Setelah pintu sudah terkunci dengan tombol remot, segera mendekati Talia.
"Minggir jauh dari hadapanku, aku ada perlu dengan istrimu." Ucapnya sambil mengibaskan tangannya seraya mengusir Judan agar segera menyingkir dari istrinya.
Sesuai perjanjian, Judan hanya bisa nurut dengan lelaki yang tengah bicara dengannya. Sedangkan Talia, dirinya memilih menunduk dan tidak mendongak sama sekali. Bahkan, sama sekali tidak melihat lelaki yang akan memberi pelunasan hutang kepada suaminya.
Dengan berani dan juga tidak ada rasa takut apapun, lelaki yang sudah ada dihadapan Talia, kini memegangi dagunya dan mengangkatnya.
Talia sama sekali tidak membuka kedua matanya, dan memilih memejamkan matanya agar tidak melihat lelaki yang kini dengan berani memegangi dagunya.
"Buka kedua mata kamu sekarang juga." Perintahnya pada Talia.
Talia yang mendengarnya, pun masih diam dan juga tidak menurutinya.
Geram, kesal, itu sudah pasti, karena sama sekali ucapannya tidak dituruti.
"Cepat! kau buka mata kamu itu, apa kau tidak mau mendengarkan aku?"
Talia langsung membuka kedua matanya dengan sempurna.
Sekejap, tubuh Talia mendadak gemeteran. Bahkan kedua kakinya terasa berat untuk menopang berat badannya. Tidak hanya itu saja, kedua tangannya berubah menjadi berkeringat dingin saat apa yang ia lihat bagai cambukan pada dirinya.
"Kak-kak-kamu." Ucap Talia terbata-bata juga takut.
"Kamu masih mengenalku?" bisiknya didekat daun telinga Talia dengan suara menggoda.
Napas yang masih terasa panas karena dibuat kesal oleh suaminya, kini harus berhadapan dengan lelaki di masa lalunya.
Lelaki yang ada di hadapannya itu, rupanya lelaki yang selalu dijauhi oleh Talia, karena terus menerus mengejar dirinya untuk dijadikan pacarnya, tetapi Talia selalu menolaknya. Dan kini, takdir dipertemukan kembali dengan segala ingatan yang masih dapat diingat kembali.
Detak jantung yang awalnya biasa saja, kini berdegup kencang melebihi dikejar oleh binatang buas. Susah payah Talia menelan ludahnya, dan juga penuh dengan ketakutan.
"Siapkan diri kamu mulai dari sekarang, karena kamu sudah berada dalam genggamanku." Ucapnya dibumbui dengan ancaman.
"Pengawal! cepat kemari." Perintahnya memanggil orang-orang suruhannya. Tiga orang diantara anak buahnya, segera mendekati Tuannya.
"Ada apa, Tuan?"
"Bawa perempuan ini masuk ke dalam, pastikan semua aman dan tidak bisa kabur."
"Baik, Tuan." Jawab salah satu diantara mereka anak buah yang sudah mendapatkan tugasnya.
"Lepaskan! lepaskan tanganku, aku tidak mau menjadi tawanan Bos kamu itu." Teriak Talia susah payah melepaskan cengkraman dari tiga anak buah dari lelaki yang sudah menukarkan dirinya dengan pelunasan hutang suaminya.
Lelaki itu sama sekali tidak peduli pada Talia yang terus berteriak untuk berlepas diri. Judan yang melihat istrinya diperlukan buruk, rasanya begitu kasihan.
Tapi, mau bagaimana lagi, suaminya Talia sama sekali tidak mempunyai cara lain untuk menyelamatkan perusahaan besar milik ayahnya selain menukarkan istrinya sendiri yang dijadikan tumbal.
"Sekarang kau boleh pulang, perceraian kamu dengan istrimu, aku yang akan mengurus semuanya. Jadi, kamu cukup menerima bersihnya. Satu lagi, setelah istrimu menjadi istriku, kau sama sekali tidak mempunyai hak apapun terhadap istrimu, karena sudah menjadi hak-ku sepenuhnya sampai perjanjian kita berakhir." Ucapnya sesuai tujuannya.
"Kalau sampai satu tahun tidak juga kunjung membuahkan hasil, apakah mungkin akan tetap bercerai?"
"Itu hakku, kamu tidak mempunyai keputusan apapun selagi perjanjian masih berlangsung." Jawabnya, Judan mengangguk dan hanya bisa diam, juga nurut.
"Baiklah, kapan perusahaan orang tua saya akan di tangani, Tuan?" tanya Judan yang sudah tidak sabar untuk mendapatkan hasilnya setelah menyerahkan istrinya.
"Besok, semua akan diatasi dengan baik. Kamu tidak perlu menaruh curiga padaku, karena aku bukan lelaki pembohong. jadi, sekarang juga kau cepetan segera pergi dari hadapanku." Jawabnya, tak lupa mengusir Judan untuk segera pergi dan meninggalkan tempat yang dijadikan sarang untuk melakukan pertemuan dengan siapapun.
"Baik, Tuan. Kalau begitu saya permisi, mari." Ucap Judan berpamitan sebaik mungkin, agar tidak menumbuk kesalahpahaman.
Setelah perginya Judan, segera menemui Talia yang tengah di kurung di dalam kamar.
"Kalian bertiga boleh keluar kemanapun, yang terpenting masih berada di dalam area sini."
'Cih! si Bos benar-benar lagi gak wa_ras, nyuruh anak buahnya pergi, tetapi tetap tidak boleh jauh, sama aja poinnya.' Batinnya sedikit capek membayangkannya.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 30 Episodes
Comments
Arie
👍👍👍👍👍👍👍👍👍👍👍👍👍
2022-11-04
0