Tiga hari sebelum deadline, Senja sudah menyelesaikan naskah hingga akhir cerita, tapi dia ingin memberikan lima bab untuk bonus pada novelnya, dan justru lima bab terakhir yang menjadi bonus chapter itu justru menjadi poin penting dalam novelnya.
Dia tersenyum menatap layar komputernya, begitu gembira dan ingin merayakan keberhasilannya menyelesaikan naskah itu tepat waktu.
Senja yang sudah bersemedi selama lima hari tidak keluar kamar itu, akhirnya bisa merenggangkan otot-ototnya. Dia pun keluar dari kamar dan bermaksud untuk mencari Dinda yang sejak pagi tadi tidak tampak.
"Pasti gadis bodoh itu tidur-tiduran di kamarnya. Enak banget ya jadi dia! Awas aja, kalau gue lihat dia santai-santai, gue jambak juga itu orang," cicitnya berjalan menuju kamar Dinda.
Tapi saat Senja sudah berada di depan pintu kamar Dinda, sayup-sayup dia mendengar suara dua orang yang berbicara dari dalam.
Dia mengenali suara keduanya, milik Dinda dan Satria. Dengan rasa was-was dan juga penasaran, Senja akhirnya mendobrak pintu kamar Dinda yang memang tidak terkunci. Kedua orang yang berada dalam kamar itu kaget, mendapati Senja yang sudah berdiri di ambang pintu menatap marah kepada mereka.
"Sayang, kau mencariku?" tanya Satria mencoba tenang. Sebenarnya dia sudah sangat gugup dan takut melihat wajah marah Senja.
"Ada apa ini? ngapain kalian berdua di kamar ini? Apa yang sudah kalian lakukan di belakangku?" salak Senja berkacak pinggang.
"Ja, kita nggak ada apa-apa, kita cuman ngobrol," ucap Dinda meremas jemarinya sekuat tenaga. Dia begitu takut kalau Senja sampai menjambaknya atau memukulnya karena kedapatan berduaan bersama Satria di dalam kamarnya.
"Bagus lo, ya! Seharian gue kerja di kamar lo berdua di sini asyik-asyik 'kan! Dasar asisten kurang ajar!" maki Senja ingin menjambak rambut Dinda tapi Satria berdiri di antara mereka sehingga Senja tidak bisa menggapai rambut gadis itu.
"Lo mau belain dia? dasar laki-laki nggak tahu diri, kalian berdua brengsek!" maki Senja dengan suara menggelegar.
"Kamu tenang dulu, dengarkan penjelasanku. Kita berdua memang ngobrol di kamar ini, supaya gak ketahuan sama kamu. Din, tampaknya kita harus menceritakan semuanya kepada Senja," ucap Satria mencoba untuk bersikap tenang.
"Apa maksudmu lo? mau ngatain kalau kalian itu sudah selingkuh di belakang gue?" bentak Senja yang sudah habis kesabarannya.
"Dengarkan dulu, Ja. Sebenarnya kita nggak mau ngasih tahu tapi karena kamu berpikiran yang buruk tentang kita, terpaksa rencana ini harus aku buka. Sebenarnya kita berdua lagi mengatur party buat merayakan keberhasilanmu membuat naskah novel itu. Jadi rencananya malam ini, kita akan pergi ke klub dan party di sana. Kamu mau 'kan, Sayang? ujar Satria berimprovisasi.
Pria itu sudah mendekat, memeluk pinggang Senja dan mencium pipinya, mencoba merayu gadis itu agar tidak marah lagi.
Senja yang mendengar itu tentu saja terdiam. Dia berada diambang keraguan antara percaya dan tidak dengan ucapan kekasihnya, tapi ketika dia menatap wajah Satria kembali kepercayaan itu muncul.
"Jadi kalian berdua bukan selingkuh di belakangku?" tanya Senja memastikan lagi.
Dinda dan Satria saling berpandangan lalu Satria segera menjawab pertanyaan Senja. Aku sangat mencintaimu, Senja. Tidak mungkin aku mengkhianati mu, tidak akan ada wanita lain yang bisa menggantikan posisimu di hatiku," ucap Satria mengecup kening Senja. Dinda yang melihat adegan itu hanya buang muka, tidak ingin melihat kelanjutannya.
Hati Senja luluh, tentu saja dia percaya dengan ucapan Satria. Perasaannya yang besar terhadap pria itu membuatnya percaya apapun yang dikatakan Satria.
"Baiklah, gue percaya sama kalian berdua. Jadi, kita berangkat jam berapa? Aku juga sudah menyelesaikan novel itu, tinggal lima bab terakhir. Gampang lah itu, masih ada tiga hari lagi, besok juga sudah kelar," ucap Senja yang kini wajahnya berubah cerah.
***
Suasana di klub itu begitu ramai, tumpah ruah bak lautan manusia yang ingin lari dari kenyataan hidup yang pahit.
Di antara lautan manusia, Senja menari dengan begitu gembira. Dia ingin mengapresiasi prestasinya yang luar biasa. Dia begitu bangga akan kemampuannya, hingga sikap congkaknya kembali muncul.
"Hanya gue yang bisa buat naskah kurang dalam sebulan," ucapnya pongah.
Senja meminta Satria untuk membelikannya minum agar mereka bertiga bisa menghabiskan malam ini dengan begitu indah ditemani minuman yang membuat kepala dan tubuh ringan.
Satria ingin menyenangkan hati Senja, melakukan apapun yang diperintahkan gadis itu.
Beberapa botol minuman beralkohol mereka pesan dan minum sepuasnya. Dinda yang tidak kuat minum hanya meminum beberapa gelas saja, itupun sudah membuat kepala yang terasa pusing. Beda hal dengan Senja yang sudah biasa menikmati minuman seperti itu, begitupun dengan Satria. Pria itu bahkan terus mengisi gelas Senja yang sudah kosong, keduanya benar-benar peminum yang tangguh.
Rasa pusing sudah menguasai kepalanya sehingga tidak tahan lagi dan meminta Satria untuk memapahnya ke sofa. Wanita itu benar-benar mabuk hingga tidak sadarkan diri.
"Hahaha..." Tawa Satria menggema tapi lenyap dibawa hentakan suara musik yang berisik.
Dinda mengerutkan kening melihat ke arah Satria. Pria itu tertawa dengan begitu gembira, lepas dan juga merasa merdeka.
"Sat, kamu kenapa ketawa? Ini senja udah pingsan," ucap Dinda menatap Senja yang sudah tergeletak tidak berdaya di sofa.
"Justru itu rencana kita, membuat dia mabuk agar apa yang kita rencanakan berhasil," terang Satria.
Dinda yang mengerti omongan Satria tiba-tiba merasa takut, jantungnya berdetak begitu kencang. Rencana yang dimaksudkan Satria sudah diterangkan pria itu siang tadi di dalam kamarnya, tapi Dinda belum memutuskan akan ikut rencana Satria atau tidak.
Satu sisi dia tidak tega tapi di sisi lain mengingat semua perbuatan Senja padanya yang begitu jahat, membuat Dinda ingin melakukannya.
"Udah kamu nggak usah pikir macam-macam, kamu tinggal terima beres, oke?" ujar Satria yang melihat kebimbangan di wajah Dinda.
Tidak lama, Satria memanggil dua orang yang memang sudah diatur untuk memapah Senja masuk dalam mobil, lalu Dinda dan Satria seolah sepasang kekasih bergandengan berkeliling sejenak di ruangan itu guna membuat alibi yang mereka perlukan suatu hari nanti.
Lalu setelah waktunya tiba, mereka masuk ke dalam mobil dan segera tancap gas dari sana. Dinda menoleh ke belakang melihat tubuh Senja yang masih pingsan, gadis itu benar-benar teler hingga tidak sadarkan diri.
Satria membawa mobilnya ke pinggiran kota Jakarta, jauh di tempat keramaian dan menuju perkampungan kecil yang kebanyakan masyarakatnya memiliki mata pencaharian sebagai nelayan.
"Aku takut, aku tidak yakin apa yang kita lakukan ini akan berhasil," ucap Dinda meremas tangannya.
Satria yang sudah turun memapah Senja, lalu dudukkan gadis itu di belakang setir dan segera menutup pintu mobil.
"Kamu nggak boleh takut, aku ada bersamamu. Kamu tenang aja, ini pasti berhasil. Sudah, kamu berdiri di sini biar aku yang mengerjakan sisanya," ucap Satria yang mulai menghidupkan mobil meletakkan batu di atas gas hingga mobil itu melaju masuk ke dalam air.
Tanpa menunggu lebih lama lagi Satria dan Dinda pergi dari tempat itu sebelum ada orang yang melihat mereka.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 85 Episodes
Comments
Irmha febyollah
tokoh ny terlalu berlebihan. bagus juga si di hianati biar mampus
2024-09-25
0
Ayuk Vila Desi
jadi senja di ceburin ke laut
2022-12-14
0
🍊𝐂𝕦𝕞𝕚
intinya satria dan dinda sebenarnya sama sama tidak kuat tapi karena senja yang menopang kehidupan Satria jadi dia bertahan kalau untuk Dinda sepertinya karena memang butuh pekerjaan
satria dan dinda sepertinya ada hubungan ya ko kesannya satria perhatian nya beda dengan Dinda
2022-11-09
3