Wanita Arogan Terjebak Dalam Dunia Novel
"Dindaaaaaa! Kemana aja sih lo, ke sini, buruan!" teriak Airin Senja yang biasa di sapa Senja dengan penuh emosi.
Ini kali kedua gadis cantik itu menjerit memanggil sang asistennya. Senja tidak akan mentolerir siapa saja yang ada di dekatnya bergerak lambat saat dipanggil atau pun melakukan perintahnya. Dengan tergopoh-gopoh, Dinda mendekat, membawakan jus apel yang baru saja selesai dibuatnya, meletakkan di atas meja tepat di dekat tumpukan naskah yang saat ini dikerjakan oleh Senja.
"Lelet banget sih Lo! Sumpah ya, gue gak bisa lagi mentolerir keleletan lo ini! Ngapain aja sih buat jus aja lama banget?" hardik Senja dengan bola mata membulat.
Lima tahun bekerja untuk Senja sudah membuat Dinda paham watak bosnya itu, jadi saat gadis itu mulai marah bahkan tak jarang memakai Dinda hanya bisa menahan diri, bersabar dan tidak menjawab. Mulut culas Senja sudah terlalu sering menyakiti hatinya, tapi karena gaji yang diberikan wanita arogan itu setimpal, Dinda menerima semua perlakuan wanita itu dengan hati dongkol.
"Maaf, Ja. Tadi harus bersihkan juicernya. Ada apa?" tanya Dinda lembut.
"Nih, gue minta bubur ayamnya kan gak pake kacang, kenapa lo kasih kacang? baru kali ini lo siapin sarapan gue? mau lo apa sih buat gue naik darah terus? lo lihat sekarang, mood gue udah turun buat nulis, sementara naskah ini harus kelar akhir bulan ini. Bisa lo gantiin gue? Lo gak paham kan berapa ratus juta kerugian gue kalau naskah ini sampai telat? Dasar bego lo, asisten gak ada otak!" umpatnya bangkit dari duduk dan ngeloyor pergi ke kamarnya.
Juminten, pelayan Senja di rumah itu hanya bisa menatap kasihan pada Dinda yang baru saja diomelin Senja. Bukan hanya Dinda yang jadi bulan-bulanan Senja, tapi juga Juminten, tapi karena wanita tua itu sudah bekerja pada orang tua Senja sejak dulu, mengasuh Senja dari kecil hingga Juminten tetap bertahan. Dia juga sudah janji pada kedua orang tua Senja, terlebih pada ibunya untuk menjaga Senja.
"Sabar ya, Non," ucap Juminten mendekati Dinda. "Non harus maklum, non Senja mungkin sedang pusing karena pekerjaannya."
Dinda hanya mengangguk sembari tersenyum lembut pada Juminten.
"Pagi, ada apa nih kok wajahnya pada tegang semua?" suara pria yang datang dari belakang mereka, membuat keduanya serentak menoleh.
"Untung den Satria datang. Itu Non Dinda lagi gak mood, seperti biasa mohon dibujuk," ucap Juminten.
Satria yang hanya melirik Dinda sekilas mendapati wajah wanita itu terlihat sendu. Tanpa menunggu lagi, Satria setengah berlari menaiki anak tangga menuju kamar Senja.
Tok...Tok...
Belum mendapat persetujuan masuk, Satria sudah mendorong daun pintu dan masuk ke dalam kamar gadis itu. Ketukan di pintu memang hanya formalitas, selama ini juga Satria bebas keluar masuk ke dalam kamar kekasihnya itu.
"Tuan putri kenapa? kok rebahan di sini? katanya tadi lagi sibuk nulis naskah novel yang mau difilmkan? udah deadline loh, apa gak takut nanti gak keburu lagi?" tanya Satria duduk di tepi tempat tidur, membelai rambut panjang nan indah milik Senja.
Hanya Satria yang bisa memahami dan kembali memperbaiki mood Senja kala gadis itu sedang marah.
Senja mendongak menatap pria itu lalu memindahkan kepalanya ke paha Satria.
"Gue kesal banget sama Dinda. Dia itu asisten yang bego, pengen banget gue ganti, tau gak," umpatnya mendengus kasar.
"Gak boleh gitu. Kan kamu sendiri yang bilang, kalau Dinda asisten yang paling mengerti kemauan kamu, paling sabar dan tahan menghadapi kamu, jadi kalau kamu ganti, nanti yang susah kamu lagi," nasehat Satria yang sudah hafal dengan setiap perseteruan kekasih dan asistennya itu. Senja diam, dia memikirkan apa yang dikatakan Satria ada benarnya.
Sebelum ada Dinda, Senja gonta-ganti asisten karena mereka pada gak tahan semua menghadapi sika egois, pemarah, arogan dari seorang Airin Senja, penulis novel terkenal yang lagi naik daun saat ini.
"Kamu kok malah belain dia ketimbang aku? yang jadi pacar kamu itu aku, bukannya dia!" umpat Senja penuh kesal dia duduk dan menatap marah ke arah Satria.
"Aku hanya ingin kamu mengerti tidak gampang mencari asisten yang sesuai dengan keinginan hati kamu. Udah dong, Sayang. Aku mohon jangan marah lagi, aku gak mau kamu jadi sakit karena marah-marah terus. Gimana pun Dinda adalah sosok yang paling setia kepadamu. Dia melakukan apapun yang kau inginkan dan hampir semua yang ada dalam hatimu dia bisa meraba dan melakukannya dengan baik," ujar Satria.
Senja diam. Dia merenung atas apa yang diucapkan oleh Satria. Dia mengakui bahwa Dinda memang sosok yang sangat loyal kepadanya.
"Sudah yuk, hari ini kalian ada janji bertemu dengan produser yang ingin mengangkat novelmu untuk menjadi film itu?" tanya Satria mengingatkan schedule-nya.
Senja hampir lupa kalau siang ini dia ada janji bertemu dengan seorang pengusaha yang mau mendanai film yang diadaptasi dari novelnya.
"Sebenarnya aku malas ketemu dengan dia. Beberapa artikel yang aku baca tentangnya, menuliskan bahwa pria itu sombong. Kembali pintu kamarnya diketuk dan wajah Dinda menyembul.
"Ja, barusan bang Eko tanya, kamu udah di mana, karena pengusaha itu mengubah jam pertemuan, mempercepat satu jam dari perjanjian," terang Dinda takut-takut.
"Katakan padanya kita sudah ada di jalan," bentak Senja kepada Dinda, dan segera berlari ke arah kamar mandi untuk segera bersiap.
***
"Sorry gue telat," ucap Senja begitu tiba di restoran tempat mereka akan bertemu dengan pengusaha itu. "Bang Eko kenapa sih pertemuannya dadakan begini? harusnya orang itu ditegur! Profesional dong, janji ketemu 'kan jam dua, ini masih jam satu udah harus ketemuan." Senja mengerutkan kening, menyimpan amarah yang ingin meledak.
Hampir saja mobil mereka menabrak mobil yang ada di depan karena harus ngebut di jalan raya, beruntung Dinda bisa mengembalikan keadaan dan melaju dengan aman di jalan raya. Kepanikan itu membuat Senja sempat memakai Dinda karena dianggap lalai saat menyetir.
"Lo bisa nyetir nggak? pake dong mata lo! Lihat tuh hampir nabrak, kan?" bentuk Senja memukul dasbor dengan kesel.
"Gue juga baru dapat kabar tiba-tiba, Ja. Dia minta kita ketemuan lebih awal karena dia harus pergi ke luar negeri, ada urusan bisnis katanya," terang bang Eko.
Tapi kenyataannya walaupun mereka sudah buru-buru datang, pengusaha itu belum juga hadir. Mereka terpaksa harus menunggu dengan wajah kesal dan uring-uringan.
Setengah jam menunggu akhirnya pria itu muncul bersama seorang pria lainnya yang berada di belakangnya, tanpa senyum tanpa mengatakan maaf pria itu hanya mengangguk kepada Eko lalu menarik kursi dan duduk berhadapan dengan Senja dan Eko.
"Selamat datang tuan Stanfield, kami sangat merasa terhormat bisa bertemu dengan Anda hari ini," sapa Eko basa-basi.
Tanpa mengulur waktu, asisten pria itu mengeluarkan berkas dari tasnya. Itu adalah draft perjanjian kerja di antara mereka. Senja menarik kertas itu dan membaca setiap detailnya, tidak ada masalah yang menyulitkannya sehingga dia memutuskan untuk menyetujui isi draft itu.
"Bagaimana? apakah kalian menyetujui isi dari perjanjian ini?" tanya pria yang juga terlihat kaku seperti bosnya itu.
"Bagaimana Senja? abang rasa semua sudah oke," ujar Eko menghadap ke arah Senja.
Senja melirik sekilas ke depan melihat reaksi pria itu lalu berbalik arah pada Eko dan mengangguk setuju.
"Dana 10 M itu akan saya kucurkan dengan catatan saya ingin meminta Anda membuat novel yang baru," ucapnya dingin.
Tentu saja Senja mengerutkan kening.
Permintaan pria itu tidak biasa, pasalnya saat ini novel Senja yang paling booming dan terbaru adalah kisah Renjana, lantas kenapa bukan itu yang diangkat menjadi layar lebar? Bukankah pada awalnya Eko memberitahunya bahwa novel Renjana lah yang akan di filmkan?
"Novel baru? bukannya kesepakatan kita adalah novel saya yang berjudul Renjana? Kenapa Anda meminta Noval baru? padahal novel itu sangat booming," ucap Senja meletakkan dengan kasar pena yang sejak tadi digenggamnya, menyandarkan punggungnya ke kursi dan melipat tangan di dada, menatap lurus ke arah pria yang tidak mau melepaskan kacamata hitamnya sejak awal pertemuan tadi.
"Hanya itu syarat dari saya. Saya ingin novel baru yang berkisah tentang seorang gadis yang dianiaya oleh gadis lain, katakan saja bisa kakaknya sepupunya, majikannya atau sahabatnya. Intinya Gadis itu harus teraniaya dan dikhianati. Oh ya, jangan lupa gadis itu harus tersiksa," lanjut pria itu.
"Tapi tuan Edward, maksud saya tuan Stanfield, bukankah sebaiknya kita mengangkat novel yang sedang booming saja saat ini? Novel Renjana begitu banyak peminatnya, bahkan menjadi best seller di toko buku di berapa tempat di kota ini," terang Eko memberikan sudut pandangnya.
"Justru itu, saya ingin membuktikan apakah Anda sutradara bertangan dingin, bisa menjadikan satu novel picisan, yang tidak terkenal, menjadi film yang bagus dan diminati oleh masyarakat," tantang Edward.
Eko dan senja saling beradu pandang. Kalau mengikuti keinginannya, Senja ingin sekali melempar bolpoin yang ada di atas meja ke wajah pria sombong itu, seenaknya saja memberi perintah. Apa dia pikir membuat satu novel itu gampang? terlebih pada perjanjian tertulis itu, dia menginginkan produksi novel itu harus dimulai awal bulan depan artinya dia hanya punya waktu sampai akhir bulan untuk menulis sebuah novel baru!
"Kalau kalian tidak siap, kita bisa membatalkan perjanjian ini. Saya bisa cari penulis lain yang bisa menerima tantangan saya," ucap Edward mencemooh.
Senjaya yang merasa harga dirinya diinjak-injak dan merasa dianggap sebelah mata, akhirnya menerima tantangan Edward.
"Baiklah saya terima tantangan Anda dalam waktu satu bulan ini, saya akan menyiapkan satu novel baru sesuai dengan yang Anda inginkan, namun saya juga ingin mengajukan satu permintaan, honor saya harus ditambah, dua kali lipat dari perjanjian awal, kalau tidak Anda boleh membawa perjanjian ini," jawab senja menaikkan satu alisnya.
"Baiklah satu minggu dari sekarang saya ingin naskah 30 bab pertama dari novel Anda. Setidaknya dari 30 bab itu saya sudah bisa melihat isi cerita yang Anda coba kembangkan, jika menurut saya novel itu tidak bagus maka dengan sangat menyesal saya akan melemparnya ke tempat sampah," cibir Edward.
Senja ingin sekali menarik kacamata pria itu, ingin melihat keseluruhan wajah pria sombong yang sudah membuat harinya menjadi berantakan dan mood-nya sangat buruk, tapi dia hanya bisa melakukannya dalam pikirannya saja.
Sejujurnya dia sangat menyesal karena terpancing oleh omongan pria itu. Bagaimana mungkin dia bisa menyelesaikan satu buah novel dalam satu bulan?
Tapi Senja tidak bisa mundur lagi. Nama baiknya dipertaruhkan sekaligus dia ingin membalas pria itu dengan membuktikan kalau dirinya bukan penulis sembarangan.
"Ja, kenapa lo terima tawaran dari tuan itu? bukan apa ya, Ja, dia hanya ngasih waktu satu bulan. Gue takutnya lo..."
Kalimat Dinda menggantung di udara karena dibentak oleh Senja. "Bisa diam gak lo? kepala gua mumet! Itu bukan urusan lo, biar gue yang mikir! Lo 'kan tinggal enak, ngerjain hal kecil yang gue suruh. Gue yang mikir, gue yang banting tulang, begadang nulis. Jadi, lo tutup mulut, diam aja tunggu perintah dari gue!" bentak Senja kasar.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 85 Episodes
Comments
Hikam Sairi
baca
2024-05-30
0
Ayuk Vila Desi
baru mampir...🤭
2022-12-14
0
🍊𝐂𝕦𝕞𝕚
mampir ka padahal semenjak rilis udah favorit tapi baru sekarang read nya
semoga up nya lancar
tatapan satria ke Dinda ko bikin curiga ya
2022-11-09
2