Pria itu tidak meneruskan ucapannya membuat Kia sangat kesal.
"Sudah Kak, ayo pergi. Tidak ada gunanya berurusan dengan pria pengecut seperti dia," ajak Kia.
"Tunggu dulu, jangan pergi," cegah pria itu.
"Mau apa lagi, sih?" tanya Kia ketus.
"Kia, turunkan nada suaramu," pinta Asha.
"Habis dia menyebalkan sih, Kak," ucap Kia.
"Aku malu mengatakannya," ucap pria itu.
"Tuh kan, ini orang tidak jelas, hanya buang-buang waktu kita saja," ucap Kia emosi.
"Jangan di potong dulu, Kia. Biarkan dia menjelaskan dulu," ucap Asha.
Keduanya menatap pria itu. Karena tidak ingin kena marah lagi akhirnya ia bersuara.
"Aku hanya mengaguminya saja, mataku tidak dapat berpaling darinya. Aku jatuh cinta pada pandangan pertama. Bahkan setelah tahu sifatnya yang begitu baik dan lembut, aku makin tergila-gila padanya," jelas pria itu dengan wajah memerah menahan malu.
"Hah?"
Keduanya terperangah tak percaya mendengar ucapan pria itu. Kia langsung berbisik di telinga kakaknya.
"Ini kesempatan Kakak melakukan misi kita, dia target yang sempurna," bisik Kia membuat kakaknya menoleh padanya.
Untuk sejenak Asha tak dapat berkata-kata, dia merasa sangat bingung dengan kejadian ini. Selama ini dia memang tidak pernah mempunyai kekasih, pertemanan dengan pria saja sangat di batasi apalagi untuk berpacaran ayahnya sangat melarangnya. Dia mulai memikirkan kata-kata Kia tadi.
"Harusnya kamu bisa menghampiri aku dan berkenalan baik-baik, jangan membuntuti seperti ini. Kenalkan namaku Asha, ini adik ku Kia," ucap Asha sembari menyodorkan tangannya.
"Maaf, tadi aku tidak punya keberanian sebab kamu sangat cantik. Aku Erik," jawab pria itu menerima uluran tangan Asha.
"Gara-gara kamu makanan kita yang belum di sentuh sama sekali terpaksa di tinggalkan," ucap Kia.
"Maaf, untuk menebus kesalahan ku biar aku traktir kalian ya, kalian boleh pesan apa saja," balas Erik.
"Ok, deal. Kita makan di mana ini?" tanya Kia.
"Terserah kalian saja, di mana saja boleh," ucap Erik.
"Di food court tadi saja, Kia. Di sana kan menunya banyak," ucap Asha.
"Duh Kakak ini kesempatan kita ngerjain dia, cari yang mahal saja," bisik Kia.
"Udah, jangan. Kita makan di food court tadi saja, Rik," putus Asha.
"Siap, Tuan Putri," goda Erik.
"Huh dia gombal banget, ketahuan sekali kalau playboy," ucap Kia.
"Aku mendengarnya, Kia. Tapi tidak apa-apa, kamu bisa mengolok aku apa saja. Aku tidak akan marah, karena hatiku sedang berbunga-bunga," ucap Erik sambil tersenyum lebar.
Mereka melangkah menuju food court, setelah memesan makanan dan minuman, mereka mengobrol santai. Asha memperhatikan Erik dengan seksama, ia pria yang tampan dan fashionable. Tidak mungkin rasanya jika ia masih sendiri. Ia akan menggali informasi terlebih dahulu sebelum memutuskannya menjadi target atau tidak.
"Ceritakanlah tentang dirimu, agar kita bisa lebih akrab," ucap Asha.
"Baiklah, nama lengkap ku Erik Ardiansyah. Usia 26 tahun, hobi memotret, pekerjaan arsitek. Status single, anak pertama dari dua bersaudara," balas Erik.
"Ah yang benar single, nanti kakak di labrak istrimu di sangka pelakor lagi," ledek Kia.
"Serius, aku belum menikah. Kalau tidak percaya aku ajak ke rumah bertemu mama ku," ucap Erik.
"Buat apa ketemu mama mu?" tanya Asha.
"Ya, biar kenal sama calon mertua," selorohnya.
"Wah percaya diri banget, tadi saja malu-malu kucing. Eh ternyata ngebet banget," ucap Kia.
Semuanya tertawa mendengar ucapan Kia. Kia memang bicaranya ceplas ceplos tanpa rem, berbeda dengan Asha yang lembut dan lebih dewasa.
"Tadi kamu bilang hobi memotret, jangan-jangan kamu sudah diam-diam mengambil foto kakak ku, hayo ngaku," desak Kia.
"Maaf," ucap Erik sambil menggaruk kepalanya yang tidak gatal.
"Coba aku lihat hasilnya," pinta Asha.
Erik menunjukkan kameranya, mereka melihat satu persatu hasil jepretan Erik. Ternyata pria itu cukup berbakat walaupun sekadar hobi tapi hasilnya bagus, ia bisa mencari angle yang pas untuk memotret.
"Wah kamu berbakat, hasilnya bagus semua," puji Asha.
"Itu karena modelnya memang sempurna, jadi mau di foto darimana saja pasti hasilnya bagus," puji Erik mulai menggombal.
"Eh kamu jangan seenaknya mengambil foto orang, harus bayar royalti kalau tidak kamu hapus. Kakak ku memang model jadi tentu saja ia itu fotogenik," ucap Kia.
"Aku tidak akan menyebarkannya, hanya untuk koleksi pribadi masa tidak boleh," ucap Erik sedih.
"Siapa yang tahu niat mu berubah, nanti ketika kakak terkenal malah kamu jual ke media, atau malah fitnah kakak dengan foto-foto itu. Bisa juga malah kamu bawa foto kakak ke dukun untuk di pelet " ucap Kia.
"Kia kamu itu kebanyakan nonton infotainment sama sinetron ya, kok jelek begitu sih prasangka mu pada ku," balas Erik.
"Sudah-sudah jangan bertengkar, kalian itu baru saja kenal sudah seperti Tom and Jerry saja dari tadi. Aku tidak keberatan kamu simpan foto ku, bukankah sekarang kita berteman," kata Asha menengahi.
Sebelum berpisah mereka bertukar nomor ponsel. Erik sangat senang Asha mau memberikan nomor ponselnya.
***
Keesokan paginya, suasana begitu riuh di kediaman ibu Aida. Kedua putrinya mulai bekerja hari ini, jadi pagi-pagi mereka sudah bangun. Setelah bersiap dan sarapan mereka berpamitan.
"Bunda, kita berangkat dulu ya. Love you, Bunda," pamit Kia dan Asha sembari menyalami ibunya.
Sesampai di kantor Kia, ternyata telah banyak karyawan yang datang. Seorang pria tampan berusia sekitar 27 tahun tak berhenti menatapnya sejak tadi. Setelah perkenalan dengan semua staf, ia baru tahu ternyata pria yang tadi menatapnya adalah supervisor di kantornya.
"Azkia hati-hati dengan Pak Reno, dia terkenal playboy. Aku lihat dia selalu menatap mu, dia pasti tertarik padamu," ucap Sisil, teman barunya.
"Panggil aku Kia saja, ya Sisil. Apa iya dia tertarik kepada ku, aku kan hanya customer service baru di sini," ucap Kia.
"Aku sudah dua bulan di sini jadi sudah cukup hafal dengan tabiatnya. Jelas saja dia tertarik, kamu itu cantik sekali, Kia. Jadi hati-hati jangan sampai masuk perangkapnya," ucap Sisil.
"Kalau dia berani macam-macam akan aku keluarkan jurus ku, jurus auman harimau, hahaha," ucap Kia tertawa lebar.
Sisil tertawa mendengar ocehan Kia, dia tidak menyangka gadis secantik Kia ternyata humoris. Ia pasti akan merasa terhibur jika berada di dekatnya.
"Ehem, ehem," seseorang berdehem.
Mereka langsung diam, ternyata orang yang mereka bicarakan sejak tadi telah ada di depan mereka.
"Azkia Bellona Davira, cepat ikut aku," perintahnya tegas.
"Maaf, Pak. Ada apa ya, ini saya sedang mempelajari product knowledge?" tanya Kia.
"Benar? Bukannya dari tadi kalian membicarakan aku," jawab Reno.
Mata keduanya membulat, Kia dan Sisil saling berpandangan.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 50 Episodes
Comments
SBY army
oh erik namanya
2023-02-18
0
Fatma ismail
🤣🤣🤣🤣 ketahuan
2022-11-20
0
Alifia Najla Azhara
senang liat Asha adem, kalau kita lucu
2022-11-10
1