"Ini bukan ide gila, Kak. Ini cara supaya para pria berhenti menyakiti wanita. Kita pilih yang sekiranya playboy sebagai target, dan ingat jangan pernah melibatkan perasaan dalam misi ini," jelas Kia.
"Ah entahlah, ayo kita tidur. Lihat nanti saja, aku masih tidak tega untuk mempermainkan perasaan seseorang," jawab Asha.
"Ok, biar aku yang mulai ya. Kita harus bisa bermain cantik agar misi ini berhasil. Suatu saat aku juga ingin membalas perbuatan ayah dan tante Geya," ucap Kia dengan tersenyum penuh arti.
***
Keesokan hari.
"Kak lihat ini," ucap Kia menyodorkan ponselnya.
"Roki? Siapa dia?" tanya Asha tak mengerti.
"Ini dia target pertama ku, ia bekerja sebagai teller di kantor tempat aku bekerja. Kemarin dia mengajak ku berkenalan saat lihat lokasi tempat ku bekerja. Orangnya seperti tebar pesona gitu, dia bahkan minta nomor wa ku," jelas Kia.
"Kamu yakin akan melakukan hal ini, Kia?" tanya Asha.
"Iya, Kak. Aku tidak ingin melihat banyak wanita terluka, cukup aku melihat bunda menangis setiap malam itu sudah membuat hatiku sakit sekali," jawab Kia.
"Hati-hati ya, kamu harus tetap waspada. Jangan sampai justru pria itu yang mengerjaimu, ini kota besar, Kia," pesan Asha.
"Iya, Kak. Tenang saja, aku pasti bisa jaga diri," jawab Kia.
"Hari ini Kakak belum mulai bekerja?" tanya Kia melihat kakaknya tengah bersantai.
"Besok baru mulai, sekalian tanda tangan kontrak. Kalau sudah dapat uang, kita pergi belanja ya," jawab Asha.
"Memang gajinya besar, Kak?" tanya Kia penasaran.
"Ya lumayan, uang muka 50 juta setelah tanda tangan kontrak. Sisanya di cicil selama 3 bulan ke depan," jawab Asha.
"Wah lumayan, kakak hebat," puji Kia.
"Ayo kita ke Mall, mungkin setelah ini kita akan jarang punya waktu bersama," ajak Asha.
"Tapi kita kan belum punya uang, kak. Masa iya minta sama bunda lagi," ucap Kia.
"Tidak apa-apa, besok setelah tanda tangan kontrak kan Kakak ganti langsung," balas Asha.
"Ok deh kalau gitu, ayo," ucap Kia menyetujui.
Mereka segera bersiap-siap, berganti baju dan sedikit polesan make up. Mereka berdua memang sangat cantik walau tanpa make up berlebihan, bahkan sering orang mengira mereka itu adalah artis. Setelah berpamitan mereka bergegas berangkat.
"Kak itu bajunya bagus sekali," ucap Kia menunjuk sebuah kemeja putih lengan panjang dengan aksen pita di dada dan renda di tangannya.
"Ambil saja kalau kamu suka, Kia. Itu cocok untuk mu yang seorang pekerja kantoran," balas Asha.
"Setelah dari sini kita ke tempat sepatu dan tas ya, Kia," ucap Asha.
"Siap Kak, aku pilih beberapa baju lagi dulu ya Kak," ucap Kia.
"Iya, carilah yang kamu suka. Kakak tunggu di bagian gaun sebelah sana ya," balas Asha sambil menunjuk ke arah jam 12 tubuhnya.
"Ok, Kakak," jawab Kia.
Mereka pun berpencar mencari yang mereka inginkan dan mereka butuhkan. Tampak sepasang mata mengikuti ke arah Asha pergi. Saking asyiknya berbelanja mereka sampai lupa waktu.
"Ah ketemu juga, dari tadi aku cari Kakak. Belanjaan ku sudah banyak ini Kak, ayo kita bayar," ucap Kia.
"Oh ya sudah, ayo," ajak Asha.
Sepasang mata yang dari tadi mengikuti gerak gerik Asha ternyata masih membuntutinya. Tak sengaja Kia melihatnya, awalnya dia tak menaruh curiga tapi karena ia merasa di awasi terus akhirnya ia berbisik kepada Asha.
"Kak, itu pria yang di arah jam 12 kita dari tadi membuntuti kita loh. Sejak di outlet pakaian sampai di foodcourt ini dia ngikuti terus," bisik Kia.
"Yang berjaket merah topi hitam itu bukan?" tanya Asha sambil melirik ke arah yang di tunjuk Kia.
Kia mengangguk cepat.
"Ah biarkan saja selama tidak mengganggu, mungkin hanya orang iseng," balas Asha.
"Duh kok jadi kebelet pipis sih, Aku ke toilet bentar ya," ucap Asha.
"Ok, Kak. Jangan lama-lama ya," balas Kia.
"Iya, ngapain juga lama-lama di toilet," jawab Asha sambil terkekeh.
Kia tetap mengawasi pria itu karena penasaran. Ternyata tidak lama setelah Asha pergi pria itu ikut beranjak dan pergi ke arah kakaknya tadi berjalan.
"Hah mau kemana pria itu, apa jangan-jangan akan menyusul Kakak?" tanya Kia berbicara sendiri.
"Oh, tidak." ucapnya lalu bergegas mengikuti pria itu.
Pria itu berjalan dengan cepat sehingga ia kehilangan jejak. Ia menoleh ke segala arah tapi pria itu menghilang. Akhirnya ia melangkahkan kaki menyusul kakaknya ke toilet. Ia melihat kakaknya baru saja keluar dari sana. Ketika ia akan menghampirinya ternyata pria tadi sedang menatap kakaknya dari dekat pintu toilet pria. Tiba-tiba Kia menghampiri pria tadi.
"Heh, kenapa kamu dari tadi mengikuti kakak ku?" tanya Kia sembari menarik tangan pria itu agar keluar dari pintu toilet.
"Maksud kamu apa, aku tidak mengerti," ucap pria itu sedikit gugup, ia terkejut dengan kehadiran Kia.
"Sudahlah mengaku saja, dari tadi kamu itu mengikuti kakak. Sejak di outlet baju, lalu ke foodcourt terakhir kakak ke toilet kamu juga membuntutinya," teriak Kia kesal karena pria itu menyanggahnya.
"Ini kan tempat umum, jadi bebas aku mau pergi kemana saja terserah aku. Jangan seenaknya menuduh orang tanpa bukti begitu," kilah pria itu tetap tidak mengaku.
"Tanpa bukti bagaimana aku lihat dengan mata kepalaku sendiri kamu selalu menatap ke arah kakakku, masih tidak mau mengaku. Pria pengecut kamu itu," ucap Kia semakin kesal.
Asha yang melihat adiknya ribut dengan pria itu segera menghampiri mereka yang sudah menjadi tontonan orang-orang yang hendak ke toilet.
"Ada apa, Kia? Jangan ribut di sini, malu itu di lihat banyak orang. Kalian sudah dewasa jika ada masalah selesaikan baik-baik jangan di tempat ramai seperti ini," ucap Asha.
Pria itu menatap Asha dengan tatapan penuh arti. Namun ia tetap bergeming.
"Ini dia Kak, pria yang selalu mengikuti Kakak dari tadi. Sampai kakak ke toilet dia juga ikut, makanya aku segera menyusul kakak kemari," jelas Kia.
Kia menatap pria itu tajam, ia merasa tidak pernah mengenal pria ini sebelumnya. Ia merasa heran kenapa pria itu mengikutinya.
"Apa kita pernah saling kenal sebelumnya? Mengapa kamu mengikuti aku? Apa kita punya masalah?" tanya Kia ramah.
Mereka penasaran dengan jawaban pria tadi, namun pria itu justru hanya diam dan menundukkan kepalanya membuat Kia kehilangan kesabaran.
"Heh kamu tuli ya, di tanya malah bungkam. Tadi saja bicaranya lancar giliran kakak bertanya jadi bisu," maki Kia.
"Kia, tidak boleh begitu bicaranya jangan kasar. Biarkan dia menjelaskan dulu," ucap Asha halus.
"Ayo jawablah pertanyaan ku tadi, kalau kamu tidak mau menjawab kita akan pergi saja," ucap Kia.
Pria itu masih diam, karena tidak ingin memperpanjang persoalan ini Asha segera menarik Kia untuk segera pergi.
"Tunggu," cegah pria itu.
Mereka pun berhenti dan menoleh kepada pria tadi menunggu penjelasannya.
"Sebenarnya, aku..."
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 50 Episodes
Comments
SBY army
pengagum rahasia kyanya, secara asha kan cantik
2023-02-18
0
Alkenzie
tunggu up nya insyaallah hari ini kak 🙏🙏
2022-11-07
0
Alifia Najla Azhara
duh jadi penasaran siapa sebenarnya cowok itu sih?
2022-11-06
0