Bab 5

Kabir terdiam cukup lama, lalu dia menjawab.

"Kabir" jawab Kabir singkat.

Laela membulatkan mulutnya membentuk huruf O sambil mengangguk paham.

Kemudian Laela melepaskan tas ransel yang dia pakai. Dan meletakkan nya di sampingnya. Mengeringkan nya juga.

"Dan kamu?" tanya Kabir.

Laela tersenyum dan berkata.

"Namaku Laela, Laela Shafira. Pakai e ya!" jawabnya.

Kabir hanya tersenyum tipis. Laela lalu mengeluarkan satu persatu barang-barang dalam tasnya karena memang tasnya sangat basah.

Kabir hanya melihat apa yang dilakukan oleh Laela.

"Kamu sekolah dimana?" tanya Kabir.

"Aku sudah lulus bang Kabir...!"

"Bang?" tanya Kabir sambil mengernyitkan keningnya.

Laela langsung melihat ke arah Kabir.

"Iya, aku yakin mungkin usiamu lebih tua dariku. Jadi harus ada kata itu kan di depan namamu saat aku memanggil mu. Tidak sopan kalau aku sebut namamu saja. Iya kan?" tanya Laela yang kembali merapikan semua barang-barang nya ke dekatnya.

'Kenapa harus bang, aku seperti mendengar seseorang menyapa tukang ojek!' batin Kabir.

"Panggil saja Kabir!" seru Kabir.

Laela mengangkat kedua alisnya.

"Ya ampun, baiklah baiklah Kabir!"

'Panggilan saja jadi masalah!' batin Laela

"Kamu bilang sesuatu?" tanya Kabir membuat Laela tercengang.

'Hais, apa dia bisa membaca pikiran orang?' tanya Laela dalam hati sambil menggelengkan kepalanya dengan cepat.

Kabir dan Laela masih duduk diam di depan api yang mereka buat. Bahkan pakaian mereka juga sudah lumayan kering. Kabir menoleh ke arah Laela, dan Laela terlihat duduk sambil memejamkan matanya. Kadang oleng ke kanan dan kadang oleng ke kiri.

Kabir terkekeh pelan melihat itu, karena memang baru Laela saja yang wanita yang tampil apa adanya dan bersikap normal seperti itu di depan Kabir. Wanita lain akan menjaga image mereka agar tampak menawan di depan Kabir.

Kabir berdiri lalu duduk di sebelah Laela, saat Laela oleng ke arahnya. Dia meraih kepala Laela dan menyandarkan kepala Laela di lengan kekarnya.

"Laela, tidak buruk!" gumam Kabir.

Beberapa saat kemudian saat pagi mulai menjelang. Laela pun membuka matanya. Dia sadar kalau dia bersandar ke sesuatu. Buru-buru Laela menarik dirinya dan melihat ke arah Kabir yang sedang melihat ke arahnya.

"Hah, aku tidur bersandar padamu ya? maaf maaf aku tidak tahu...!" Laela menjeda ucapannya.

Karena dia baru ingat kalau tadi Kabir duduk di selah sana. Sekarang dia di samping Laela. Berarti kabur yang pindah. Laela buru-buru melihat pakaiannya.

"Huh, syukurlah masih utuh!" gumam nya.

Melihat tingkah Laela, Kabir bisa menebak apa yang gadis itu pikirkan.

"Tenang saja, aku tidak suka pada anak kecil!" ucap Kabir.

Laela langsung melebarkan matanya.

"Hei, aku ini sudah 19 tahun, dimana terlihat seperti anak kecilnya?" tanya Laela tak terima.

Kabir malah terkekeh.

"Dari ukurannya!" jawab Kabir asal.

Laela langsung menutup dadanya dengan kedua tangannya bahkan berbalik memunggungi Kabir.

'Ya ampun, apa iya?' tanya Laela dalam hati lalu melihat ke arah dadanya.

"Tidak usah di lihat lagi, itu memang kecil!" tambah Kabir.

Laela mendengus kesal lalu meraih tasnya.

"Aku katakan sesuatu ya, kata ayah kalau soal kepintaran, atau sikap seseorang kamu boleh mencelanya. Tapi kalau bentuk fisik, kamu tidak boleh mencelanya. Itu mutlak ciptaan Tuhan." jelas Laela lalu memakai tas ranselnya.

Kabir sampai di buat terdiam oleh ucapan Laela. Benar apa yang dia katakan.

"Ayah mu seorang ustadz?" tanya Kabir.

Laela menggelengkan kepalanya.

"Bukan, ayah ku pengusaha bubur ayam!" jawab Laela jujur.

Kabir pun dia buat mengernyitkan keningnya lagi. Apalagi saat Laela seperti mendengarkan sesuatu dengan seksama.

"Apa yang kamu lakukan?" tanya Kabir.

"Kabir, disana ada suara mobil. Ayo kita ke sana!" ajak Laela ke suatu arah.

Kabir hanya berdiri dan menatap punggung Laela yang menjauh darinya. Sedangkan Laela menyadari kalau Kabir tidak mengikutinya pun kembali berbalik.

"Kabir, ayo!" panggil Laela sambil melambaikan tangannya ke arah Kabir.

Tapi Kabir masih tidak bergerak dari tempatnya. Laela pun berlari ke arah Kabir bermaksud untuk menariknya. Tapi tanpa Laela sadari sangking bersemangat nya ingin mengajak Kabir ke arah suara kendaraan itu. Laela tidak melihat ada sebuah akar pohon yang merambat.

Akhirnya akar pohon itu membuatnya keselandung dan...

Brukkk

Dugh

"Aughhh!" pekik Laela ketika dahinya menabrak dahi Kabir.

Jarak mereka begitu dekat, bahkan saat Laela membuka matanya, hidungnya benar-benar sudah menyentuh hidung Kabir. Kabir juga sama, dia menatap Laela dengan tatapan yang tidak bisa di deskripsikan. Teduh dan dalam seolah bisa menarik Laela ke dalamnya dan membuatnya hanyut.

Tangan Kabir bahkan sudah menyentuh belakang kepala Laela.

*Suara sirine mobil polisi...

Baru saja Kabir akan menekan kepala Laela ke arahnya. Laela langsung membelalakkan matanya dan langsung bangkit dari atas Kabir.

"Kabir, polisi. Kita selamat!" seru Laela senang.

"Ayo!" ajak Laela mengulurkan tangannya pada Kabir.

Kabir hanya bisa menghela nafasnya saja, sesaat tadi dia sudah memikirkan hal yang aneh. Dia berniat mencium Laela, gadis yang beberapa saat yang lalu dia bilang anak kecil.

Kabir pun mengulurkan tangannya dan bangkit berdiri. Laela tidak melepaskan tangan Kabir dan terus melangkah dengan cepat. Dia sangat senang, karena dia yakin akan selamat dan segera keluar dari hutan ini.

Saat sudah di tepi jalan, Laela melihat mobil polisi itu dan segera melepaskan tangan Kabir untuk melambaikan kedua tangannya pada mobil polisi itu.

"Hei, pak polisi tolong berhenti!" teriak Laela.

Mobil polisi dan sebuah mobil hitam pun berhenti melihat Laela melambai sambil loncat-loncat.

Dari dalam mobil hitam itu keluar seorang pria yang langsung membuat Laela bertambah senang melihatnya.

"Paman Saman!" teriak Laela lalu menghampiri Saman yang merupakan pamannya. Keponakan dari neneknya.

Dari dalam mobil polusi juga keluar seorang pria dengan seragam dan jaket kulit.

"Laela!" panggilnya pada Laela.

Laela yang awalnya ingin berlari ke arah Saman pun berhenti. Dia membuka lebar-lebar matanya melihat polisi tampan yang memanggilnya.

"Bang Arman!" seru Laela.

Saman mendekati Laela dan Arman.

"Syukurlah nak kami menemukan mu, kamu tidak tahu betapa bibi Zubaidah mencemaskan mu!" ucap Saman.

"Bagaimana bisa kamu keluar dari hutan, apa yang terjadi?" tanya Arman.

"Aku melarikan diri saat kereta yang aku tumpangi di bajak penjahat!" jelas Laela.

"Kami sudah mendengarnya, syukurlah kamu tidak apa-apa! kamu sendirian?" tanya Arman cemas.

Laela langsung melihat ke belakang,

"Aku...!"

Laela langsung terdiam, karena dia tidak melihat Kabir di belakangnya.

'Dimana dia? tadi dia di belakang ku?' tanya Laela dalam hati.

Tapi kemudian dia ingat Kabir yang membawa senjata api. Mungkin Kabir tidak ingin berurusan dengan polisi karena senjata yang dia bawa.

"Em... iya aku sendiri!" jawab Laela dengan suara pelan.

"Ya sudah, ayo kita kembali ke rumah nenekmu. Dia pasti sangat cemas!" ajak Saman.

Laela pun mengangguk, dan masuk ke dalam mobil. Tapi pandangan Laela terus mengarah ke arah dimana Kabir tadi menghilangkan.

'Haih, semoga dia baik-baik saja!' batin Laela.

***

Bersambung...

Terpopuler

Comments

Ran Aulia

Ran Aulia

👍👍👍

2023-08-11

1

Sandisalbiah

Sandisalbiah

ok.. Laela.. pake e..!!

2023-08-08

1

M⃠Ꮶ͢ᮉ᳟Asti 𝆯⃟ ଓεᵉᶜ✿🌱🐛⒋ⷨ͢⚤

M⃠Ꮶ͢ᮉ᳟Asti 𝆯⃟ ଓεᵉᶜ✿🌱🐛⒋ⷨ͢⚤

gak ada salam perpisahan 🤭

2022-12-02

3

lihat semua

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!