Bab 2

Karena panik melihat banyak darah, Laela segera menarik tubuh pria itu dengan tertatih tatih lalu mendudukkan nya di lantai dengan bersandar di dinding. Laela meletakkan kepala pria itu di pinggiran bathtub kamar mandi.

Dengan cepat tangan Laela meraih tissue yang tergulung di dekat closed. Lalu membasuhnya dengan sedikit air lalu membersihkan semua darah yang ada di kepala dan wajah pria itu. Begitu wajah pria itu bersih. Laela malah di buat takjub dengan pemandangan di depan matanya. Bahkan tanpa sadar Laela berkata.

"Subhanallah... tampan sekali... eh!!" hingga pada akhirnya dia sadar kalau dia sedang tidak dalam situasi yang bisa mengagumi makhluk tuhan paling tampan yang pernah dia lihat di dunia nyata ini.

Laela lalu mencari dimana luka yang menyebabkan pria ini berdarah di kepalanya. Tapi sudah beberapa lama dia memutar dan memeriksa kepala pria itu, sama sekali tidak ada yang terluka.

Mata Laela langsung terbelalak, dan mulutnya terbuka lebar. Dia lantas membuang tissue yang masih berlumuran noda di tangannya.

"Hoh, jangan-jangan ini bukan darahnya. Tapi darah orang lain!" gumam Laela yang tangannya kembali gemetaran.

Tak lama kemudian dia melihat ke arah perut pria itu yang tak kalah banyak noda darahnya. Tapi setelah di perhatikan lebih teliti sepertinya noda itu berbeda. Kelihatannya masih sangat basah tak sama seperti di wajah dan kepalanya tadi.

Dengan memberanikan diri Soraya membuka kemeja putih yang di pakai pemuda itu. Perlahan satu persatu kancing kemeja itu dia buka dengan gemetaran. Dan benar saja ternyata pria itu terkena sebuah tembakan di perut sebelah kanannya.

"Ya Tuhan!" pekik Laela lalu mundur kebelakang hingga jatuh terduduk.

Laela sampai menangis sangking takutnya. Dia tidak pernah melihat hal seperti itu, melihat seseorang dengan luka tembak tidak sadarkan diri di depannya. Rasa kemanusiaan di dalam dirinya ingin menolong, tapi dia tidak tahu bagaimana caranya.

Sampai beberapa saat dia diam, matanya sedikit melebar.

"Oh ya, internet!" pekik Laela yang langsung berdiri lalu keluar dari kamar mandi dan mengambil ponsel yang ada di dalam tasnya.

Laela langsung membuka internet dan mencari tahu bagaimana menghentikan pendarahan pada orang yang terkena luka tembak. Semakin dia baca, semakin dahinya berkerut.

"Alkohol, pis4u bedah... hah! bagaimana ini. Aku tidak mungkin bisa melakukan semua ini. Tapi kalau tidak, pria itu bisa... !"

Laela benar-benar bingung, dia dari kecil memang tidak berniat untuk jadi dokter. Jadi dia tidak pernah serius saat pelajaran yang berhubungan dengan IPA, atau berniat ikut PMR. Dia sama sekali tidak berpikir untuk itu, dia lebih suka dengan ekskul tari dan seni.

Tapi didikan dari kedua orang tuanya yang selalu mengajarkan agar menolong sesama kalau ada kesempatan. Membuatnya berani mengambil resiko.

"Kalau dia tidak aku tolong, dia akan mati. Kalau aku gagal menolongnya dia juga akan mati. Aduh, bagaimana ini. Ck... coba saja, setidaknya aku sudah berusaha!" ucapnya lalu meraih pis4u buah yang ada di meja lalu beberapa lembar tissue dan beberapa plester luka yang memang selalu ada di tasnya.

Dengan cepat dia berjalan ke arah kamar mandi. Dengan terus melihat tutorial di ponselnya, dia berusaha mencongkel peluru yang menancap di perut sebelah kanan pria itu. Untung saja tidak terlalu dalam. Laela bahkan berlari keluar lagi lalu meraih tas make up nya. Dia mengambil jepitan buluu keti4k lalu kembali lagi ke kamar mandi. Dengan susah payah, dan sedikit mencongkel-congkel akhirnya peluru itu lompat keluar dari tempatnya bersar4ng semula.

"Huh, akhirnya. Lalu bagaimana menghentikan darahnya?" gumam Laela lagi.

Dia lalu menekan perut pria itu dengan bajunya. Dia harus melakukan itu karena tissue di toilet sudah habis. Laela berlari lagi, dan mengambil air mineral dingin di kulkas mini yang ada di kamarnya. Dia menyiramkan ke luka itu dan terus menekannya dengan baju. Dia bahkan menggunting selimut yang merupakan fasilitas kereta dan menjadikan potongan selimut itu sebagai perban untuk menutupi luka pria itu. Tentu saja setelah dia mengoleskan obat merah yang emang dia bawa kemana-mana bersama dengan plester luka, karena dia suka menari, Laela memang suka sekali terjatuh. Laela sering sekali terjatuh. Jadi selalu ada obat merah dan plester luka di tasnya.

Setelah selesai, Laela pun menyeka keringatnya yang bercucuran. Melihat pria itu dan balutan di perutnya. Laela bahkan tercengang, dia tidak menyangka kalau dia bisa melakukan semua itu.

"Uhukkk!"

Mata Laela membelalak lebar, dia terkejut ketika pria di depannya itu terbatuk dan mulai membuka matanya.

Setelah membuka mata, pria itu memegang kepalanya. Lalu melihat ke arah perutnya dan sekitarnya. Dia lalu beralih pada Laela.

"Kau yang melakukan semua ini?" tanya nya dengan suara berat.

Laela tiba-tiba saja tidak bisa berkata-kata. Lidahnya jadi keluu.

Pria itu lalu membuka kemejanya, dan hanya memakai jaketnya saja. Setelah itu dia meminum air yang ada di botol mineral disebelahnya. Sisa air yang di gunakan Laela menyiram bekas lukanya.

"Kau seorang perawat magang?" tanya pria itu dan Laela menggelengkan kepalanya dengan cepat.

"Anggota PMR?" tanyanya lagi.

Dan lagi-lagi Laela menggelengkan kepalanya.

"Pantas saja, rasanya luka ku perih sekali. Kau mencongkelnya terlalu amatir. Tapi terima kasih. Siapa namamu?"

Baru saja pria itu bertanya seperti itu, tiba-tiba kereta seperti di rem secara mendadak. Laela bahkan sempat hampir menabrak pria itu karena kerasnya goncangan. Tapi dia langsung berdiri dan berpegangan pada wastafel.

"Kemasi barang-barang yang berhubungan dengan identitas mu, ponsel dan semua yang ada nama mu. Cepat!" ujar pria itu yang susah payah berdiri.

"Ke.. kenapa memangnya?" tanya Laela bingung.

"Cepat, kita tidak punya banyak waktu. Mereka pasti sudah membajak kereta ini!" ucap pria itu karena saat pria itu keluar dari kamar mandi dan melihat ke jendela mereka berada di persawahan.

Laela langsung meraih ponselnya, dia meraih tasnya. Untung saja ibunya selalu mengatakan untuk menyatukan semua barang pribadi nya dalam satu tas. Ternyata hal itu sangat berguna sekarang.

"Ayo!" pria itu langsung menarik tangan Laela dan mengajaknya lompat dari kereta.

Brukkk

Pria itu dan Laela bergulung-gulung di sebuah semak yang merupakan tumpukan batang jerami.

Belum sempat Laela mengeluh karena badannya sakit semua tertusuk-tusuk jerami. Pria itu sudah menariknya agar berdiri.

"Ayo cepat kita lari!" ucapnya lalu menggandeng Laela dan berlari menjauh dari kereta.

"Tunggu, kenapa aku harus ikut lari dengan mu? mereka kan hanya mencari mu?" tanya Laela karena sudah kelelahan seperti tak sanggup berlari lagi.

"Apa kamu lupa, kamu menyembunyikan aku tadi. Mereka juga akan menghabisi mu kalau bertemu dengan mu!" jelas pria itu.

Laela terkejut bukan main, dia baru menyadari hal itu. Tak mau tertangkap, Laela lalu menambah kecepatan berlarinya. Bahkan mendahului pria itu.

'Gadis aneh, tapi cukup menarik!' pikir pria itu.

***

Bersambung...

Terpopuler

Comments

Sandisalbiah

Sandisalbiah

lain kali dengerin perkataan org tua Laila.. di suruh nunggu bentaran kamunya gak sabaran jadinnya liburanmu ambyar kan..

2023-08-08

1

HARTIN MARLIN

HARTIN MARLIN

penasaran banget cerita ini

2023-03-04

1

HARTIN MARLIN

HARTIN MARLIN

gak jadi masalah kok memandang aja

2023-03-04

1

lihat semua

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!