“CCTV di villa Lembang rusak ya, Ga?” tanya Ivander pada Anggara. Saat dirinya baru saja mengecek video CCTV villa yang tersambung pada ponselnya.
“Sudah lama rusak, Mas. Karena tidak pernah di maintenance. Paling yang masih berfungsi hanya CCTV yang berada di halaman depan dan belakang, takut kalau ada pencurian,” jelas Anggara.
Ivander menyugar rambutnya yang mulai memutih. Pria itu merasa resah.
“Pak ... Pak Narto ... Siapkan mobil. Malam ini kita ke Lembang!” teriak Ivander.
Tadinya, Ivander menyakini jika Raka dan Qiana akan segera kembali ke kediaman mereka, tapi kini pria itu tak lagi yakin. Ivander malah lebih gusar dibandingkan Qeiza. Dia takut apa yang diucapkan Qeiza benar-benar terjadi. Raka dan Qiana kembali memadu cinta.
Walau kedua anaknya itu sudah melakukannya satu kali, bukan berarti mereka bebas untuk melakukan permainan terlarang itu kembali. Raka dan Qiana bukanlah pasangan suami istri. Tak seharusnya mereka melakukannya. Ivander pun tak rela jika anak gadis yang dia besarkan, diperlakukan begitu murah oleh seorang pria. Walaupun pria itu adalah keponakan yang sangat dia sayangi.
Jikalau Qiana yang mengajak lebih dulu, tak seharusnya Raka menuruti keinginan salah itu. Begitulah pikir Ivander.
“Mobil sudah siap Pak.”
Karena perintah CEO Bratajaya Corporation itu, seluruh keluarga besar Bratajaya pun gegas berangkat menuju villa keluarga mereka yang ada di daerah Lembang, Jawa Barat.
“Sean, kamu ikut mobil Paman saja, temani Mika duduk di belakang. Kamu, Von, kamu ikut mobil Mas Ivan, temani Qei,” perintah Anggara.
Sean dan Ivona mengangguk setuju dan melaksanakan arahan Anggara.
Dua mobil mewah berwarna hitam, berjalan beriringan. Langit yang pekat tak menghalangi keluarga Bratajaya untuk menempuh perjalanan selama lebih dari dua jam, menuju Lembang. Walau ada sopir yang membantu mereka mengendarai mobil-mobil itu, tetap saja perjalanan yang mereka kali ini tak terlalu aman karena dilakukan di malam hari.
Jika mobil yang ditumpangi oleh Ivander, Qeiza dan Ivona terasa sangat dingin, karena ketiga penumpang itu sibuk dengan kekhawatiran mereka masing-masing. Lain halnya dengan mobil yang ditumpangi oleh Anggara, Sean dan Mika. Mobil itu terasa sangat panas. Karena Sean dan Mika merasa takut akan pertanyaan yang diajukan Anggara.
“Papi yakin, kalian berdua tau sesuatu,” ucap Anggara.
Sean dan Mika saling lirik. Sepasang kakak beradik yang bergelar saudara sepupu itu tak dapat menyembunyikan rasa takut mereka.
“Dari sore tadi, kalian terus lirik-lirikan, saling bisik juga.”
“Papi membicarakan apa sih?” keluh Mika.
Anak bungsu Anggara dan Ivona itu sebenarnya mulai merasa resah. Tapi gadis itu berpura-pura tak mengetahui ke mana arah pembicaraan sang ayahanda.
“Kalian tau kan, kalau salah satu perusahan Papi bergerak di bidang penyelidikan. Gelagat kalian sejak sore tadi, terlihat sangat mencurigakan!”
Sean dan Mika kembali saling lirik. Mereka bahkan bersusah payah menelan ludah.
“Ayo cepat katakan. Apa yang terjadi antara Raka dan Qia?! Apa ini semua ulah Raka?”
Kali ini, Sean dan Mika tak hanya saling lirik. Dengan jelas mereka saling tatap dengan dagu berkerut. Bagaimana mungkin Anggara bisa menebak dengan benar?!
“Berarti benar. Ini semua ulah Raka,” lirih Anggara.
“Dan kalian yang membantunya kan?”
Anggara menoleh pada kedua anaknya dan menatap tajam kepada Sean dan Mika satu per satu. Sean dan Mika tentu saja tak bisa berkutik saat Anggara menatap mereka dengan tajam.
“Pa-Paman tanyakan saja langsung kepada Mas Raka. Kami tidak akan mengatakan apapun. Kami tidak pernah mengatakan apapun kan?”
Anggara kembali pada posisi duduknya. Pria paruh baya itu menyandarkan tubuh dan menutup matanya.
“Kalian tidak perlu mengatakan apapun. Semuanya sudah jelas dan terpampang nyata di wajah kalian berdua.”
Lagi, Sean dan Mika saling tatap karena ucapan Anggara. Akankan Raka marah nantinya, karena rencana mereka sudah bocor dengan sendirinya?
“Sean, Mika, kalian ini kenapa sih? IQ kalian itu di atas rata-rata loh. Kalian ini anak-anak genius. Terutama kamu Sean. Raka juga. Bagaimana bisa orang dengan IQ superior melakukan tindakan receh dan memalukan seperti ini?!”
Tak ada lagi saling tatap. Sean dan Mika kini tertunduk. Benar kata Anggara. Mereka adalah anak genius. Walau mereka tak seperti Raka yang memilih melanjutkan kuliah di luar negeri. Tapi mereka juga anak cerdas yang sudah mendapatkan gelar sarjana di universitas ternama di Indonesia pada usia 18 tahun. Sean bahkan sudah memulai studi magisternya di usia 18 tahun.
Tak ada lagi kata. Suasana di mobil yang ditumpangi oleh Anggara, Sean dan Mika, kini hening. Tak ada suara. Senyap.
......................
Sementara itu, walau acara barbeque mereka belum selesai karena masih ada beberapa bahan yang masih dipanggang oleh Raka, perdebatan yang terjadi di villa keluarga Bratajaya, membuat dinginnya malam di Lembang tak lagi terasa.
Dinginnya angin malam di daerah dataran tinggi itu tak lagi menusuk kulit Raka dan Qiana karena hati mereka begitu panas. Ini adalah pertengkaran pertama antara Raka dan Qiana, sejak mereka menjadi keluarga selama 19 tahun.
“Kira-kira ... Siapa ya Mas, orang jahat yang tega memfitnah kita. Kok bisa-bisanya kita digrebek sama polisi di hotel?”
Mendengar pertanyaan yang dilontarkan oleh Qiana, Raka menelan ludahnya dengan susah payah.
“Apa perusahaan saingan yang iri sama pencapaian Mas Raka ya?” tanya Qiana lagi.
“Sudahlah Dek. Jangan terlalu dipikirkan.”
“Bagaimana mungkin tidak dipikirkan, Mas?! Mama jadi tidak memercayai Qia karena hal ini. Mama juga menampar Qia. Seumur hidup, baru kali ini Qia melihat sorot mata Mama yang penuh amarah pada Qia. Qia sedih, Mas. Hati Qia sakit.”
“Siapapun yang menjadi penyebab kejadian kemarin malam, yang jelas, Mas akan bertanggung jawab, Dek. Mas akan nikahi Qia,” lirih Raka.
Dengan hati-hati pria itu mengungkapkan inginnya. Berharap Qiana tidak tersinggung akan pernyataannya.
“Mas! Kok bisa-bisanya Mas berpikir seperti itu! Kita ini saudara, Mas. Kita ini adik kakak! Qia sudah menganggap Mas Raka seperti kakak kandung Qia sendiri.”
“Qi ... Tapi kenyataannya kita tidak ada hubungan darah. Mas akan tetap bertanggung jawab dan menikahi Qia,” ucap Raka.
“Sampai kapanpun, Qia tidak akan mau menikah dengan Mas Raka! Qia tidak merasa berbuat apapun bersama Mas Raka. Tidak ada hal yang harus membuat Mas Raka bertanggung jawab. Lagian, bukankah Mas Raka tau jika Qia punya seorang pria yang Qia cinta. Qia hanya akan menikah dengannya!”
“Paman Ivan sudah meminta Mas untuk mengatur semuanya. Tepat di hari ulang tahun kamu yang ke 23, pernikahan kita akan dilaksanakan,” ucap Raka.
Qiana terpaku mendengar pernyataan yang keluar dari mulut kakak sepupunya itu.
Dirinya akan menikah dengan Raka tepat di hari ulang tahunnya yang ke 23?
Itu artinya pernikahan mereka akan dilangsungkan lima minggu lagi. Tubuh Qiana bergetar. Gadis itu shock!
“Mas ... Kenapa Mas tega sama Qia?” lirih gadis itu. Raka berbalik arah hingga menatap Qiana.
“Qia pikir, Mas Raka adalah orang yang paling mengerti Qia. Qia selalu bercerita apa saja pada Mas Raka. Termasuk tentang Albert. Mas tau kan kalau Qia sangat mencintai Albert? Mas tau juga kan soal rencana Albert akan melamar Qia tepat di hari ulang tahun Qia, di depan seluruh anggota keluarga Bratajaya? Dan sekarang Mas katakan, kalau kita akan menikah di tanggal itu. Tanggal yang seharusnya menjadi hari bahagia bagi Qia dan Albert!” ucap Qiana dengan bibir bergetar.
“Maafkan Mas, Qi ... Tapi, kita memang harus menikah.”
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 75 Episodes
Comments
As
karna Mas yg jebak kamu 🙈
2022-12-17
5
As
wow IQ superior
2022-12-17
5
Mee_La🦈
ketauan deh
2022-11-12
5