Dua jam setelah Ivander dan Qeiza meninggalkan kantor polisi, Raka dan Qiana pun terbebas dari sana. Sudah ada seorang sopir yang menunggu mereka dan membukakan pintu untuk Qiana.
“Silakan, Non,” ucap sopir itu.
“Qia tidak mau pulang, Mas,” rengeknya pada Raka. “Kita naik motor Mas Raka saja. Kemarin, Mas Raka bawa sepeda motor kan?”
“Tapi, keluarga besar kita sudah menunggu Dek.”
“Qia mau menjernihkan pikiran lebih dulu sebelum bertemu Mama! Ayo Mas. Motor Mas Raka parkir di mana? Qia benar-benar sedang tidak ingin pulang.”
“Maaf Dek, kali ini Mas tidak bisa mengabulkan permintaan kamu. Sepeda motor punya Mas sudah dibawa Paman Ivan. Jadi, mau tidak mau, kita pulang bersama Pak Narto,” jawab Raka.
Qiana mengembuskan napas kasar. Dia belum siap untuk bertemu keluarganya. Terutama sang ibunda. Hatinya masih terlalu sakit atas perlakuan ibu kandungnya itu. Qeiza menamparnya. Wanita yang telah melahirkannya ke dunia itu, juga tak memercayai dirinya. Bahkan, ibunya tak memberikan kesempatan padanya untuk membela diri.
“Kalau begitu, Qia pergi sendiri saja. Qia bisa naik taksi sendiri!” ketus Qiana.
Gegas gadis itu mengayun langkah menjauh dari Raka. Pria yang tidak pernah menolak keinginan Qiana itu, mengusap kasar wajahnya. Raka berbalik arah dan mengejar Qiana, menahan lengan gadis itu agar Qiana tak pergi meninggalkannya.
“Mas temani Qia,” lirih pria itu. Senyum kemenangan terpancar di wajah Qiana. Raka memang selalu luluh padanya. Raka adalah orang yang selalu bisa dia andalkan.
“Kita akan pergi ke mana?”
“Pantai, Mas!” jawab Qiana.
“Siang bolong seperti ini kamu mau ke pantai?!”
“Kalau begitu terserah Mas kita mau ke mana. Qia hanya ingin menyendiri sebentar saja.”
Beberapa detik Raka terdiam sebelum akhirnya memberikan ide pada Qiana.
“Kita naik mobil saja. Biar Pak Narto kembali ke rumah naik taksi,” ujar Raka. Qiana pun mengangguk setuju.
Raka dan Qiana pun kembali menghampiri Pak Narto.
“Kita kembali ke rumah sekarang, Non?”
Qiana menggelengkan kepalanya.
“Qia mau pakai mobilnya, Pak. Bapak kembali naik taksi saja. Katakan pada Mama dan Papa, Qia akan pulang kalau Qia sudah merasa tenang.”
“Saya takut dimarahi Ibu, Non,” ucap Pak Narto.
“Saya yang akan bertanggung jawab atas keselamatan Qia, Pak. Jadi Pak Narto kembali saja ke rumah. Katakan pada Tante Qei, saya tidak akan meninggalkan Qia satu detik pun. Saya akan menjaga Qia.”
Raka langsung menyambar kunci mobil yang dipegang oleh Pak Narto, lalu memberikan pria paruh baya itu dua lembar uang.
“Itu buat naik taksi, Pak,” ujar Raka.
“Ayo Dek, naik.”
Gegas Qiana menaiki mobil itu.
“Saya takut dimarahi Bu Qeiza, Den,” ungkap Pak Narto sebelum Raka masuk ke mobil.
“Nanti saya akan hubungi Tante Qei dan Paman Ivan. Pak Narto cukup katakan seperti yang saya ucapkan tadi. Saya yang akan bertanggung jawab atas keselamatan Qia. Saya tidak akan meninggalkan Qia satu detik pun. Saya akan menjaga Qiana.”
Setelah mendapat anggukan kepala dari Pak Narto, Raka pun gegas mengendarai mobil berwarna hitam metalik itu.
“Nih, ponsel Mas. Cari nomor ponsel penjaga villa keluarga kita. Minta dia membersihkan villa dan menyiapkan bahan makanan untuk barbeque.”
Qiana menganggukkan kepalanya dan menuruti setiap ucapan yang diperintahkan oleh kakak sepupunya itu. Bahkan Qiana melakukannya dengan hati riang karena itu artinya, nanti malam dirinya akan menyantap hidangan barbeque buatan Raka. Kakak sepupunya itu, sejak dulu memang paling mahir dalam membuat menu barbeque.
“Pak Bara akan menyiapkan semuanya, Mas. Kita hanya tinggal datang saja,” ungkap Qiana. Raka menganggukkan kepalanya. Pria itu kembali fokus pada kemudi yang ada di hadapannya.
Sebelum meninggalkan Ibu Kota dan berangkat menuju salah satu villa keluarga Bratajaya yang berada di Lembang, Raka dan Qiana memutuskan untuk makan siang lebih dulu. Warung bakso kaki lima menjadi pilihan Qiana untuk menu santap siangnya. Raka tentu saja menuruti keinginan sepupu tercintanya itu.
“Sambelnya jangan banyak-banyak, Dek. Nanti kamu sakit perut,” ucap Raka.
“Biar Mas. Biar pusing di kepala ini minggat semua!”
Raka menghela napas panjang, melihat Qiana menambahkan begitu banyak sambal ke dalam mangkoknya. Pria itu hanya bisa membeli obat anti diare saat Qiana masih sibuk menyantap makanannya.
Dan benar saja. Begitu tiba di villa, perut Qiana melilit. Gadis itu langsung berlari ke toilet begitu tiba di villa.
Raka pun gegas menyodorkan obat anti diare begitu Qiana keluar dari toilet. Bibir Qiana langsung mengembang saat melihat apa yang diberikan oleh Raka untuknya.
Qiana bahkan langsung mendekap tubuh Raka. Qiana memang terbiasa memeluk Raka, gadis itu sangat menyayangi Raka. Itu semua karena Raka sudah dianggapnya seperti kakak kandungnya sendiri.
Namun, tanpa Qiana tau, jika jantung Raka selalu berdetak lebih cepat saat Qiana memeluknya.
“Terima kasih, Mas. Mas Raka memang selalu tau apa yang Qia butuhkan,” ucapnya. Qiana melepaskan dekapannya dan langsung melangkah menuju dapur untuk mengambil minum dan meminum obat yang baru saja diberikan oleh Raka.
“Kamu benar, Qi. Mas memang tau apa yang kamu butuhkan. Dan yang kamu butuhkan adalah Mas,” gumam Raka.
“Kenapa Mas?” tanya Qiana yang samar-samar mendengarkan gumaman Raka.
Raka menggelengkan kepalanya, “Tidak apa-apa Qi. Ayo cepat minum obatnya. Daripada nanti kamu harus bolak balik ke toilet.”
Saat Qiana sibuk dengan perut melilitnya. Raka mempersiapkan bahan-bahan untuk pesta barbeque-nya nanti malam bersama Qiana. Wajah Raka merona saat mempersiapkan bahan masakan itu.
Dirinya hanya berdua dengan Qiana di dalam villa yang besar itu. Dan mengadakan pesta barbeque hanya berdua dengan Qiana di villa itu, membuat Raka merasa seperti tengah berbulan madu bersama Qiana.
Senja sudah berubah menjadi gelap. Raka dan Qiana kini sudah mulai bersiap membakar bahan-bahan makanan yang sudah disiapkan oleh Raka sore tadi. Dengan hati berbunga-bunga Raka memanggang bahan-bahan masakan itu.
Udara Lembang yang dingin di malam hari, serta Qiana yang selalu menemani di sisi, membuat suasana malam itu begitu syahdu.
“Cobain, Dek,” ucap Raka.
Dengan wajah sumringah Qiana membuka mulutnya dan menerima satu potong daging yang disiapkan oleh Raka.
“Enak banget, Mas. Mas Raka memang top!” pekik Qiana.
Raka dan Qiana pun menyantap makanan itu dengan lahap. Udara dingin membuat perut Qiana terus merasa lapar. Raka kembali harus memanggang beberapa potong kentang dan daging untuk Qiana. Tapi, kali ini Qiana membantunya memasak.
Mereka memanggang sembari tertawa bersama karena Qiana terus bercerita tentang hal-hal yang yang begitu menyenangkan. Namun, suara tawa Raka seketika berhenti kala Qiana menanyakan perihal kejadian yang mereka alami kemarin malam.
“Kira-kira ... Siapa ya Mas, orang jahat yang tega memfitnah kita. Kok bisa-bisanya kita digrebek sama polisi di hotel?”
Mendengar pertanyaan yang dilontarkan oleh Qiana, Raka menelan ludahnya dengan susah payah.
“Apa perusahaan saingan yang iri sama pencapaian Mas Raka ya?” tanya Qiana lagi.
“Sudahlah Dek. Jangan terlalu dipikirkan.”
“Bagaimana mungkin tidak dipikirkan, Mas?! Mama jadi tidak memercayai Qia karena hal ini. Mama juga menampar Qia. Seumur hidup, baru kali ini Qia melihat sorot mata Mama yang penuh amarah pada Qia. Qia sedih, Mas. Hati Qia sakit.”
“Siapapun yang menjadi penyebab kejadian kemarin malam, yang jelas, Mas akan bertanggung jawab, Dek. Mas akan nikahi Qia,” lirih Raka. Dengan hati-hati pria itu mengungkapkan inginnya. Berharap Qiana tidak tersinggung akan pernyataannya.
“Mas! Kok bisa-bisanya Mas berpikir seperti itu! Kita ini saudara, Mas. Kita ini adik kakak! Qia sudah menganggap Mas Raka seperti kakak kandung Qia sendiri.”
“Qi ... Tapi kenyataannya kita tidak ada hubungan darah. Mas akan tetap bertanggung jawab dan menikahi Qia,” ucap Raka.
“Sampai kapanpun, Qia tidak akan mau menikah dengan Mas Raka! Qia tidak merasa berbuat apapun bersama Mas Raka. Tidak ada hal yang harus membuat Mas Raka bertanggung jawab. Lagian, bukankah Mas Raka tau jika Qia punya seorang pria yang Qia cinta. Qia hanya akan menikah dengannya!”
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 75 Episodes
Comments
As
Raka nurut bgt sama qia
2022-12-17
3
Mee_La🦈
hwkwhwkk qia... Qia gak tau derita kakaknya 😂 main peluk2aja
2022-11-09
3
Mee_La🦈
Qia dari kecil manja sama Raka
2022-11-09
3