“Maafkan Qia ya, Raka. Tante tau, Qia pasti memaksa kamu,” lirih Qeiza.
Berkali-kali Raka menelan ludah. Pria itu sebenarnya merasa sangat tegang. Dia juga merasa bersalah pada seluruh keluarganya. Terlebih pada Qiana.
“Raka yang seharusnya meminta maaf. Maafkan Raka, Tan. Maafkan Raka, Paman,” ucap Raka seraya menatap bergantian pada Qeiza dan Ivander.
“Tapi, Paman dan Tante tidak perlu khawatir. Raka akan mengurus semua ini secepatnya. Raka akan secepatnya membebaskan Qia dari sini. Raka juga akan mengurus pernikahan kami, secepatnya.”
“Menikah?!” ucap Ivander dan Qeiza bersamaan. Raka menganggukkan kepalanya.
“Kamu benar-benar ingin menikahi Qia?” tanya Ivander sekali lagi.
“Iya Paman. Raka berharap Paman dan Tante menyetujuinya.”
“Bagaimana mungkin kalian akan menikah. Kalian itu saudara sepupu?! Apa yang akan dikatakan orang-orang jika kalian menikah?” pekik Qeiza.
Ivander memijat pelipisnya.
Sebenarnya, Ivander merasa beruntung jika pria seperti Raka akan menikahi Qiana. Raka pria yang baik, sopan dan cerdas. Dia mengenal Raka sejak pria muda itu terlahir ke dunia.
Walau Ivander memang ingin memiliki menantu sesempurna Raka, tapi, dia tak pernah membayangkan jika Raka benar-benar akan menjadi menantunya.
Saat Evelyn— istri pertamanya— tak ingin mempunyai anak, kehadiran Raka di tengah keluarga Bratajaya membuat hari-hari Ivander menjadi berwarna. Ivander begitu menyayangi Raka.
Raka adalah anak dari adik kandungnya. Walaupun Raka adalah keponakannya, bagi Ivander Bratajaya, Raka Pratama adalah putra sulungnya.
Sementara Qiana, walaupun gadis itu adalah putri sambungnya tapi dia sangat menyayangi Qiana bagai putri kandungnya sendiri. Dia yang merawat dan membesarkan Qiana sejak gadis itu balita.
Dan sekarang, kedua anak yang sudah dianggapnya sebagai anak kandung itu ingin menikah. Dia tak tau harus senang atau sedih karena hal itu.
Jika ini adalah drama yang ada di televisi ikan terbang, mungkin judul drama itu adalah 'anaknya adik kandungku akan menikahi anaknya istriku, padahal anak-anak itu adalah anak yang sudah aku anggap bagai anak kandung ku sendiri.'
Sulit bagi Ivander untuk membayangkannya kalau Raka akan menikahi Qiana. Hubungan itu pasti akan mendapatkan cemoohan di kalangan masyarakat. Dia dan Ivona adalah kakak beradik kandungan.
Bagaimana mungkin orang-orang bisa menerima jika anak-anak mereka menjadi sepasang suami istri?
Ivander kini mengusap kasar wajahnya.
“Raka dan Qia memang benar saudara sepupu. Tapi, kenyataannya, kami tidak mempunyai hubungan darah. Ini bukan pernikahan sedarah. Harusnya tak mengapa jika kami menikah,” bantah Raka.
Ivander dan Qeiza sama-sama mengembuskan napas berat. Pria muda di hadapan mereka memang adalah seorang jenius, tapi Raka tetaplah seorang anak muda yang naif.
“Walau kalian tidak ada hubungan darah, hubungan kalian tetap kakak dan adik. Masyarakat pasti akan menilai buruk terhadap pernikahan itu, Raka,” jelas Ivander.
“Kita tidak perlu mendengarkan perkataan mereka, Paman. Mereka tak punya andil apapun dalam kehidupan kita!”
“Kamu tidak tau betapa kejamnya masyarakat di luar sana, Ka. Mereka tidak akan pernah peduli tentang fakta sebenarnya. Mereka hanya berbicara dan bertindak apa yang menurut mereka benar. Tante tau betul hal itu karena Tante sendiri mengalaminya,” ucap Qeiza.
Masih terekam jelas di benaknya, kejadian 17 tahun silam, saat dirinya disiram air dan diperlakukan kasar karena tuduhan sebagai pelakor. Orang-orang langsung membencinya, tak pernah sekalipun mereka mengkonfirmasi padanya, apa hal itu benar atau tidak?
“Tapi Raka dan Qia sudah melakukan kesalahan, Tan. Raka tidak mungkin lepas tanggung jawab begitu saja.”
Lagi-lagi Ivander dan Qeiza mengembuskan napas berat. Walau mereka menentang rencana Raka untuk menikahi Qiana, tapi, apa yang dikatakan oleh keponakan mereka itu, benar adanya. Qiana telah ternoda. Gadis itu sudah tak lagi gadis, sekarang. Mereka takut, kelak, tidak akan ada pria baik-baik yang mau menikahi Qiana.
“Raka berjanji akan selalu membuat Qia bahagia, Tante. Raka ... Raka menyayangi Qiana.”
Qeiza menatap lekat kedua netra pria muda itu. Pria yang tengah melamar anaknya itu. Pria yang berjanji akan memberikan kebahagiaan pada anaknya.
Sebuah senyuman tipis pun terlihat di wajah Qeiza. Wanita itu yakin, tidak ada seorang pria pun yang bisa membahagiakan Qiana melebihi Raka. Tidak ada pria di dunia ini, yang lebih mengenal Qiana dibandingkan Raka.
“Kamu atur pernikahan itu sesegera mungkin,” ucap Qeiza.
Raka langsung tersenyum sumringah. Wajah pria itu terlihat lebih cerah dibandingkan cahaya mentari. Akhirnya dia mendapatkan izin dari ibu kandung Qiana— gadis yang sejak dulu sangat dicintainya.
Raka menganggukkan kepalanya dengan mantap.
“Raka akan segera mengurusnya, Tan.”
“Berjanjilah satu hal, Ka,” lirih Qeiza. Raka pun menatap lekat wanita yang akan segera menjadi mertuanya itu. “Jangan pernah biarkan Qia bersedih. Tetaplah menjadi Raka yang selalu ada buat Qia.”
Kembali Raka menganggukkan kepalanya dengan mantap. “Raka berjanji, Tan. Raka berjanji dengan nyawa Raka sendiri. Raka tidak akan pernah membuat Qia bersedih, Raka akan selalu ada buat Qia.”
“Pengacara sudah mengurus semuanya. Sebentar lagi kalian akan keluar dari sini. Untuk selanjutnya, Paman serahkan semua kepada kamu. Jangan sampai berita ini menyebar. Kamu paham apa yang harus kamu lakukan, kan?”
“Iya Paman, Raka paham. Raka sudah mengantisipasi semuanya sejak awal,” ucap pria itu.
Dahi Ivander berkerut.
“Mengantisipasi sejak awal?” tanya Ivander.
Mata Raka melebar. Pria itu pun tampaknya terkejut dengan apa yang dia ucapkan sendiri.
“Ma- maksud Raka, sejak penggerebekan itu terjadi, sebelum kami digelandang ke kantor polisi, Raka sudah menghubungi orang-orang kepercayaan Raka untuk mengurus semuanya agar berita ini tak terendus media,” jelas Raka.
Ivander hanya mengucapkan huruf O sembari menganggukkan kepalanya. Walau merasa sedikit curiga dengan ucapan dan ekspresi wajah Raka, Ivander berusaha untuk menepisnya.
“Kami semua menunggu kalian di rumah. Mungkin, kita semua akan membahas tentang pernikahan kalian,” ucap Ivander sebelum merangkul sang istri dan berjalan meninggalkan ruangan itu.
Raka mengepalkan tinjunya setelah Ivander dan Qeiza tak lagi di sana. “Yes! Akhirnya aku bisa menikahi Qia,” ucapnya. Raka pun mengeluarkan ponselnya. Pria itu terlihat menghubungi seseorang.
“Lakukan semuanya sesuai yang saya perintahkan. Saya tidak mentolerir kesalahan sekecil apapun. Pastikan semuanya sempurna,” titah Raka.
Raka mengembuskan napas lega. Rencananya yang sudah dia susun selama hampir satu bulan itu, sebentar lagi akan berjalan dengan sempurna.
Awalnya, Raka pikir akan susah untuk meminta restu dari Qeiza dan Ivander. Nyatanya, dengan sangat mudah dia mendapatkan restu itu.
Sekarang, dia hanya perlu menyiapkan pesta pernikahan mewah seperti impian Qiana. Pria itu bahkan sudah memesan tiket pesawat dan hotel untuk dirinya menghabiskan masa bulan madu bersama Qiana.
Pria itu sudah memeringati anak buahnya, agar bekerja dengan benar. Dia tidak akan menolerir kesalahan sekecil apapun. Pernikahan dirinya dan Qiana harus berjalan sempurna. Satu bulan lagi, Qiana harus menjadi istrinya. Bahkan Raka sudah menyiapkan tanggal pernikahan mereka.
Tepat di hari ulang tahun Qiana yang ke 23, gadis itu akan menjadi miliknya.
Semuanya sudah dirancang dengan sempurna oleh Raka.
Namun, semua yang sudah dia rencanakan, berjalan tak sesuai harapnya. Qiana menolak mentah-mentah pernikahan itu terjadi.
“Sampai kapanpun, Qia tidak akan mau menikahi Mas Raka! Qia tidak merasa berbuat apapun bersama Mas Raka. Qia punya seorang pria yang Qia cinta. Qia hanya akan menikah dengannya!”
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 75 Episodes
Comments
Mimi
👍
2022-12-29
5
As
smoga usaha Raka berjalan lancar 🤭
2022-12-17
5
Mee_La🦈
nahloh
2022-11-07
5