Setelah sepakat dengan keputusan bersama, yang mana mereka menyetujui permintaan Rayyan untuk menikahi Zahra secara agama karena mereka masih lah berstatus pelajar.
Kedua paruh baya itu keluar dari ruang kerja dan menemui empat orang yang mereka tinggalkan tadi.
Mereka berhenti di tempat karena mendengar ucapan Rayyan. ''Abang pelakunya Mi.. Tidak ada orang lain saat kami berdua terjebak disana. Kami sengaja dijebak dengan cara di cekoki obat per*nsang dan juga kami berdua di kunci didalam sana. Apa yang harus kami lakukan Mi, saat hasrat itu tiba-tiba timbul dan memaksa kami untuk melakukan hal itu. Kami hanya berdua saja disana. Menurut Mami, apa yang harus kami lakukan saat hasrat terlarang itu timbul pada diri kami? Apalagi Abang yang waktu itu begitu banyak meminum minuman itu dibandingkan dengan Zahra. Maafkan Abang Mi.. Maaf.." lirih Rayyan dengan kepala menunduk.
Sementara Zahra memegang kedua tangan Rayyan yang saling menggenggam. Rayyan menoleh padanya dan tersenyum walau sendu.
Semua itu terlihat jelas di mata dua paruh baya itu. Mereka berdua saling pandang dan menghela nafasnya.
''Abang lihat? Betapa Rayyan menutupi seseorang ini. Orang yang telah menodai Zahra adalah seseorang yang begitu dekat dengan mereka. Seseorang yang sudah di anggap seperti saudara...'' ucapan Papi Gilang berhenti saat sekilas bayangan seseorang melintas di pikirannya saat ini.
''Apakah???? Astaghfirullah!! Bagai mana mungkin?! Hah?! Ya Allah.. aku harus memastikan ini terlebih dahulu pada Rayyan. Biarlah hanya kami saja yang tau siapa pemuda itu. Aku harus tanya nanti setelah acara ijab selesai. Untuk sekarang, biarlah seperti ini saja. Bang Reza dan Mbak Rani tidak perlu tau.
Aku sudah bisa menebaknya. Semua ini berhubungan. Masyaallah nak.. sungguh mulia hatimu. Demi menjaga nama baiknya, kamu rela menggantikan posisinya di mata kami semua..
Masyaallah putraku Ar Rayyan.. sungguh mulia hatimu.. sesuai dengan namamu..''
Melihat Papi Gilang terdiam, Papa Reza memanggil nya. Tak ada sahutan juga. Lelah memanggil, Papa Reza menepuk lengan Papi Gilang begitu kuat hingga terdengar seperti suara tamparan.
''Gi!!!''
Plaaakkk..
''Astaghfirullah!!! Sakit Abang!'' Seru Papi Gilang dengan suara naik satu oktaf.
Papa Reza terkekeh melihat wajah Papi Gilang menjadi kesal padanya. ''Kok di pukul sih?! 'Kan bisa bilang baik-baik Abang!! Perih ini tangan aku!!'' serunya sembari mengelus lengannya yang terasa sakit. Papi Gilang menatap kesal kepada Papa Reza.
Papa Reza tertawa. ''Kamu sih, yang melamun! Ya Abang pukul lah! Agar kamu sadar dari dunia halu kamu itu! Sadar Gi! Kita ini masih di dunia nyata! Bukan alam ghaib!!''
''Astaghfirullah!! Abang kok gitu sih ngomong nya?! Itu mendoakan aku cepat mati tau!'' sungut Papi bertambah kesal pada Papa Reza.
Papa Reza tertawa terbahak. Ia sangat suka jika melihat Gilang menjadi kesal padanya seperti itu. Ia menjadi terkenang masa-masa dimana dulu ia pernah berbagi kisah dengan Papi Gilang pada saat belum menikah dengan Mama Rani.
Butuh waktu hingga setahun untuk meluluhkan sang hati janda kembang pujaan hatinya itu yang juga sekaligus adik sepupunya.
Kedua paruh baya itu mendekati dua wanita yang kini tengah menatap mereka dengan tatapan yang entah seperti apa.
Pi??
Panggil Mami Alisa melalui sorot matanya. Papi Gilang mengangguk dan tersenyum.
Tenang sayang.. aman terkendali!
Alhamdulillah..
Mami Alisa merasa lega dengan kedipan mata Papi Gilang padanya. Rayyan melihat semua itu. Dan ia tersenyum tipis.
"Ya Allah.. maafkan hamba yang terpaksa berbohong kepada kedua orang tua hamba.. Maafkan hamba ya Robb.. biarlah semua ini hamba yang menanggung nya.. cukup kami berdua yang tau siapa pemuda yang telah menodai calon istri hamba.. Hamba ikhlas ya Allah.. hamba menerima Zahra apa adanya. Apapun yang ada padanya, hamba akan terima dengan lapang hati.. Maafkan Abang Mami.. Papi.. jika Abang berbohong.. Abang terpaksa melakukan nya demi menjaga nama baiknya.
Abang yakin.. dia pun tidak ingin melakukan hal ini. Entah apa penyebabnya, Abang pun tidak tau.. yang jelas, dia tidak buruk hanya salah jalan saja.. maafkan Abang Mami.. Abang terpaksa berbohong demi kebaikan semua orang.. Abang takut, jika kami memberi tahukan semua ini kepada kalian berdua, Kalian pasti akan marah besar kepada kedua orang tuanya.
Kalian pasti akan mencabut semua saham kalian yang ada di perusahaan mereka. Terlepas jika mereka mencoba mencari masalah, tidak apa. Mereka berhak melakukan nya. Tapi Abang yakin.. jika dia pun tidak ingin kejadian seperti ini terjadi. Semoga pertemuan kami yang terakhir kalinya bisa menyadarkan nya dari Masalah yang ia perbuat. Dan Abang pun berharap, Jika suatu saat ia kembali lagi untuk meminta Zahra, maka Abang tidak akan mengizinkannya! Walaupun ia memaksa, Abang tidak akan menyerahkan Zahra begitu saja kepadanya!
Cukup sekali ia membuat masalah seperti ini. Tidak akan ada yang kedua kalinya. Abang akan mempertahankan Zahra sampai nafas terakhir Abang. Abang berjanji Mami.. Papi .. pengorbanan kalian tidak akan sia-sia. Abang akan melakukan yang terbaik untuk rumah tangga Abang nantinya. Abang akan berusaha sekuat mungkin untuk mempertahankan Zahra dan kehidupan nya.
Abang hanya bisa berharap, kalaupun suatu saat takdir tidak berpihak pada kami. Abang ikhlas! Apapun yang sudah menjadi keputusan takdir, Abang tidak bisa mengubah ketetapan nya. Tapi Abang bisa berdoa dan meminta, untuk kesembuhan, keselamatan dan kehidupan Zahra kelak. Hanya itu yang bisa Abang panjatkan kepada Allah saat ini. Semoga kalian berdua memahami maksud Abang." lirih Rayyan dalam hati saat melihat kedua paruh baya itu saling bertatapan dan menghembuskan nafas lega.
Kedua paruh baya itu duduk di kursi yang tadi mereka duduki. Mereka berdua menatap serius pada Zahra dan Rayyan.
"Kami sudah mengambil keputusan. Kami bersedia menikah kan kalian berdua hari ini juga. Apakah kamu benar-benar ingin menikahi putri Papa, nak??" tanya Papa Reza pada Rayyan
Sengaja untuk memastikan kembali apa yang tadi ia dengar sebelum mereka berdua pergi dari sana.
Rayyan tersenyum dan mengangguk mantap. "Insyaallah siap, Papa!" sahutnya mantap.
Papi Gilang terkekeh melihat putra sulungnya itu begitu ngebet ingin menikah dengan pujaan hati yang sedari dulu sudah ia sukai.
"Baiklah kalau begitu, siang ini kami akan menikahkan kalian berdua! kamu sudah punya persiapan nak? Apa yang menjadi keinginan Zahra, apakah kamu sudah tau? Apakah kamu sudah bertanya padanya??"
Rayyan tersenyum dan mengangguk mantap. Mami Alisa dan Mama Rani menghela nafas lega.
"Alhamdulillah.." ucap mereka berdua bersamaan.
"Dan kamu sayang, apakah kamu menerima Rayyan sebagai suami mu??" tanya Papa Reza lagi pada Zahra sang putri tercinta di keluarga mereka.
Zahra tersenyum lebar dan mengangguk mantap hingga berulang kali. Semua yang ada disana bisa bernafas lega sekarang.
Nanti siang mereka akan melakukan akad nikah secara diam-diam. Cukup keluarga besar saja yang tau.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 77 Episodes
Comments