''Anda tidak tau apapun tentang masalah kami! yang anda tau, jika saya bersalah disini! Tapi kalian semua salah! Bukan saya yang Salah. Tapi Dimas! Kejahatan saya tidak sebanding dengan kejahatan Dimas! Saya bersedia di penjara karena kasus penganiayaan ini, asalkan Dimas mau bertanggung jawab dan mengakui kesalahannya!''
''Namun, jika tidak? Saya menolak masuk penjara! Saya tidak akan mau! Saya tidak mau dihukum atas kesalahan orang lain! Jika kalian ingin menghukum, hukum Dimas! Katakan pada kedua orang tuanya! Tunggu Dimas sadar! Saya tidak akan kemana pun! Saya tidak akan lari dari masalah! Karena saya bukan seorang pengecut! Sudah salah tapi bersembunyi di bawah ketiak orang tua! Itu bukan sifat saya, bapak polisi yang terhormat! Saya! Rayyan Putra Bhaskara bersedia masuk penjara, asalkan Dimas pun masuk penjara sama seperti saya!''
Deg!
''Apa?!?'' Seru Papi Gilang dengan wajah terkejut nya.
Ia berlari mendekati mereka semua yang terkejut karena setiap Papi Gilang yang begitu menggelegar ke seluruh ruangan.
''Papi!!!'' seru Rayyan saking terkejutnya karena melihat Papi Gilang begitu marah padanya saat ini.
''Kenapa?? Ada apa?? Kenapa harus masuk penjara? Siapa? Apa kesalahannya?!'' tanya Papi Gilang dengan nafas memburu karena terkejut.
Ia yang baru saja selesai meeting, di kejutkan dengan suara Algi yang begitu panik memintanya untuk pulang ke rumah dengan cepat.
Papi Gilang terkejut, saking paniknya ia mengemudikan mobil seperti orang mabuk. ''Pi... duduk dulu. Minum. Biar lebih tenang.'' Imbuh Mami Alisa dengan menarik lembut tangan Papi Gilang.
''Sayang!''
''Udah.. tenang dulu. Minum dulu. Istighfar! Nggak akan menyelesaikan masalah jika dalam keadaan panik seperti ini. Hem?'' katanya pada Papi Gilang.
Beliau menghela nafasnya. ''Astaghfirullah..'' desisnya sambil minum air putih yang di suguhkan oleh Mami Alisa di depan nya.
Dirasa cukup tenang, Papi Gilang menoleh pada Lana. Lana mengangguk. Ia menghela nafasnya.
''Saya tidak tau ada masalah apa hingga putra saya harus bertengkar dan berujung ke kantor polisi seperti ini. Saya siap menerima konsekuensinya jika memang putra saya bersalah. Namun jika tidak, maka saya yang akan menuntun balik Pak Rian dan seluruh keluarga nya atas tuduhan pencemaran nama baik. Sekarang keputusan ada di tangan anda, Pak polisi! Jika putra saya sudah mengatakan hal itu, saya jamin dia tidak akan kabur kemana pun. Saya yang akan menjaminnya!'' tegas Papi Gilang.
Kedua polisi itu saling pandang. Bukan Mereka tidak tau dengan siapa mereka berhadapan, mereka sangat kenal.
Seorang pengusaha sukses. Tapi kali ini putranya yang terlibat masalah sedangkan keluarga ini tidak pernah berurusan dengan hukum seperti ini.
''Baiklah kalau begitu. Saya percaya anda tuan Gilang dan juga jendral Maulana. Maafkan kami, kami terpaksa harus mengikuti prosedur pihak kepolisian. Saya harap, anda maklum Tuan Gilang.'' ucapnya dengan sedikit merasa bersalah.
''Tidak apa-apa Pak, sampaikan pada Saudara Rian. Kami akan menerima apapun konsekuensi nya jika Rayyan putra saya memang terbukti bersalah seperti yang ia katakan tadi. Namun, jika tidak. Maka kamu yang akan menuntut balik keluarga mereka karena telah berani mencemarkan nama baik keluarga kami.'' Ucap Papi Gilang dengan tegas dan penuh penekanan di setiap kata-kata nya.
''Baik, kalau begitu kami permisi pulang Tuan Gilang, Nyonya dan jendral. Kami permisi!''
''Ya,'' sahut Papi Gilang dan Lana
Setelah nya tinggal lah empat orang itu yang saling berdiaman. ''Pi, Mi, Bang Lana, Abang harus ke tempat Zahra dulu. Hari ini tidak mau keluar kamar lagi. Hah! Jika Dimas tidak mau mengakui kejahatannya, jangan salah kan aku jika aku sendiri yang akan menghajar nya lagi!'' imbuhnya dengan rahang mengetat.
Papi Gilang dan Lana saling pandang. Mami Alisa menghela nafasnya. ''Janagn seperti itu nak.. tidak baik! Selesaikan dengan kepala dingin! jangan main hakim sendiri! Berapa kali Mami bilang sama kamu? Jangan menuruti amarahmu, karena amarahmu itu bisa saja membakarmu nanti! Benar bukan yang Mami katakan??'' ucap Mami Alisa begitu lembut namun begitu menusuk jantung Rayyan.
Rayyan menunduk. ''Maaf Mami.. Abang tau Abang salah.. Abang terpaksa melakukan nya. Semua ini Karena- ah, sudahlah. Abang mau ke tempat Zahra dulu. Abang pamit, assalamualaikum..''
Rayyan mengecup kedua tangan paruh baya itu dan juga Abang tertuanya. Setelah nya ia pergi dengan menggunakan motor bebek miliknya.
Entah kenapa sekian banyak motor gede yang Papi Gilang tawarkan, Rayyan malah memilih motor bebek.
Alasan nya cuma satu. Ia ingin membawa Mami Alisa kapanpun ia mau. Dan jika menggunakan motor gede, pastilah Mami kesayangan nya itu akan sulit untuk duduk di motor miliknya.
Papi Gilang terkekeh saat mengingat hal itu. Mamak Alisa tersenyum melihat Papi Gilang sudah terkekeh lagi seperti biasanya.
Satu jam kemudian, Rayyan tiba dirumah Zahra yang berada tepat di sebelah rumah Oma Dewi.
Sebelum kerumah Zahra, Rayyan mampir dulu kerumah Oma Dewi dan menyapa kedua orang tua itu.
Baru kemudian ia pergi kerumah Zahra. Tiba disana, terdengar jika Zahra sedang mengamuk di dalam kamarnya seorang diri.
Sementara kedua orangtuanya berdiri sambil mengetuk pintu berulang kali. ''Assalamu'alaikum, Mama! Papa!''
''Waalaikum salam, Nak! Tolong Zahra. Ia mengamuk memanggil nama mu terus sedari tadi! Tolong nak, Mama takut jika terjadi sesuatu dengan nya!'' ucap Mama Rani dengan wajah penuh air mata.
''Baik, Rayyan coba ya? Mana kuncinya Pa?''
''Ini! Kami yang membukanya tidak ia izinkan. Sudah berulang kali tapi tetap sama. Zahra hanya menginginkan dirimu..'' lirih Papa Reza dengan wajah sendu nya.
''Papa tenang ya? Udah, jangan nangis. Bawa Mama duduk dulu. Biar Rayyan yang bujuk Zahra, ya??'' ucapnya pada Papa Reza dan Mama Rani.
Mereka berdua menurut. Rayyan menghela nafasnya. Setelah itu ia segera membuka pintu kamar Zahra yang masih tertutup rapat.
''Ra... Kakak buka pintu nya ya? Boleh kan Kakak masuk?'' tidak terdengar suara gaduh lagi seperti tadi.
Yang terdengar hanya suara Isak tangis.
Ceklek,
Pintu terbuka dari dalam. Rayyan terkejut. Padahal baru saja ia ingin membuka pintu itu dengan kunci serap yang ada ditangannya.
Tak disangka pintu itu terbuka dari dalam. Rayyan semakin terkejut saat melihat kondisi tubuh Zahra yang acak-acak an seperti orang baru habis bertengkar.
Matanya mengembun lagi ketika melihat tatapan sendu Rayyan untuknya. ''Hiks.. kak Rayyan!''
Grep!!
Deg!
Kedua orang di depan pintu mematung melihat pemandangan itu. Mereka membatu di tempat begitu juga dengan Rayyan.
Tubuhnya tidak bisa bergerak sedikit pun. Tubuhnya terasa kaku karena baru pertama kali di peluk erat seperti itu oleh calon istri masa depan nya.
''Hiks.. aku mau nikah sama Kakak! aku mau nikah Sama kakak sekarang juga! Nggak mau sama yang lain! Hiks.. yang lain itu jahat!!''
Deg!
Deg!
💕💕💕💕
Kemarin othor ada salah nulis deh, tentang kelas mereka berdua?
Tapi tak apa, hari ini othor ubah. Biar cerita nya lebih nyambung. Hehehe..
Kayak tali ye?
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 77 Episodes
Comments