''Hiks.. kak Rayyan!''
Grep!!
Deg!
Kedua orang di depan pintu mematung melihat pemandangan itu. Mereka membatu di tempat begitu juga dengan Rayyan.
Tubuhnya tidak bisa bergerak sedikit pun. Tubuhnya terasa kaku karena baru pertama kali di peluk erat seperti itu oleh calon istri masa depan nya.
Tangannya mengambang di udara. Ingin menyentuh tapi itu tidak mungkin. Ingin menolak, kasihan Zahra. Calon istri masa depannya.
''Hiks.. aku mau nikah sama Kakak! aku mau nikah Sama kakak sekarang juga! Nggak mau sama yang lain! Hiks.. yang lain itu jahat!!''
Deg!
Deg!
''Ra.. jangan gini..'' pinta Rayyan pada Zahra
''Enggak! Zahra nggak mau lepasin Kakak sebelum kakak mau menikah dengan ku!''
Deg!
''Ra...''
''Hiks... Jangan tinggalkan aku sendiri Kak.. aku mohon.. hanya kamu yang baik terhadap ku.. berbeda dengannya.. hiks.. please.. menikahlah denganku?''
Deg, deg, deg..
Dua jantung berlainan jenis itu saling betdetak dalam keheningan. Dua pasang paruh baya disana masih mematung di tempat.
Mereka masih shock dengan keadaan Zahra dan juga perkataan nya baru saja. ''Kak?? Can you help me? Will you marry me??'' tanya Zahra lagi untuk yang kesekian kalinya.
Rayyan masih mematung melihat wajah kusut, sembab dan tak terurus itu. ''Ra...''
''Kakak nggak mau ya?? Ya sudah..'' lirihnya dengan segera mengurai pelukannya dari tubuh hangat sang pujaan hati.
Ya, Rayyan putra Bhaskara adalah cinta pertama nya dari pertama ia berumur sepuluh tahun hingga saat ini. Sedari kecil, mereka berdua memang sudah sering di temukan untuk saling mengakrabkan diri.
Belum lagi mereka berdua terikat perjodohan oleh kedua orang tuanya. Zahra sangat antusias saat mendengar jika dirinya berjodoh dengan Rayyan. Calon suami masa depannya.
Zahra kecewa. Ia berlalu masuk ke kamarnya kembali dan menutup pintu dengan rapat. Zahra menangis tersedu di lantai nan dingin.
''Aku ingin Kakak.. bukan yang lain.. apakah kakak malu menikah dengan ku yang sudah kotor ini?? hiks.. aku mau kak Rayyan.. bukan yang lain.. jika bukan kak Rayyan yang menjadi suamiku lebih baik aku mati!''
Deg!
Rayyan mengepalkan tangannya ketika mendengar isakan lirih di sebalik pintu kamar yang tertutup rapat itu.
''Nak??''
''Izinkan Abang menikahi Zahra sejak dini Mami, Papi. Zahra butuh Abang. Bisakah kamu menikah dari sekarang? Abang tau jika kamu berstatus pelajar. Tapi ini demi Zahra. Bolehkan Mi? Pi?''
Papi Gilang dan Mami Alisa saling pandang. Papa Reza dan Mama Rani mendekati Rayyan.
''Kamu serius nak??'' tanya Papa Reza
Rayyan mengangguk, ''Serius Pa! Semua ini demi Zahra. Hanya Rayyan yang bisa menenangkan nya. Abang mohon.. tolong penuhi permintaan Abang ini. Selama ini, Abang tidak pernah meminta apapun pada Mami dan Papi. Tapi kali ini Abang mohon.. izinkan Abang untuk menikahi Zahra. Cukup keluarga kita yang tau. Nikah siri saja. Untuk catatan sipil nya bisa kita buat setelah Zahra tamat sekolah nanti. Mami.. Papi... Abang mohon...'' pinta Rayyan dengan wajah memelas.
Papi Gilang menatap putranya itu begitu dalam. ''Kamu menyembunyikan sesuatu dari kami nak?? Katakan! Apa yang sebenarnya terjadi? Jika kamu mau mengakuinya maka Papi bersedia untuk menikahkan mu dengan Zahra. Katakan yang sejujurnya! Ayo, kita bicara disana.'' Kata Papi Gilang pada Rayyan.
Dengan sangat terpaksa Rayyan mengangguk. Ia menoleh pada daun pintu yang tertutup itu.
''Ra... keluar dulu ya? Ada yang ingin Kakak sampaikan. Kakak tunggu di luar ya?'' ucap Rayyan sembari mengusap daun pintu itu dengan sendu.
Setelahnya, ia berlalu pergi dan duduk bersama kedua orang tuanya. Ada Papa Reza dan Mama Rani juga disana.
Rayyan duduk berhadapan dengan empat paruh baya beda usia itu. Mereka menatap Rayyan dengan tatapan yang entah seperti apa.
Sementara Zahra ia bergegas keluar. Ia mengusap matanya yang sembab karena terlalu lama menangis.
Ia mencuci wajahnya sebentar, kemudian mengelapnya dengan kain bersih. Dirasa cukup, Zahra keluar dari kamar nya yang berserakan seperti kapal pecah.
Zahra terkekeh.
Mengingat Rayyan saja ia sudah bahagia seperti itu. Senyum manis itu tersungging di bibir tipisnya.
Ceklek,
Pintu terbuka, ia keluar dengan senyum terus mengembang. Namun, senyum itu tiba-tiba surut saat mendengar perkataan Rayyan yang membuatnya menggeleng kan kepalanya tanda tidak setuju.
''Jelaskan nak. Apa yang terjadi saat di sekolah seminggu yang lalu. Saat kalian pulang ke esokan paginya? Hingga membuat Zahra seperti trauma seperti itu? Jangan tutupi apapun dari kami! Kami harus tau, masalah apa yang sedang menimpa kalian berdua saat ini. Jika kamu tidak mau jujur, bagaimana kami bisa menikahkan kalian berdua seperti ini. Kami butuh jawaban! Jelaskan!'' titah Papi Gilang tak terbantahkan.
Suaranya tegas dan penuh penekanan di setiap kata-kata nya. Rayyan memejamkan kedua matanya. Tangannya mengepal erat.
''Abang... sudah menodai Zahra seminggu yang lalu saat kami terjebak dan terkunci di ruangan yang sama. Zahra sudah tidak suci lagi. Semua itu Abanglah yang merenggutnya..''
Ddduuaaarrr...
''Apa?!?!'' pekik Mami Alisa dan Mama Rani bersamaan.
Rayyan semakin mengepalkan kedua tangannya. Ia tidak berani menatap dua paruh baya yang menatapnya penuh intimidasi itu.
Rayyan tau, jika Papi Gilang tidak mempercayai ucapannya. Maka beliau sengaja mendesak Rayyan seperti ini. Walau hanya dari sorot mata saja Papi Gilang tau, jika putra sulungnya itu berbohong padanya.
Zahra menggelengkan kepalanya pertanda tidak setuju. ''Kak...'' panggil Zahra dengan bibir bergetar.
Lagi dan lagi Rayyan menolong dirinya. Ia berlari mendekati Rayyan yang sedang tersenyum namun sendu kepada nya.
Grep!
Rayyan menerima pelukan Zahra itu. Mereka berdua menangis bersama. Saling berpelukan begitu erat. Papi Gilang menatap kedua anak manusia itu. Ia masih belum percaya dengan perkataan Rayyan baru saja.
Zahra tersedu di dalam pelukan Rayyan. Ia mendongak menatap Rayyan dengan wajah penuh air mata.
''Kak...'' lirihnya tanpa suara. Rayyan menggelengkan kepalanya pertanda tidak setuju.
''Biarkan Ra.. mereka harus tau yang sebenarnya. Bahwa Kakak lah yang telah merenggut kesucian mu saat kita terkunci di gudang sekolah waktu itu.''
Zahra menggelengkan kepalanya. ''Kak..''
Rayyan tersenyum, ''Apapun untukmu akan Kakak lakukan sayang! Apapun!'' bisiknya di telinga Zahra.
Zahra semakin tersedu. Ia semakin erat memeluk tubuh Rayyan. Papa Reza menatap datar pada Rayyan.
Ia menoleh pada Papi Gilang. ''Kita perlu bicara!'' ucapnya begitu dingin kepada Papi Gilang. Papi Gilang mengangguk setuju.
Dengan segera dua paruh baya itu berlalu meninggalkan empat orang yang sedang tersedu itu.
Mami Alisa menoleh pada Rayyan Dengan wajah basah air mata. ''Kenapa?? Kenapa kamu berbohong sama kami?''
Deg!
Deg!
''Bukan kamu pelakunya kan Bang?? Mami nggak percaya dengan ucapan mu! Sekarang Mami tanya sama Zahra! Jawab yang jujur! Siapa pelaku nya??''
Zahra dan Rayyan saling pandang. Zahra menatap Rayyan mencari persetujuan. Rayyan mengangguk dan tersenyum padanya. Zahra mengepalkan kedua tangannya yang berada di baju kaos Rayyan kenakan saat ini.
Ia menekan mati-matian rasa sakit, kecewa, sedih dan terluka di hatinya. Seharusnya pelaku itu yang bertanggung jawab. Tapi apa?
Malah Rayyan lah yang mengakui nya. Zahra menatap datar pada dua wanita kesayangan nya itu.
''Kak Rayyan pelakunya! Kak Rayyan yang telah menodai Zahra seminggu yang lalu saat kami terjebak di dalam gudang itu satu malam!'' ucap Zahra dengan wajah datar tanpa ekspresi.
Tangan nya mengepal erat, Rayyan mencoba meluluhkan nya. Ia tersenyum. Semakin membuat dua paruh baya disana beristighfar berulang kali dan memohon ampun berulang kali.
💕💕💕💕💕
Ada yang bisa menebak siapa yang telah menodai Zahra??
Cus.. ikutini terus kelanjutan nya! 😘
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 77 Episodes
Comments