Bunda meninggal dunia

"Tapi, saya melihat ada foto Tuan Arsen dan seorang wanita cantik yang terpajang di kamar utama," jelas Aurel meminta penjelasan pada Makcik Leha.

Wanita tua itu tak merespon ucapan Aurel dia sepertinya enggan untuk memberitahu, sibuk mengalihkan perhatian Aurel.

"Makcik, kenapa diam saja? Apakah saya tidak boleh tahu ya, ah ya, saya lupa, bahwa saya adalah istri sementara Tuan Arsen. Maaf Makcik saya sudah lancang!"

"Makcik bukan tak nak kasih tahu, tapi takut nona Aurel sakik hati, sebab tahu yang sebenanye," jelasnya menatap Aurel penuh iba

"Ada apa Makcik? Saya tidak apa-apa, ceritakanlah biar saya tahu sedikit saja tentang Tuan Arsen."

"Sebenanye, Tuan Arsen dah punye tunangan, tapi Nona Maura dah hianat kat hubungan mereka, rase sakik hati membuat Tuan Arsen gelap pikiran die cuba cari wanita untuk lepaskan sakik tu. Sepanjang malam die bawa perempuan tak baik datang kat rumah ni, jadi Makcik sedih tengok keadaannya, Makcik tak suke tengok tingkahnye, Makcik suruh die nikah daripade macam tu bebuat zina tak eloklah. Mungkin die dah anggap Makcik macam Mak sendiri maka die ikut kata Makcik tapi die bekate tak akan jatuh cinta pada wanita manapon lagi, dah hilang rase pecaye."

Akhirnya wanita itu menjelaskan panjang lebar tentang Arsen. Aurel sedikit simpati mendengar ucapan Makcik Leha. Tapi segera ia tepis perasaan itu.

"Makcik harap Nona Aurel dapat buat tuan Arsen jatuh cinta lagi, sebab Makcik pecaye Nona Aurel perempuan elok," ujar Makcik berharap

"Tidak Makcik, saya tidak bisa membuat hal itu terjadi, karena pernikahan ini hanya sementara. Lima bulan kedepan hubungan kami selesai," sanggah Aurel tetap dengan pendiriannya.

Makcik Leha menatap Aurel sedih. "Saba ya Nak, Makcik harap Nona tabah menghadapi sikap perlaku Tuan Arsen. Semoga dia cepat sadar."

"Makcik, saya boleh pinjam ponsel sebentar? untuk telpon keluarga mau tanya tentang keadaan Bunda saya, karena Bunda sekarang sedang sakit," Aurel sangat berharap dapat pinjaman ponsel dari Makcik karena dia tidak di perbolehkan oleh Arsen untuk menelpon siapapun, jadi hanya Makcik Leha harapannya.

"Makcik bukan tak boleh pinjam, takut tahu kat Tuan Arsen, bisa-bisa kita habis kena marah."

"Begitu ya, yasudah tidak apa-apa Makcik," ucap Aurel sendu

"Kalau macam tu gini je, masuklah dalam bilik Makcik tutup pintu tu, bia tak nampak kat cctv bila Nona bertelepon," Akhirnya wanita itu memberi pinjam dan solusi agar bisa berkabar dengan sang Bunda.

Tanpa pikir panjang Aurel mengikuti petunjuk dari Makcik Leha, ia segera melangkah menuju kamar wanita baik itu, dan segera mengambil ponsel Makcik Leha yang di tunjukkan olehnya.

Aurel segera mengambil nomor Bibi Ana, yang telah dia simpan di saku bajunya, menghubungi Bibi Ana dengan perasaan bahagia karena tidak sabar untuk berkomunikasi dengan Bunda tercinta.

Halo assalamualaikum...

"Wa'alaikumsalam... Bi, ini aku Aurel."

Aurel! Kenapa kamu baru telpon sekarang? Bibi bingung dari kemaren menghubungimu, Bibi ingin mengatakan bahwa Bundamumu sedang kritis. Bibi tidak punya biaya untuk pengobatan Bunda kamu, apakah kamu belum menerima gaji?"

Seketika Aurel terkejut dengan penuturan Bibi Ana, bukankah Arsen telah mengirimkannya uang.

"Maaf Bibi, bukan aku sudah mengirimkan uang sebanyak 150 juta awal bulan kemaren? Apakah itu tidak cukup untuk pengobatan Bunda?" tanyanya begitu khawatir.

150 juta? kapan rel, Bibi tidak menerima uang sepeserpun! Apakah kamu tidak salah?"

Seketika Aurel jatuh merosot kelantai, air matanya jatuh berderai, perasaannya kacau antara takut dan kesal kepada Arsen, ia tahu jika Pria kejam itu telah membohonginya.

"Bibi, aku mohon tolong cari pinjaman kemanapun untuk pengobatan Bunda. Aku janji akan mengirimkan uang secepatnya, tolong selamatkan Bundaku, kalau begitu aku tutup dulu telponnya, aku akan usahakan uang itu."

Aurel menutup telepon genggam itu. Dan menghapus air matanya dengan kasar, rasa kecewa yang begitu dalam, hatinya perih karena pria itu sudah membuat sakit Bunda bertambah parah.

Aurel segera naik keatas menemui Arsen untuk meminta haknya, karena dia merasa pria itu sudah menipunya. Saat masuk kedalam kamar ia melihat Arsen sedang bertelponan dengan serius,

Ada rasa sungkan untuk mengganggu namun, tak ada cara lain hanya Arsen harapan satu-satunya untuk kesembuhan sang Bunda.

"Baiklah, aku akan segera kekantor, tolong yakinkan pihak mereka agar tender besar itu tidak lepas!" Perintahnya di telpon.

"Tuan, kenapa anda tega membohongi saya? Kenapa anda tidak mengirimkan uang itu? Tolong Tuan, berikan kepada saya! Karena saya sangat membutuhkan uang itu!" ujarnya sedikit tegas dan berani.

"Saya akan memberikan uang itu setelah pekerjaan kamu selesai bersama saya!" Jawab Arsen acuh sembari berjalan ingin keluar.

"Tidak! Anda tidak boleh pergi sebelum Anda memberikan uang itu kepada saya sekarang juga! Berikan uang itu Tuan! Anda jangan menjadi lelaki pengecut yang tak bisa menepati janji!" Cecar Aurel dengan emosi

Mendengar perkataan wanita itu membuat darah Arsen mendidih, pria itu berjalan mendekati Aurel dengan sorot menyala.

Plakk!

Sebuah tamparan cukup keras mendarat di pipi mulus gadis yang berumur delapan belas tahun itu. "Beraninya kau mengataiku lelaki pengecut! Hah?!!" Ujarnya sembari menarik rambut Aurel dengan keras.

"Tuan, maafkan saya. Tolong berikan uang itu, karena saya sangat membutuhkannya karena Bunda saya sedang sakit keras!" Ujarnya dengan tangis mengiba

Karena mendengar uang itu untuk pengobatan ibunya, maka hati pria itu sedikit melunak namun, ia masih memberikan Aurel pelajaran, agar wanita itu berusaha sendiri.

Arsen mengambil uang tunai dengan mata uang negri Jiran itu senilai 150 juta, didalam berangkas yang ada di kamar lalu melemparkan kepada Aurel.

"Ambil uang itu dan berusahalah sendiri!" Ujarnya, lalu meninggalkan Aurel dikamar itu sendiri.

Aurel tidak banyak pikir ia segera memunguti uang itu, berharap Makcik Leha dapat membantunya. Dengan bergegas ia menuruni anak tangga

"Makcik! Makcik tolong saya!" Ujarnya setiba di lantai dasar sembari menyongsong wanita paruh baya itu yang baru saja keluar dari kamar.

Makcik Leha terdiam kaku, tatapannya begitu sedih melihat Aurel sangat panik dan cemas, sisa air mata masih terlihat di sudut mata gadis itu, dan terlihat jejak tamparan di pipinya.

"Makcik, tolong bantu saya untuk mengirimkan uang tunai ini. Saya tidak tahu kemana tempat pengiriman disini, tolong saya Makcik! Bunda saya sedang sakit parah," ucapnya dengan air mata kembali jatuh.

Makcik Leha menghela nafas dalam, rasanya tidak sanggup menyampaikan berita yang dia terima lewat pesan dari keluarga Aurel, bahwa sang Bunda sudah meninggal dunia.

"Nona Aurel, Makcik dapat pesan dari sanak keluarga Nona, bahwasanye Ibunda dah balik kat Tuhan yang maha kuasa!" Ujar wanita itu dengan suara tercekat

Bersambung....

Jangan lupa dukungannya ya 🙏🤗

Happy reading 🥰

Terpopuler

Comments

ria aja

ria aja

lanjut

2023-03-11

1

Ajusani Dei Yanti

Ajusani Dei Yanti

nyesek thorrrr kuh 😭😭😭😭

2023-01-02

0

Aisyah Rizky

Aisyah Rizky

inalillahi...

2022-12-28

0

lihat semua
Episodes
1 Negri Jiran
2 Harus kuat
3 Aurel pingsan
4 Bunda meninggal dunia
5 Perlawanan Aurel
6 Aurel hamil
7 Hal tak terduga
8 Aura dingin
9 Keputusan berpisah
10 Berpisah
11 Ziarah ke makam Bunda
12 Menemui pihak sekolah
13 Bertemu sang Dosen
14 Di RS
15 Hasil USG
16 Rencana licik Maura
17 Melahirkan
18 Menemani sang istri
19 Tangis haru
20 Memberi kesempatan
21 Pergi
22 Balasan untuk Maura
23 Semangat dari kedua orangtua
24 Mempersiapkan hadiah
25 Menikmati momen indah
26 Curhat pada sahabat
27 Membawa Alif ke kantor
28 Tinggal bersama
29 Sedikit ancaman
30 Sarapan bersama
31 Menjelaskan kepada Dewi
32 Sidang skripsi
33 Pertolongan Arsen
34 Bertengkar
35 Mengikuti Haikal
36 Ungkapan perasaan
37 Ikut pulang ke apartemen
38 Memulai dari awal
39 Rasa trauma
40 Menerima tawaran sang Dosen
41 Kemarahan sang adik
42 Memaksa
43 Mendapat persetujuan sang adik
44 Servis
45 Kecurigaan Aurel
46 Bertemu di lift
47 Mulai mengetahui yang sebenarnya
48 Mengetahui
49 Wisuda
50 kekecewaan Dewi
51 Foto bersama
52 Sikap Haikal berubah
53 Kedatangan Mommy dan Daddy
54 Sikap aneh Aurel
55 Pengen nasi uduk
56 Bangun kesiangan
57 Kekecewaan Mommy
58 Positif Hamil
59 Kegaduhan Bunda dan anak
60 Kecemasan Dewi
61 Haikal cetak gol
62 Operasi
63 Berhasil
64 Dewi terluka
65 Surat perjanjian
66 Menemani masak
67 Dokter suruhan
68 Dewi hamil
69 Ke Jakarta
70 Penolakan Mama mertua
71 Sudah mulai melunak
72 Menemui Haikal
73 Alif diculik
74 Membawa Alif pulang
75 Mengenang masalalu
76 Kejutan
77 Kado ulangtahun
78 Resepsi
79 Kepergian Reza
80 Aurel kontraksi
81 Wanita masalalu
82 Tujuh tahun yang lalu
83 Flashback off
84 Jengukin baby Anisa
85 Mengetahui yang sebenarnya
86 Baikan
87 Kedatangan Doni dan Lina
88 Kebahagiaan
89 Bersabar
90 Bahagia
91 Resepsi
92 Ending
93 Novel baru
Episodes

Updated 93 Episodes

1
Negri Jiran
2
Harus kuat
3
Aurel pingsan
4
Bunda meninggal dunia
5
Perlawanan Aurel
6
Aurel hamil
7
Hal tak terduga
8
Aura dingin
9
Keputusan berpisah
10
Berpisah
11
Ziarah ke makam Bunda
12
Menemui pihak sekolah
13
Bertemu sang Dosen
14
Di RS
15
Hasil USG
16
Rencana licik Maura
17
Melahirkan
18
Menemani sang istri
19
Tangis haru
20
Memberi kesempatan
21
Pergi
22
Balasan untuk Maura
23
Semangat dari kedua orangtua
24
Mempersiapkan hadiah
25
Menikmati momen indah
26
Curhat pada sahabat
27
Membawa Alif ke kantor
28
Tinggal bersama
29
Sedikit ancaman
30
Sarapan bersama
31
Menjelaskan kepada Dewi
32
Sidang skripsi
33
Pertolongan Arsen
34
Bertengkar
35
Mengikuti Haikal
36
Ungkapan perasaan
37
Ikut pulang ke apartemen
38
Memulai dari awal
39
Rasa trauma
40
Menerima tawaran sang Dosen
41
Kemarahan sang adik
42
Memaksa
43
Mendapat persetujuan sang adik
44
Servis
45
Kecurigaan Aurel
46
Bertemu di lift
47
Mulai mengetahui yang sebenarnya
48
Mengetahui
49
Wisuda
50
kekecewaan Dewi
51
Foto bersama
52
Sikap Haikal berubah
53
Kedatangan Mommy dan Daddy
54
Sikap aneh Aurel
55
Pengen nasi uduk
56
Bangun kesiangan
57
Kekecewaan Mommy
58
Positif Hamil
59
Kegaduhan Bunda dan anak
60
Kecemasan Dewi
61
Haikal cetak gol
62
Operasi
63
Berhasil
64
Dewi terluka
65
Surat perjanjian
66
Menemani masak
67
Dokter suruhan
68
Dewi hamil
69
Ke Jakarta
70
Penolakan Mama mertua
71
Sudah mulai melunak
72
Menemui Haikal
73
Alif diculik
74
Membawa Alif pulang
75
Mengenang masalalu
76
Kejutan
77
Kado ulangtahun
78
Resepsi
79
Kepergian Reza
80
Aurel kontraksi
81
Wanita masalalu
82
Tujuh tahun yang lalu
83
Flashback off
84
Jengukin baby Anisa
85
Mengetahui yang sebenarnya
86
Baikan
87
Kedatangan Doni dan Lina
88
Kebahagiaan
89
Bersabar
90
Bahagia
91
Resepsi
92
Ending
93
Novel baru

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!