Aurel pingsan

"Ah maaf Bu, saya lapar, apakah saya boleh makan?" Tanya Aurel dengan nada takut.

"Tentu saje boleh, Sila saye anta," ucap wanita paruh baya itu ramah

Aurel merasa lega ternyata masih ada orang yang baik dengannya, meskipun Pria kejam itu tidak bisa bersikap sewajarnya, setidaknya dia mempunyai teman bicara.

Aurel duduk di kursi meja makan yang cukup panjang dan luas, wanita yang di perkirakan art itu menghidangkan makanan untuknya.

"Apa yang kamu lakukan Makcik?!"

Terdengar suara bariton seseorang yang sudah tak asing lagi oleh Aurel. Pria itu mendekat dengan sorot menyala.

"Maaf Tuan, Makcik nak hidangkan Nona ini makan, die dah lapa!" Jawab wanita tua itu jujur

"Jangan beri dia makan! aku masih menghukumnya, karena dia sudah lancang berani melawanku!" sergahnya.

"Ta-tapi Tuan..."

"Tidak apa-apa Bu. Aku belum terlalu lapar kalau begitu aku permisi." Aurel segera naik keatas

Setelah Aurel naik, Arsen menatap wanita yang di panggil Makcik itu. "Dengar Makcik! Jangan beri dia makan tanpa perintah dariku!"

"Baik Tuan." Wanita itu mengangguk lemah

Di dalam kamar Aurel kembali menumpahkan air matanya, hatinya perih. Dari pertama dia datang ke mansion itu belum ada makanan apapun yang masuk dalam perutnya.

Cklekk!

Pintu kamar utama itu terbuka, Aurel tahu siapa yang masuk maka dia berusaha acuh. Kejam sekali Pria itu, apakah dia tidak mempunyai belas kasihan sedikitpun.

"Sediakan air panas! Aku mau mandi!" Perintahnya dengan nada tinggi

Aurel segera berdiri dan menuju kamar mandi setelah selesai menyediakan air panas ia kembali keluar namun, langkahnya dihadang oleh Arsen.

"Apa yang anda lakukan,Tuan?" tanyanya begitu takut dan gugup.

"Buka pakaianmu!"

"Ja-jangan Tuan!"

"Kau berani membantahku? Ingat! Kau sudah kubayar jadi jangan pernah ada bantahan terdengar olehku!" Dengan cepat Pria itu membuka pakaian Aurel secara paksa.

Gadis itu kembali mengalami kekerasan dia harus melayani Arsen dengan semaunya. Di bawah kucuran shower, Aurel pasrah dalam dekapan Pria itu dengan segala serangannya untuk mencapai kepuasan.

Air matanya mengalir bersamaan dengan kucuran air shower.

Tidak apa-apa aku menangis dibawah siraman air, agar aku tak terlihat lemah dihadapan Pria kejam ini.

Setelah puas melampiaskan hasratnya, Arsen segera menyudahi mandinya dan meninggalkan Aurel yang masih setia dibawah shower.

Aurel merosot di lantai sembari memeluk kedua lututnya. Air matanya kembali mencurah.

"Bunda.... Aku rindu! Bunda, peluk aku... Aku tidak tahu Bun, apakah aku mampu menjalani takdir ini. Hiks... Hiks..."

Sementara itu Arsen yang sudah menggunakan pakaian, ia tidak melihat istri kecilnya itu. Merasa kesal tak kunjung keluar dari kamar mandi, Arsen segera masuk untuk memanggil wanita itu.

"Aurel.... Cepatlah keluar!" pekiknya sembari melangkah masuk untuk memastikan apa yang dilakukan wanita itu kenapa lama sekali.

Pria itu terperanjat melihat Aurel sudah tergeletak di bawah air shower yang masih mengalir. Dengan langkah cepat ia menghampiri dan segera membopong tubuh wanita itu sehingga pakaiannya kembali basah kuyup.

"Doni! panggil Dokter segera suruh naik keatas!" titahnya kepada sang asisten melalui telepon.

Setelah menelpon Doni. Arsen segera menelpon Makcik Leha, kepala Art di rumah itu untuk menggantikan pakaian Aurel.

Setelah selesai menggantikan pakaian Aurel Makcik kembali keluar.

"Makcik?" panggil Arsen

"Ya, Tuan. Ade yang boleh Makcik bantu kat Tuan?"

"Sediakan makanan untuk wanita itu, dan bawa kesini!" perintahnya.

"Baiklah Tuan, segera Makcik sediekan."

***

Dokter memeriksa Aurel dengan teliti, tubuhnya masih terasa dingin dan sangat pucat. Mungkin wanita itu pingsan karena belum makan apapun seharian.

"Bagaimana keadaannya Dok?" Tanya Arsen dengan tenang.

"Macam ni Tuan, nampaknye Asid perut Nona Aurel kembali, adekah dia tidak makan sepanjang hari?" Jelas sang dokter

"Mungkin dia telat makan malam ini," ujar Arsen jelas berbohong

"Baiklah, saye nak bagi dia ubat melegakan sakitnya." Dokter itu segera menuliskan resep dan memberikan kepada Arsen.

"Baik, terimakasih Dok!" Arsen segera mengantarkan dokter itu hingga pintu kamar.

Tidak berselang lama Makcik Leha datang membawa makanan. Segera diterima oleh Arsen, Pria itu meletakkan makanan itu diatas nakas. Dan kembali menelpon seseorang dirumah itu untuk menebus resep obat yang diberikan dokter.

Kini waktu sudah menunjukkan pukul 2 dini hari. Aurel baru saja terbangun dari pingsan, ia merasakan kepalanya begitu pening dan sakit. Perlahan wanita itu duduk dan bersandar di headboard sembari memegang kepalanya.

Aurel menelisik seluruh ruangan itu, sepertinya tidak ada siapa-siapa disana, tanpa sengaja ia melihat kesisi kanan dan menemukan makanan yang masih utuh belum tersentuh.

Makanan itu sangat menggiurkan selera maka tanpa pikir panjang ia mengambil dan segera melahapnya dengan semangat. wanita itu tidak peduli akan mendapatkan hukuman lagi yang penting dia tidak akan menyia-nyiakan kesempatan yang ada, ia tidak ingin mati sia-sia, karena harapannya adalah ingin melihat sang Bunda sembuh.

Saat Aurel sedang fokus dengan makanannya tiba-tiba pintu kamar itu terbuka, dengan refleks dia meletakkan piring makanannya. Dan tidak berani menatap mata hazel itu.

Pria itu mendekatinya. "Kenapa berhenti? Ayo habiskan makananmu, karena belum tentu besok kau akan mendapatkan makanan lagi!" Ujar pria itu ketus

Aurel menelan salivanya dengan kasar, lalu kembali mengambil makanannya dan segera menghabiskan, ia menikmati yang ada saat itu, seperti yang diucapkan oleh Pria kejam itu entah kapan lagi dia akan diberi makan.

"Ini minumlah obatmu! Aku belum mau kau mati sebelum kontrak nikah ini berakhir!" Ujarnya kembali membuat jantung dan hati gadis itu bagaikan teriris.

Kini waktu pagi telah menjelang Aurel membuka matanya dengan sempurna karena merasa ada himpitan di tubuhnya begitu berat.

"Tu-tuan! Jangan lakukan saat ini. Saya sedang tidak enak badan, tolong biarkan saya istirahat dulu Tuan," ujarnya memohon.

"Berani sekali kau menolakku! Aku tidak menerima bantahan!" Arsen kembali mencum bui istri kecilnya itu dan kembali menjalankan aksinya dengan lancar.

Tak ada kenikmatan yang dirasakan oleh Aurel selama melakukan hubungan itu, yang ia rasakan hanyalah kepedihan hati dan raga. Dia selalu berdo'a agar diberikan ketabahan.

***

Kini sudah satu bulan lamanya Aurel berada di mansion suami kontraknya itu. Tak ada yang berubah sikap pria itu masih saja kasar dan memaksa, namun Aurel berusaha untuk memahami sikap Arsen yang terbibilang tempramen.

Terkadang saat hatinya benar-benar baik maka dia akan sedikit melunak. Ada sedikit kelegaan pada Aurel, paling tidak dia bisa merasakan sedikit saja kebaikan dari Pria itu.

Pagi ini Aurel masih membantu Makcik Leha di dapur, walaupun mereka sangat keberatan dengan bantuan Aurel namun, wanita itu tetap memaksa dengan alasan dia bosan selalu di kamar.

"Makcik, saya boleh tanya sesuatu?" ujarnya di sela-sela memetik sayuran.

"Boleh lah, sila nak tanye apa?"

"Apakah Tuan Arsen sudah mempunyai istri?"

"Takde, cuma Nona Aurel istri satu-satunya."

Jika Arsen belum mempunyai istri, jadi siapakah wanita yang bersamanya di foto itu?

Bersambung....

Jangan lupa dukungannya ya, dan tinggalkan jejak, like komen dan vav. Terimakasih 🙏🤗

Happy reading 🥰

Terpopuler

Comments

ria aja

ria aja

next l

2023-03-11

0

Buna_Qaya

Buna_Qaya

jadi penasaran siapa Arsen sebenarnya

2022-11-23

0

Defi

Defi

lanjut thor

2022-11-13

0

lihat semua
Episodes
1 Negri Jiran
2 Harus kuat
3 Aurel pingsan
4 Bunda meninggal dunia
5 Perlawanan Aurel
6 Aurel hamil
7 Hal tak terduga
8 Aura dingin
9 Keputusan berpisah
10 Berpisah
11 Ziarah ke makam Bunda
12 Menemui pihak sekolah
13 Bertemu sang Dosen
14 Di RS
15 Hasil USG
16 Rencana licik Maura
17 Melahirkan
18 Menemani sang istri
19 Tangis haru
20 Memberi kesempatan
21 Pergi
22 Balasan untuk Maura
23 Semangat dari kedua orangtua
24 Mempersiapkan hadiah
25 Menikmati momen indah
26 Curhat pada sahabat
27 Membawa Alif ke kantor
28 Tinggal bersama
29 Sedikit ancaman
30 Sarapan bersama
31 Menjelaskan kepada Dewi
32 Sidang skripsi
33 Pertolongan Arsen
34 Bertengkar
35 Mengikuti Haikal
36 Ungkapan perasaan
37 Ikut pulang ke apartemen
38 Memulai dari awal
39 Rasa trauma
40 Menerima tawaran sang Dosen
41 Kemarahan sang adik
42 Memaksa
43 Mendapat persetujuan sang adik
44 Servis
45 Kecurigaan Aurel
46 Bertemu di lift
47 Mulai mengetahui yang sebenarnya
48 Mengetahui
49 Wisuda
50 kekecewaan Dewi
51 Foto bersama
52 Sikap Haikal berubah
53 Kedatangan Mommy dan Daddy
54 Sikap aneh Aurel
55 Pengen nasi uduk
56 Bangun kesiangan
57 Kekecewaan Mommy
58 Positif Hamil
59 Kegaduhan Bunda dan anak
60 Kecemasan Dewi
61 Haikal cetak gol
62 Operasi
63 Berhasil
64 Dewi terluka
65 Surat perjanjian
66 Menemani masak
67 Dokter suruhan
68 Dewi hamil
69 Ke Jakarta
70 Penolakan Mama mertua
71 Sudah mulai melunak
72 Menemui Haikal
73 Alif diculik
74 Membawa Alif pulang
75 Mengenang masalalu
76 Kejutan
77 Kado ulangtahun
78 Resepsi
79 Kepergian Reza
80 Aurel kontraksi
81 Wanita masalalu
82 Tujuh tahun yang lalu
83 Flashback off
84 Jengukin baby Anisa
85 Mengetahui yang sebenarnya
86 Baikan
87 Kedatangan Doni dan Lina
88 Kebahagiaan
89 Bersabar
90 Bahagia
91 Resepsi
92 Ending
93 Novel baru
Episodes

Updated 93 Episodes

1
Negri Jiran
2
Harus kuat
3
Aurel pingsan
4
Bunda meninggal dunia
5
Perlawanan Aurel
6
Aurel hamil
7
Hal tak terduga
8
Aura dingin
9
Keputusan berpisah
10
Berpisah
11
Ziarah ke makam Bunda
12
Menemui pihak sekolah
13
Bertemu sang Dosen
14
Di RS
15
Hasil USG
16
Rencana licik Maura
17
Melahirkan
18
Menemani sang istri
19
Tangis haru
20
Memberi kesempatan
21
Pergi
22
Balasan untuk Maura
23
Semangat dari kedua orangtua
24
Mempersiapkan hadiah
25
Menikmati momen indah
26
Curhat pada sahabat
27
Membawa Alif ke kantor
28
Tinggal bersama
29
Sedikit ancaman
30
Sarapan bersama
31
Menjelaskan kepada Dewi
32
Sidang skripsi
33
Pertolongan Arsen
34
Bertengkar
35
Mengikuti Haikal
36
Ungkapan perasaan
37
Ikut pulang ke apartemen
38
Memulai dari awal
39
Rasa trauma
40
Menerima tawaran sang Dosen
41
Kemarahan sang adik
42
Memaksa
43
Mendapat persetujuan sang adik
44
Servis
45
Kecurigaan Aurel
46
Bertemu di lift
47
Mulai mengetahui yang sebenarnya
48
Mengetahui
49
Wisuda
50
kekecewaan Dewi
51
Foto bersama
52
Sikap Haikal berubah
53
Kedatangan Mommy dan Daddy
54
Sikap aneh Aurel
55
Pengen nasi uduk
56
Bangun kesiangan
57
Kekecewaan Mommy
58
Positif Hamil
59
Kegaduhan Bunda dan anak
60
Kecemasan Dewi
61
Haikal cetak gol
62
Operasi
63
Berhasil
64
Dewi terluka
65
Surat perjanjian
66
Menemani masak
67
Dokter suruhan
68
Dewi hamil
69
Ke Jakarta
70
Penolakan Mama mertua
71
Sudah mulai melunak
72
Menemui Haikal
73
Alif diculik
74
Membawa Alif pulang
75
Mengenang masalalu
76
Kejutan
77
Kado ulangtahun
78
Resepsi
79
Kepergian Reza
80
Aurel kontraksi
81
Wanita masalalu
82
Tujuh tahun yang lalu
83
Flashback off
84
Jengukin baby Anisa
85
Mengetahui yang sebenarnya
86
Baikan
87
Kedatangan Doni dan Lina
88
Kebahagiaan
89
Bersabar
90
Bahagia
91
Resepsi
92
Ending
93
Novel baru

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!