Bab 2. Musuh Cinta

Seusai makan, Zafia memutuskan untuk mendatangi apartemen kakaknya yang ada di samping apartemen yang dia tinggali.

Zafia menekan bel berulang-ulang, tapi pintu apartemen kakaknya tak kunjung terbuka.

"Huh, kakak kemana sih? Pasti keluar dengan kak Alexa lagi.

Zafia menghentakkan kakinya kesal. Gadis itu akhirnya memutuskan untuk pergi jalan-jalan, waktu menunjukkan pukul 2 siang waktu Amerika.

Zafia memutuskan untuk berjalan-jalan di Cape Cod Beaches, Cape Cod Beach merupakan semenanjung yang bentuknya menyerupai kait yang dilindungi oleh teluk Cape Cod. Tempat ini mempunyai garis pantai dengan panjang yang mencapai sekitar 560 mil. Lokasinya populer dengan pantai pasir putihnya sehingga cocok menjadi tempat untuk berjemur.

Tidak hanya untuk menikmati keindahan laut saja, di sana rupanya juga banyak tempat makan yang menyajikan menu-menu yang menggugah selera.

Zafia ingin melewati waktunya sendiri kali ini. Dia sengaja mematikan ponselnya karena tak ingin diganggu oleh siapapun termasuk Raiden.

Tapi siapa sangka di sana dia malah bertemu dengan Ferran dan sepupunya.

"Hai, kamu di sini juga?" tanya Zafia sembari duduk bergabung dengan temannya itu.

Ferran adalah salah satu sahabat Zafia yang sebenarnya memiliki rasa untuk Zafia. Namun, meskipun mengetahui hal itu, Zafia memilih pura-pura bodoh. Dia tidak mau persahabatannya rusak karena sebuah rasa.

"Yah, Carlos dan Edmund ingin berjalan-jalan kemari sebelum kembali pulang ke Swiss."

"Apa kalian menikmati liburannya?

" Ya, begitulah, tapi Ferran terlalu sibuk. Kami tidak pergi kemana pun selain ke pantai ini."

"Kenapa tidak ambil cuti saja?" tanya Zafia pada Ferran.

"Jika aku cuti siapa yang membantumu."

"Masih ada yang lainnya, kamu jangan terlalu membebani dirimu dengan tanggung jawab yang aku berikan padamu."

"Aku tidak terbebani, Fia. Aku menikmatinya."

Zafia tersenyum tipis. Mereka akhirnya mengobrol sambil bertukar cerita. Namun, tanpa diduga oleh Zafia. Raiden sudah berdiri di belakang Zafia dan memandang Ferran dan kedua sepupunya dengan tatapan tajam.

Jangan ditanya bagaimana Raiden bisa tahu di mana Zafia berada. Pria itu menempatkan bodyguard bayangan khusus untuk gadisnya itu.

"Kamu kok sendirian kesini, engga nunggu aku?" Raiden mengalungkan tangannya di leher Zafia. Ferran mendengus kesal. Saingan cintanya selalu muncul disaat-saat yang tidak dia inginkan.

"Eh, katanya engga bisa nemenin aku."

"Urusan receh ku sudah selesai."

Raiden masih berdiri di samping Zafia. Pria itu tampak tak acuh. Dia mengabaikan keberadaan Ferran dan sepupu-sepupunya.

"Kita cari tempat duduk lain. Di sana sepertinya lebih bagus."

Zafia hanya bisa manut dengan semua intruksi Raiden. Jangan sampai gara-gara dirinya Raiden harus baku hantam dengan Ferran.

"Aku kesana dulu, ya. Have fun."

Raiden dan Zafia akhirnya meninggalkan meja Ferran. Pemuda itu membawa Zafia duduk menghadap ke arah laut.

"Kok bisa sampai di sini?"

"Karena kucing nakalku mulai mencari masalah."

"Kucing nakal? masalah? maksudmu?"

"Kamu itu kucing nakalku dan kamu sedang tebar pesona dengan mereka. Itu artinya kamu sedang mencari masalah."

Zafia hanya geleng kepala. Dia disamakan dengan kucing dan Raiden bilang dia sedang tebar pesona. Oh ayolah, dia merasa Raiden sangat-sangat posesif sekali terhadapnya.

"Jelas-jelas kami hanya mengobrol, dari mananya aku tebar pesona?"

"Kamu diam saja sudah membuat mata temanmu bercahaya. Itu artinya kamu tebar pesona."

"Terserah padamu."

Zafia memilih diam dan menyalakan ponselnya. Percuma saja dia matikan ponselnya, pada kenyataannya Raiden dengan mudah bisa menemukannya.

Raiden merebut ponsel Zafia dan mengantonginya. Dia menarik wajah Zafia dan kembali menyematkan ciuman sesuka hatinya.

Ferran yang masih berada di sana membelalakkan matanya. Tangannya seketika terkepal kuat.

"Brengs*k," umpat Ferran.

Sementara itu Zafia juga terbelalak kaget. Raiden selalu saja begini.

"Kau hanya milikku, Fia," desis Raiden.

"Jangan sembarangan mencium bibirku," protes Zafia.

"Kenapa memangnya? Aku sudah bilang pada papamu dan papiku. Jika aku mau kamu menjadi milikku.

"Tapi aku tidak mau, jadi berhentilah terus memaksakan kehendakmu padaku," ujar Zafia. Matanya kini sudah berkaca-kaca. Dia tidak mau kasar pada Raiden karena Raiden adalah adik dari kakaknya, Zafrina, tapi Raiden selalu saja melakukan sesuatu yang membuat dirinya marah.

"Aku tidak menerima penolakan, Fia."

"Kau gila, benar-benar gila."

"Ya, anggap saja aku memang seperti itu dan kau adalah tawanan cintaku. Kau tidak akan bisa melepaskan diri dariku, Fia."

Seorang pelayan datang membawa buku menu. Raiden membukanya dan memesan beberapa makanan untuknya dan juga Zafia. Zafia tampak membuang muka kesal Raiden hanya tersenyum tipis melihat tingkah Zafia.

"Jangan membuang muka seperti itu, Baby. Itu tidak sopan," ujar Raiden. Namun, Zafia tidak mengindahkan ucapan Raiden. Akhirnya Raiden mendesah berat.

"Baiklah, aku minta maaf, Ok."

Raiden kembali menarik wajah Zafia dan menangkupnya. "Aku minta maaf, Ok. Jangan buat aku cemburu lagi. Aku tidak suka melihatmu berbicara dengan laki-laki lain."

"Raiden, Ferran adalah temanku."

"Dia memang temanmu, tapi dia juga menaruh hati padamu. Aku tidak suka cara dia memandangmu."

"Aku tidak bisa melarang siapapun yang ingin menatapku. Jangan berlebihan seperti itu. Kau membuatku sulit bernapas karena keposesifanmu."

Zafia terdiam saat pelayan datang sembari membawa pesanan Raiden tadi.

"Minumlah, dulu. Aku akan mengurangi keposesifanku 2% nanti." Raiden menyerahkan segelas minuman soda pada Zafia. Zafia hanya mendengus mendengar ucapan Raiden itu.

"2% yang benar saja," batin Zafia.

Hubungan Zafia dan Raiden memang tidak seperti pasangan kekasih pada umumnya. Zafia merasa Raiden tidak pernah menyatakan perasaannya pada dirinya. Raiden hanya terus mengatakan jika Zafia adalah miliknya, siapapun tidak boleh mendekat atau memilikinya,

Raiden adalah pria paling posesif yang Zafia kenal. Bahkan suami dari kakaknya tidak ada yang seperti itu. Zayn juga posesif pada Judy, tapi kadarnya normal. Hanya Raiden yang diambang batas wajar menurut Zafia.

Raiden memotong steak yang dia pesan tadi dan lalu meletakkannya di depan Zafia.

"Makanlah, untuk melawan ku kau perlu tenaga, Baby."

Tanpa ada penolakan, Zafia menuruti perintah Raiden. Dia makan dengan tenang. Raiden lagi-lagi tersenyum. Dia mengambil gelas cola Zafia dan meminumnya.

Seusai makan, Raiden membawa Zafia pulang, saat melewati meja Ferran, Raiden menghadang pandangan Zafia agar gadis itu tidak menyapa Ferran.

Zafia hanya mendengus menanggapi keposesifan Raiden.

Raiden berhenti di samping motor sportnya. Dia nengambil satu helm yang tertaut di stang motornya dan memakaikannya di kepala Zafia.

"Helmnya hanya ada satu, kamu saja yang pakai," ujar Zafia.

"Kamu saja yang pakai, aku tidak mungkin memakai helm sementara kamu tidak. Jadi sebaiknya kamu yang gunakan helm ini."

Raiden naik ke atas motor, Saat Zafia naik, Raiden membantu menahan tangan Zafia hingga gadis itu berada di boncengannya. Raiden menarik tangan Zafia dan melingkarkan tangan Zafia di pinggangnya.

...ΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩ...

Terpopuler

Comments

C a l l i s t o ®

C a l l i s t o ®

Ga paham.. Pembawaan bahasanya ini lebih ke point of view readers yg baca judul ceritanya berurutan kayaknya. Kalo misal baru baca ini, pusing ini karakter hubungannya apa pada

2024-09-24

1

Defrin

Defrin

hadehhhhhh...
posesif banget

2024-04-19

0

Fielov

Fielov

yg jelas bukan sedarah,nda masalah🤣🤣🤣

2024-03-02

0

lihat semua
Episodes

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!