Bab 5. Masalah Di Kantor

Keesokan harinya, Zafia membuka matanya. Dia terkejut mendapati Raiden tidur di hadapannya. Meski begitu, Zafia memilih diam dan menatap Raiden yang masih tertidur pulas.

Pria di hadapannya ini tidak memiliki cela. Ia baik dan penuh perhatian. Raiden juga tidak pernah sekalipun mengasari dirinya. Dia lembut dan tidak neko-neko, tapi sayangnya Raiden memiliki sisi gelap yang sampai sekarang masih sulit untuk Zafia terima, yaitu sisi jiwa psikopat nya.

Jika sekali dua kali membunuh demi membela diri, mungkin Zafia akan maklum. Namun, Raiden selalu menghabisi lawannya baik itu hanya orang suruhan atau siapapun yang mengganggu keluarganya juga dirinya. Raiden pasti akan melenyapkan nyawa orang-orang itu.

Zafia hanya khawatir kelak ada orang yang menyimpan dendam dan membalas semuanya pada Raiden. Ia takut terjadi hal-hal yang buruk pada saudara kakaknya itu.

"Sudah puas memandangi wajah tampan ku ini, hmm?" Raiden tiba-tiba membuka matanya. Zafia membeku, wajahnya memerah karena kedapatan menatap wajah Raiden begitu lama.

"Si-siapa yang melihatmu?"

"Jangan bohong. Aku bisa lihat semua dari matamu, apa kau mulai mengagumi ku?"

"Entahlah, yang jelas aku mulai terbiasa dengan kehadiran mu. Jika dulu aku terganggu, tapi sekarang sudah biasa saja."

"Termasuk tidur seranjang seperti ini?"

"Asal kau tidak macam-macam aku akan biarkan."

"Aku tidak akan macam-macam paling cuma satu macam aja."

"Coba saja kalau berani akan aku lempari kau dengan bom buatanku."

"Sadis sekali."

Zafia bangkit dari tidurnya dan bergegas ke kamar mandi. Hari ini dia ada mata kuliah jadi dia akan berangkat pagi.

Raiden pun ikut bangun dari tidurnya. Ia mengambil pizza semalam dan memanaskannya di microwave. Dia juga menuang susu untuk Zafia.

Pria itu tanpa diminta selalu mengedepankan apapun untuk Zafia. Bahkan dia rela menunggu Zafia dari pagi hingga siang di kampus saat dia tidak ada kelas kuliah. Dia hanya ingin memastikan gadis itu baik-baik di sana.

Zafia keluar dari kamar dengan pakaian yang sudah rapi, kaos oblong di balut kemeja, celana jeans dan sepatu sneakers. Rambutnya seperti biasa dikuncir ekor kuda.

"Kamu buat apa?"

"Hanya memanaskan pizza sisa semalam dan ini susumu."

Raiden menyodorkan dua potong pizza dan segelas susu pada Zafia. Gadis itu menerimanya sembari tersenyum.

"Terima kasih."

"Aku mau mandi dulu, nanti aku akan mengantarmu ke kampus."

"Hmm, ya," jawab Zafia. Raiden segera ke kamar tamu dan mandi di sana. Sedang Zafia makan sembari membuka tablet nya.

Mata bulat gadis itu membelalak saat membuka pesan dari papanya.

"Ray. Ray." Zafia mengetuk pintu kamar tamu dengan keras. Raiden yang takut terjadi sesuatu pada Zafia segera melilitkan handuk di pinggangnya.

"Ada apa?" tanya Raiden sembari menatap Zafia penuh kekhawatiran.

"Aku harus segera pergi, ada masalah serius di perusahaan."

"Tunggu aku sebentar saja. Aku sudah selesai."

Raiden segera menarik celana yang tergeletak di ranjang. Dia juga memakai kemejanya asal-asalan tanpa ingat jika lengannya terluka.

"Ayo!" Raiden mengandeng tangan Zafia. Keduanya keluar dari apartemen Zafia.

Saat berada di depan lift, keduanya berpapasan dengan Zafa kakak tertua Zafia.

"Mau kemana kalian?"

"Aku mau ke perusahaan, Kak. Ada masalah di perusahaan."

"Baiklah, hati-hati di jalan. Semoga masalahnya lekas selesai. Kalau perlu bantuan kakak jangan lupa untuk hubungi kakak."

"Hmm, ya, baiklah." Ketiganya turun ke basemen. Mereka berpisah masuk ke mobil masing-masing. Zafa masuk ke mobilnya begitu juga Raiden.

"Kok mobil? sejak kapan ganti mobil? bukannya kemarin naik motor, ya?"

"Aku minta anak buahku untuk menukarnya."

"Oh." Hanya itu jawaban yang keluar dari mulut Zafia.

Raiden mulai membelah jalanan kota Massachusetts, Dia menuju ke sebuah gedung tinggi berlambang huruf Z dan F besar di tengah bola dunia.

Zafia masuk diikuti oleh Raiden. Beberapa orang karyawan mereka menatap dengan takjub kedatangan pemilik sekaligus pendiri ZF technologies.

Zafia masuk ke ruangannya, dia disambut oleh Ferran dan Bella.

"Ada masalah apa? apa yang terjadi?"

"Ada yang meretas sistem kita. Beberapa data bocor, tapi tadi Bella sempat melawannya. Ini mereka masih terus berusaha menerobos sistem keamanan kita.

"Baiklah, Biar aku yang tangani," ujar Zafia. Bella berdiri sembari memberi ruang pada Zafia agar bisa duduk dengan nyaman. Zafia mulai meletakkan jarinya di atas keyboard dan tak lama, jari Zafia yang lentik bergerak cepat menekan setiap tombol yang ada di keyboard.

Wajah Zafia tampak serius, tapi tak sedetikpun Zafia menatap ke arah keyboardnya. Dengan percaya diri dia menekan berbagai macam angka dan merangkumnya menjadi sebuah kode yang sulit di pecahkan.

Raiden lagi-lagi di buat terkagum-kagum dengan keistimewaan yang dimiliki Zafia. Tak lama berselang, senyum Zafia mengembang.

Ia tampak puas dengan hasil dari kerja kerasnya.

"Bagaimana, Fia?" tanya Bella, tanpa ada yang menyadarinya sorot matanya tampak lain dari biasanya.

"Beres, paling tidak mereka harus memulihkan sistemnya paling cepat seminggu. Aku akan terus mengacaukan sistem mereka sampai mereka menyerah sendiri."

Raiden tersenyum tipis melihat keberhasilan Zafia. Menurutnya, Zafia itu perempuan yang sangat berbakat dan luar biasa.

Tatapan mata Raiden tidak pernah beralih. Semakin hari dia semakin dibuat jatuh cinta dengan semua kemampuan Zafia.

Ferran dan Bella berdiri bersisihan. Namun, tidak ada satu pun dari mereka yang kembali bersuara. Mereka berdua hanya dibuat terpaku karena takjub dengan kecepatan tangan Zafia. Bahkan jika Bella dan Ferran harus mengulang kode yang dimasukkan oleh Zafia mungkin mereka tidak akan bisa. Entah terbuat dari apa otak gadis itu. Yang jelas setiap aksinya mampu membuat orang lain terpukau.

Zafia masih terus memainkan jarinya di atas keyboard. Alisnya bertaut. Ada sesuatu yang mengganjal pikiran Zafia saat ini. Namun, untuk menyampaikannya pada Raiden dia masih belum bisa.

Akhirnya, Zafia memutuskan untuk membereskan sisa kerusuhan yang terjadi pagi ini, Entah dari mana papanya bisa tahu masalah perusahaannya. Yang jelas dia sangat bersyukur data yang bocor tidak sampai 5% dari seluruh data kliennya.

Helaan napas Zafia menjadi penanda suksesnya misi penyelamatan data yang bocor. Zafia menyandarkan tubuhnya di kursi. Namun, tatapan matanya tampak kosong. Meski ruangan itu kini diisi oleh 4 orang, tapi hanya deru suara napas yang terdengar tanpa ada suara. Ferran dan Bella juga tampaknya terlalu larut dengan pemikiran masing-masing.

"Apa sudah selesai?" suara Bella terdengar memecah keheningan. Zafia mengangguk, tapi dia tidak bersuara. Setidaknya menurut gadis itu anggukan sudah merupakan jawaban yang Bella perlukan. Dia ingin menghemat tenaganya setelah memeras otak.

Terpopuler

Comments

Defrin

Defrin

apa Bella sahabatnya itu berkhianat terhadap Zafia

2024-04-19

1

Warijah Warijah

Warijah Warijah

Apakah Bella pwnghianatnya..

2023-11-17

0

🍊𝐂𝕦𝕞𝕚

🍊𝐂𝕦𝕞𝕚

semoga tidak akan ada pengkhianat di antara sahabat zafia
biasanya karena cinta bisa merubah sahabat jadi musuh karena mereka yang terdekat sangat tahu kelemahan dan kelebihan yang dimiliki zafia
apalagi tadi Bella menatap zafia dengan tatapan berbeda semoga bukan karena masalah cinta membuat persahabatan mereka hancur dan saling menyakiti

2022-11-30

0

lihat semua
Episodes

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!