Alfa melangkah menghampiri Maira yang tengah menunduk kan kepala nya, entah apa yang tengah gadis itu lakukan karena sejak tadi maira tidak memperhatikan nya sama sekali.
"Maira.... apa kamu tahu ini kelas apa?!"
tanya Alfa membuat Maira mendongak menatap wajah tampan Alfa yang datar tanpa ekspresi, pria itu menatap kertas Putih bergambar sejak tadi Maira menggambar dan tidak mendengar kan ia bicara, dosen pun terlihat menghela nafas, maira memang selalu seperti itu.
"aku.......!"
jawab Maira terhenti saat melihat beberapa pasang mata memperhatikan nya.
"Maira aku sedang menjelaskan tentang bisnis bukan tentang menggambar, silahkan keluar kalau kamu tidak tertarik....!"
sahut Alfa membuat maira membeku seketika, lalu Alfa melangkah ke depan kemudian kembali membahas tentang bisnis.
Alfa sendiri sebenarnya tidak setuju dengan perjodohan antara dirinya dan maira, karena sebenarnya Alfa juga sudah memiliki kekasih namun seperti halnya maira, Alfa juga tidak bisa membantah perintah orang tua nya.
setelah kelas selesai, gegas Maira keluar karena tak ingin berbicara dengan Alfa, namun Alfa sendiri terlihat acuh.
"Mai punya tunangan serem gitu!"
ujar diva terkekeh, Meski diva tidak menyangkal bahwa Alfa begitu tampan juga mapan, maira beruntung karena Alfa juga seperti nya pria yang tegas dan memiliki komitmen.
"gimana hari hari Lo nanti sama dia?"
tambah Erlin terkekeh sambil merangkul pundak maira, namun maira bungkam tak menanggapi celotehan kedua sahabatnya itu.
ia sendiri tak mau ambil pusing dengan sikap Alfa yang memang seperti itu, semua bisa berubah dan kemungkinan ia akan memutuskan pertunangan itu karena awal nya pun ia tidak setuju dengan perjodohan tersebut.
"kita jadi kan ke galeri kakak ipar kamu Lin?"
tanya maira mengalihkan pembicaraan.
"jadi lah, ayo kita berangkat sekarang!"
jawab Erlin lalu masuk ke dalam mobil diva, di ikuti oleh maira.
"Mai kapan kamu nikah sama cowok kulkas itu?"
tanya diva sambil nyetir, lagi lagi diva membahas Alfa.
"enggak tahu, kan perjanjian nya kalau cocok ya nikah kalau enggak ya bubar!"
jawab maira mengingat percakapan nya dengan Alfa, kedua nya memang membuat kesepakatan seperti itu.karena Alfa sendiri memiliki seseorang yang ia harapkan untuk bisa hidup bersama.
"oh gitu, terus kalau kayak gitu gimana kalian Deket nya dong!"
tanya Erlin heran melihat dua mahluk yang sudah bertunangan itu.
"enggak tahu, biar aja berjalan sesuai alur nya!"
jawab maira tampak Santai, ia bahkan dengan mudah melupakan sikap Alfa tadi saat di kampus, menyebalkan.
"awas aja kapan kapan aku akan mengerjai Alfa" batin maira berceloteh sendiri merangkai rencana untuk membalas sikap pria itu.
tak berapa lama mereka sampai di galeri lukisan milik kian, kakak ipar Erlin, maira dan diva mengikuti langkah Erlin yang langsung Masuk ke dalam galery.
"Hai om....!"
ujar Erlin terkekeh kecil melihat ekspresi wajah kian yang langsung melotot mendengar kata Om.
"kamu baru pulang kampus?"
tanya kian lalu memindai diva lalu beralih ke Maira.
keduanya sama sama tertegun karena sebelumnya mereka pernah bertemu.
"kamu?"
ucap kedua nya berbarengan.
Erlin dan diva termangu mendengar mereka yang kompak mengucapkan kata kamu.
"udah pernah ketemu?" tanya Erlin.
Maira dan kian sama sama terdiam mengingat kejadian saat maira Tak sengaja menginjak lukisan kian yang terjatuh, namun saat itu kian tidak marah dan malah bersikap ramah pada Maira yang memang tidak sengaja melakukan hal itu.
Maira tersenyum lalu mengulurkan tangannya pada kian.
"aku maira... Kita waktu itu enggak sempat kenalan ya?"
ujar Maira senyum dan di sambut hangat oleh kian.
"aku kian, kian.... kakak ipar Erlin...!"
jawab kian tersenyum manis pada maira dan juga diva.
"ayo masuk.....!"
tambah kian sembari memperhatikan Maira yang memang cantik.
kian menikah dengan Luna dua tahun yang lalu, Luna adalah kakak perempuan Erlin, namun Luna sangat sibuk dengan jadwal manggung nya karena memang luna seorang penyanyi papan atas yang sudah banyak dikenal masyarakat, dan hal itu membuat kiano jarang sekali bertemu dengan Luna, kian selalu menghabiskan waktu nya dengan melukis.
Maira menutup mulutnya yang menganga, menatap kagum lukisan kian yang begitu indah, rapih dan sangat bagus.
"bagus banget....aku mau belajar dong!"
ujar maira menatap sebuah lukisan pemandangan indah dimana seorang pria berdiri menghadap ke depan Seorang diri.
"ini tuh menggambarkan keadaan seseorang yang seperti nya kesepian..."
ujar Maira membuat kian terkekeh kecil.
"Maira pinter melukis loh kak, persis seperti kak kian!"
ujar Erlin duduk di kursi bersama diva, sementara Maira terus memperhatikan satu persatu karya kiano yang begitu menakjubkan.
"paling mahal lukisan nya terjual berapa?"
tanya Maira menoleh ke arah kian dengan topi pet ala ala pelukis dan itu membuat Maira kagum.
"berapa ya, aku khawatir kamu pingsan dengar nya"
ujar Kian senyum, maira juga tersenyum karena Kian begitu ramah dan terkesan hangat tak Dingin seperti Alfa yang jarang sekali tersenyum.
"aku mau belajar bikin lukisan seperti kak kian..."
ujar Maira entah kenapa jantung nya tiba tiba berdetak kencang saat melihat senyum kian yang mengarah nya pada nya.
"boleh, Erlin Juga lagi belajar cuma dia itu malas!"
jawab kian menoleh ke arah Erlin yang langsung mengerucut kan bibir nya membuat kian terkekeh kecil.
"kalian ambil minum sendiri ya di lemari pendingin, aku keluar sebentar!"
ujar Kian saat mendapat kan telpon dari Luna.
"kita enggak apa-apa kan di sini?"
tanya Erlin duduk di sofa dekat diva yang memainkan ponselnya, sementara Maira terus memandangi hasil karya kiano yang begitu indah.
"ya enggak apa-apa, kakak keluar dulu sebentar"
jawab kian lalu pergi meninggalkan ketiga gadis cantik itu.
"Erlin...Lo mau belajar juga?"
tanya diva menyimpan ponsel nya ke dalam tas.
"ya emang kenapa?"
jawab Erlin balik bertanya.
"kayaknya Lo enggak ada bakat, bakat Lo kan pacaran doang!"
balas diva tertawa kecil melihat ekspresi wajah Erlin tampak geram.
keduanya bercanda dan tertawa namun berbeda dengan maira yang tertegun mengingat kebersamaan nya dengan Abian, sang papah yang ia kagumi, dulu kedua nya selalu melukis bersama, namun sekarang tidak lagi.
*
"pah...... kenapa sih kok maira merasa papah jauhi Maira?" tanya maira saat berada di ruangan melukis nya bersama Abian.
"kamu sekarang sudah besar, papah tidak mungkin bersikap sama seperti kamu masih kecil.... makanya papah ingin kamu segera menikah Mai, agar ada yang menjaga kamu.
papah sangat menyayangi kamu..."
ujar Abian waktu itu, dan pria yang Abian kenalkan justru berbanding terbalik dengan nya, Alfa bukan tipe pria idaman nya.
bersambung.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 68 Episodes
Comments