Setelah menghabiskan masa cuti mereka tanpa pergi berbulan madu romantis seperti yang bayangan Senja, Senja dan Bara akhirnya hari ini kembali pada aktivitasnya masing-masing.
Bara yang seorang Developer IT, tidak berkerja terikat di kantor. Dia bersama tiga temannya yang lain membuat tim untuk mengembangkan aplikasi security untuk perusahaan yang bekerja sama dengan mereka. Bara dan timnya sering mendapatkan tender dari perusahaan besar, ada juga perusahaan start up yang bersedia membayar mahal untuk jasa mereka, karena mereka bisa dibilang sudah senior di bidangnya.
Sementara Senja, seorang lulusan Psikologi, memilih menjadi guru di sekolah TK, Senja senang berinteraksi dengan anak-anak. Dengan latar belakang pendidikannya, Senja tidak kesulitan menghadapi anak-anak di TK. Apalagi Senja juga senang menerapkan metode belajar mandiri pada anak usia dini.
Pagi ini Senja bangun lebih cepat dari biasanya, jam lima subuh Senja sudah bersemangat bangun. Sambil bersenandung ria, Senja berjalan menuju dapur. Membuka kulkas dan mempersiapkan bahan-bahan makanan yang akan dimasaknya.
Sambil memegang tab di tangannya, Senja membuka kulkas resep yang sudah dicari-carinya dari tadi malam.
"Hmm, hari ini chef Senja mau masak nasi goreng spesial ala Senja" gumamnya sendiri. "Pertama, kupas dulu bawang merah, bawang putih" lanjut Senja sendiri.
Selama mempersiapkan sarapan untuk Bara, Senja terus membayangkan akan mendapatkan pujian dari suaminya.
"Nanti pasti Mas Bara langsung jatuh cinta sama aku karena udah masakin sarapan. Hihihi" Senja terkikik geli dalam khayalannya sendiri.
Tidak peduli matanya yang perih karena mengupas bawang, asap dan panas di dapur, Senja tetap semangat menggoyangkan wajan untuk menyajikan sarapan untuk pria idamannya itu.
Selesai masak, Senja langsung melesat menggedor pintu kamar Bara "Mas.. Mas Bara" ketuk Senja pelan. Senja menempelkan telinganya ke daun pintu kamar Bara, memeriksa apakah Bara sudah bangun atau belum.
Begitu kepala Senja menempel pada daun pintu kamar Bara, tiba-tiba pintu kamar Bara terbuka, membuat Senja terdorong maju hingga tangannya melingkar di pinggang Bara untuk menahan tubuhnya sendiri agar tidak jatuh.
"Astagfirullah ih, Mas Bara ngagetin Senja aja" gerutu Senja. Bibirnya memang menggerutu, namun tindakannya justru sebaliknya. Wanita bertubuh mungil itu justru kini sedang menikmati memeluk pinggang Bara. Samar-samar dia menghirup aroma tubuh lelaki yang sedang dia peluk.
Bara mengamati tindakan Senja. Tangan kirinya kini terangkat dan menusuk-nusuk jidat Senja dengan telunjuknya "Lepasin oii! Jangan cari kesempatan".
Senja cemberut, namun langsung melepaskan tangannya yang melingkar indah di pinggang Bara dengan wajah manyun. "Hish, menghalangi rejeki orang aja" gerutu Senja.
Jarang-jarang kan Senja punya kesempatan untuk memeluk Bara seperti ini. Bah.. bahkan tidak ada. Ini baru pertama kali.
Bara menyandarkan tubuhnya pada kusen pintu, lalu memicing tajam pada Senja "Rejeki apaan itu? Mengambil kesempatan dalam kesempitan. Terus ngapain gedor-gedor pintu orang pagi-pagi?"
Senja langsung tersenyum lebar, "Yaa kita kan harus bisa memanfaatkan peluang, kesempatan sekecil apapun itu" balas Senja ngeyel sembari merentangkan tangannya lagi berusaha memeluk Bara.
Lelaki di hadapannya refleks mundur lalu menepuk punggung tangan Senja "Oi...." peringat Bara pada istrinya.
Senja yang akhirnya hanya memeluk udara, menggigit bibirnya dan menatap sebal pada Bara "Ck, jahat! Yaudah ayo sarapan! Senja udah masakin buat Mas Bara" ujar Senja sambil mengapit lengan Bara mesra.
Sambil berjalan menuju dapur Bara memindai penampilan Senja dari atas hingga bawah. Senja masih pakai piyama, lalu memakai celemek, rambutnya di cepol ke atas, keringat menetes dari sisi wajahnya, keliatan kaya habis melakukan hal berat.
"Hmm.." Bara berjalan malas mengikuti Senja ke meja makan.
"Ini kamu yang masak?" Bara memperhatikan dua piring nasi goreng yang tersaji di atas meja lengkap dengan telur mata sapi dan lainnya.
Senja mengangguk dan duduk dengan tegak, tidak sabar menantikan reaksi Bara.
Dari tampilannya oke sih, tapi gak tau gimana rasanya. bisik Bara dalam hati.
Bara menyendokkan satu suapan nasi ke mulutnya, asam lambungnya naik!
Holy ****! Ini nasi goreng atau asinan nasi? maki Bara dalam hatinya.
Bara sudah siap dengan seribu kata tajam di ujung lidahnya. Namun tertahan saat dia menatap wajah sumringah Senja, lalu matanya memindai jari lentik Senja, terdapat plester di jarinya padahal kemarin malam masih tidak ada. Lalu memandang kulit lengannya yang mulus, terdapat sedikit luka melepuh kecil pada kulitnya, sepertinya kena minyak panas.
Haaaaahhh, Bara jadi tidak tega.
Bara menghela nafasnya. Kalau diomelin malah nangis lagi
"Nja? Kamu pengen nikah lagi?" tanya Bara santai. Sementara Senja tidak paham apa maksud perkataan suaminya. "Mas Bara ngomong apa?"
"Nasi goreng kamu keasinan Senja, kamu kebanyakan masukin garam. Emang tadi kamu gak coba dulu?" ucap Bara dengan suara normal.
"Hah?!" Senja tampak shock, wajahnya berganti panik. Dengan tak yakin Senja menyuapkan nasi gorengnya ke dalam mulut.
Senja terbatuk, nasinya berhamburan keluar. Bahunya terduduk lemas. Yaahhh, ini sih bukannya dapat cinta malah dapat cacian!
"Yaudah, Mas Bara sarapan di kantor aja" Senja berkata lemah. Dengan berat hati Senja menarik piring di hadapan Bara.
Bara menahan tangan Senja yang hendak menarik piringnya, "Kamu mau ngapain? Udah duduk sana" ucapnya lalu kembali menyuapkan nasinya. Bukan apa-apa, Bara hanya tidak tega melihat usaha Senja yang bangun pagi-pagi hanya demi memasakkan sarapan untuk dirinya.
"Tapi kan, ini keasinan?" Senja memandang pasrah pada nasi goreng buatannya.
Bara mengigit bagian dalam pipinya, lalu dengan santai menghabiskan sepiring nasi goreng asin buatan Senja.
"Lain kali kalau mau masak di cobain dulu, kalau tiap hari makan makanan asin, aku bisa kena darah tinggi" Bara lalu meneguk air putih di gelasnya hingga tandas.
Omelan Bara di pagi hari bagaikan nyanyian surga di telinga Senja. Bagaimana tidak, Senja merasa terharu karena Bara menghabiskan makan yang dibuatnya.
Melihat Bara menghabiskan makanannya, Senja pun demikian. Wanita itu langsung menghabiskan nasi goreng bagiannya hingga tak tersisa. Rasa asin ini akan Senja jadikan pelajaran.
Dia tidak mau jadi janda karena kebodohannya. Masak makanan keasinan lalu Bara terkena darah tinggi, lalu Bara meninggal karena darah tinggi. Hiiii Senja ngeri memikirkannya.
"Oh iya, aku biasanya berangkat jam sembilan pagi ke kantor. Terus pulangnya tergantung kerjaan tim, kalau cepat aku bisa pulang cepat. Kalau banyak kerjaan biasanya bisa sampai malam" Bara menatap Senja, kedua sikunya pada atas meja makan dengan jari yang saling bertautan.
Senja menatap lurus pada Bara, mereka bagaikan sedang briefing pagi tentang apa yang harus mereka lakukan hari ini.
Senja menganggukkan kepalanya paham. "Biasanya malamnya sampai jam berapa?"
"Kalau aku pulang malam pasti aku kabarin kamu, kamu juga kalau pulang telat atau mau kemana-mana kabarin aku"
Senja tersenyum mengangguk paham. Senja tidak menyangka kalau Bara akan memberitahukan Senja tentang kebiasaannya.
"Oh iya Mas, hari ini Senja boleh pergi bareng Mas Bara ngga?" Senja mencoba peruntungannya dengan bertanya pada Bara.
"Oh, kalau kamu mau, kamu boleh setiap hari perginya bareng aku, pulangnya kalau aku bisa, aku jemput. Tapi kalau aku pulang kemalaman, kamu bisa pulang naik taksi atau ojek online kan?" tanya Bara setelah menjelaskan panjang lebar pada Senja.
"Bisaaa" Senja hampir berteriak saat menjawabnya. Ya pasti Senja mau lah, sudah gila kalau dia menolak tawaran Bara untuk pergi bersama setiap hari.
Bara mengangguk pelan lalu beranjak dari duduknya.
Melihat Bara beranjak, reflek membuat Senja berdiri juga, "Mas mau kemana?"
Langkah Bara terhenti, pria itu lalu membalikkan tubuhnya dan menatap heran pada Senja.
"Mau mandi lah, emang kenapa?" ujar Bara sambil mengerutkan dahinya.
Senja nyengir lebar, "Ngga mau Senja gosokin punggungnya?" tanya Senja barbar.
Bara mendengus kesal, "Aisshhh" lalu segera meninggalkan Senja. Dasar anak kecil barbar, pertanyaan macam apa pula itu?
****
*bersambung
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 45 Episodes
Comments