Bab 2 Dia

Kini Ervan tengah menatap foto seorang gadis yang akan ditemuinya malam ini, lengkap dengan informasi tentangnya. Foto itu, baru saja dikirim oleh sang ibu. Ibunya berharap, ia mau bertemu dengan gadis yang ada di foto itu. Gadis dengan wajah yang cantik sempurna, tapi sama sekali tidak membuat hatinya tergerak. Entah seperti apa tipe gadis yang ia sukai, ia sendiri pun tidak tahu. Ervan bangkit dari duduknya, berjalan ke arah kaca dinding sambil memandang keluar.

“Buang semua.” Tirta segera mengambil semua foto, lalu membuangnya ke tempat sampah.

Sudah hampir dua tahun berlalu, Ervan belum juga melupakan kejadian yang membuat hidupnya tidak tenang, meski wajah gadis itu mulai samar dalam ingatannya.Tidak ada ikatan cinta diantara mereka berdua, tapi sejak gadis itu pergi, seluruh hati Ervan pun ikut membeku bersamanya. Rasa bersalah yang menggrogoti hatinya, membuat Ervan menolak jatuh cinta. Gadis itu seakan mengutuk dirinya, sehingga membuatnya sama sekali tidak memiliki perasaan untuk jatuh cinta.

PRAANGG

Serpihan kaca berserakan diatas lantai, bercampur dengan genangan air. Ervan mengepalkan tangan, mendaratkannya di dinding kaca, lalu berteriak dengan frustasi. Ia merasa lelah menjalani hidup dengan bayang-bayang seorang gadis yang bersimpuh di kakinya, memohon agar ia bertangung jawab. Ia marah karena rasa bersalah terus menekan batinnya, sehingga membuat seluruh tubuhnya ikut mati bersama gadis itu.

“Apa kau bahagia sekarang? Hah!” Berteriak dengan menengadahkan wajahnya.

Tirta hanya membisu melihat Ervan, ia tidak bisa melakukan apa-apa untuk membantu atasan sekaligus sahabatnya itu. Ia sangat tahu, besarnya rasa bersalah dan penyesalan yang tertanam dalam hati Ervan. Ditambah lagi, tekanan orang tuanya yang terus menjodohkan dan memaksanya segera menikah.

Tirta meraih telepon diatas meja. “Utus seseorang untuk membersihkan ruangan CEO,” perintah Tirta pada seseorang di balik telepon.

Tok....Tok...Tok....

“Masuk,” jawab Tirta dari dalam ruangan.

Seorang gadis menggunakan seragam cleaning servis masuk dengan membawa peralatan kebersihan. Berjalan perlahan, pandangannya terkunci, CEO dengan balutan jas, berdiri depan dinding kaca, dengan puing-puing kristal berserakan di lantai sekitarnya.

DEG, Dia! Batinnya memanggil.

Ia berjalan mendekat dengan menundukkan wajahnya. Memungut pecahan kaca yang ukurannya besar, satu persatu, lalu memasukkannya dalam kantong sampah. Kemudian, mulai membersihkan serpihan kaca dengan alat kebersihan yang dibawanya. Setelah selesai, ia kembali memastikan lantai itu sudah benar-benar bersih.

“Saya permisi, Pak.”

“Tunggu.” Menatap tajam dari ujung kaki sampai rambut.

“I ... iya, Pak.” Terbata karena mendapat tatapan yang seperti akan mencekiknya.

“Apa kita pernah bertemu sebelumnya?” Menyelidik dengan wajah yang terasa familiar.

DEG,

“Ti ... tidak, Pak.” Tertunduk menyembunyikan wajahnya.

“Hemm.” Memalingkan wajahnya. “Keluar.”

“Baik, Pak.”

Ervan kembali duduk, memilah beberapa dokumen diatas meja, setelah meluapkan kekesalannya. Ia membaca dengan teliti, sebelum menorehkan penanya. salah satu dokumen menarik perhatian, membuat memorinya mundur sesaat, lalu tersadar seketika.

"Tirta, siapa penanggung jawab QC di anak perusahaan kita di Kota XX?"

"Sebastian, dia menggantikan Sarah, setelah dipecat."

Tatapan Ervan berubah menusuk, raut wajahnya memberi peringatan kepada Tirta, agar tidak menyebut nama gadis yang terdengar sakral baginya.

"Jangan pernah menyebut namanya, didepanku!"

"Maaf, aku lupa."

Salahku menjawab berlebih.

Waktu menunjukkan pukul lima sore, yang artinya jam kerja telah usai. Para karyawan satu per satu meninggalkan perusahaan, dengan cuaca mendung mewarnai langit sore itu. Ervan yang masih duduk di kursi kebesarannya merasa enggan meninggalkan tempat itu. Suasana hujan rintik di luar sana, melengkapi suasana hatinya yang kian memburuk.

Ervan mengetuk meja dengan jari telunjuknya, berulang kali. Ini menunjukkan jika ia sedang berpikir keras, untuk mencari alasan menghindari pertemuan malam ini.

"Aku harus ke mana?" Gumamnya. lalu, mengambil ponsel dan menghubungi Tirta. “Ke ruanganku, sekarang.”

Tirta tiba di ruangan CEO dengan tergopoh-gopoh, bagaimana tidak, ia sudah berada dalam mobil dan bersiap untuk pergi. Tapi, Ervan mendadak memanggilnya setelah ia baru saja menyuruhnya untuk pulang lebih dulu.

“Ikut, aku!” memerintah, tanpa membiarkan Tirta mengatur napasnya terlebih dahulu..

“Ke mana?” Masih dengan napas yang naik turun.

Ervan tidak menjawab, ia melangkah pergi bersama Tirta yang mengekor dibelakangnya. Keduanya masuk dalam lift, yang akan membawa mereka ke lantai bawah. Pintu lift terbuka, keduanya keluar beriringan tanpa ada sepatah kata. Baru beberapa langkah kaki mereka menapaki lantai, terdengar suara anak kecil yang sedang menangis. Suara itu terdengar lirih dan serak sepertinya anak itu sudah lama tenggelam dalam tangisannya. Ervan dan Tirta berhenti sejenak, lalu menoleh ke arah kanan dan kiri mencari sumber suara.

“Kamu dengar itu?”

“Dengar, Van.”

Kaki mereka kembali melangkah, mengikuti sumber suara. Tapi, terhenti lagi saat mereka tidak yakin akan arah yang  mereka tuju.

“Kamu yakin suara itu berasal dari sana?” Menunjuk arah toilet.

“Aku tidak tahu."

Ervan mengikuti langkah Tirta didepannya. Semakin dekat langkah kaki mereka, semakin terdengar jelas suara tangisan anak itu. Tirta  menghentikkan langkahnya didepan pintu yang bertuliskan ‘Toilet Wanita’. Tirta menoleh ke belakang, menatap Ervan seolah bertanya, apakah kita akan masuk kedalam?

“Kamu yang masuk!” perintah Ervan, yang mengerti maksud tatapan Tirta kepadanya.

“Aku, Van?” jawab Tirta, mencoba protes.

“Ya, iyalah kamu. Masa harus aku, yang masuk kedalam?”

“Tapi, ini toilet wanita loh, Van.”

“Terus kenapa? Cepat masuk sana.” Mendorong tubuh Tirta masuk ke dalam toilet wanita.

Tirta menemukan seorang anak laki-laki yang berusia sekitar satu tahun, tengah duduk di samping tubuh ibunya yang terbaring diatas lantai. Tangan mungilnya, mengguncang tubuh ibunya sambil terus menangis.

“Mama,” isaknya, lalu memeluk tubuh ibunya.

Bingung, harus berbuat apa. Ia duduk dengan lutut tertekuk, mensejajarkan dirinya dengan anak itu. Tirta menyibak rambut wanita itu, wajah pucat menjadi pandangan pertamanya. Tirta berteriak memanggil Ervan yang masih menunggunya didepan pintu toilet.

“Van, cepat masuk!” perintah Tirta yang mulai melupakan kedudukannya.

“Ada apa?” Terdiam sejenak melihat pemandangan dihadapannya. "Wanita itu kenapa?"

"Sepertinya dia pingsan."

Ervan mendekat, menatap wajah wanita itu, memeriksa denyut nadi di pergelangan tangannya. Lalu, mengangkat tubuhnya.

“Kamu sedang, apa? Cepat bawa dia!” Menunjuk anak itu dengan sorot matanya.

Ervan berjalan lebih dulu, meninggalkan Tirta yang menggendong anak itu dengan tas jinjing yang menepel dibahunya. Seorang Satpam berlari mendekati mereka, saat melihat Ervan menggendong seorang wanita dengan langkah yang tergesa-gesa.

“Maaf, Pak," ucapnya sembari membuka pintu mobil

"Tidak apa." Meletakkan kepala wanita itu diatas pahanya.

Tirta menyusul masuk, memberikan tas jinjing kepada satpam untuk diletakkan di kursi sebelah kemudi. Sementara ia, menyerahkan anak itu kepada Ervan, karena harus mengemudi.

Terpopuler

Comments

Sweet Girl

Sweet Girl

ih kasihan si anak kecilnya, Sampek ikut ibunya kerja.

2025-02-24

0

Sweet Girl

Sweet Girl

Gadis masa lalu itu kah...???

2025-02-24

0

Rosemitha

Rosemitha

apa itu anaknya Ervan?

2024-02-20

1

lihat semua
Episodes
1 Bab 1 Awal Mula
2 Bab 2 Dia
3 Bab 3 Wajah yang mirip
4 Bab 4 Tiga Baby Sister
5 Bab 5 Rencana Ervan
6 Bab 6 Gara-gara Tirta
7 Bab 7 Dua Identitas
8 Bab 8 lamaran tiba-tiba
9 Bab 9 Hanya kontrak
10 Bab 10 Ancaman ervan
11 Bab 11 Semakin terdesak
12 Bab 12 Maaf
13 Bab 13 Terjebak
14 Bab 14 Rahasia Ervan
15 Bab 15 Bujukan Alan
16 Bab 16 Rumah baru
17 Bab 17 Kesepakatan
18 Bab 18 Identitas Sarah
19 Bab 19 Kunjungan Tiba-tiba
20 Bab 20 Panik
21 Bab 21 Drama dilarut malam
22 Bab 22 Penampilan baru
23 Bab 23 Pernikahan
24 Bab 24 Ribetnya malam pertama
25 Bab 25 Dua jomblo yang kepo
26 Bab 26 Kecurigaan Mama
27 Bab 27 Gosip
28 Bab 28 Sarah atau Tamara
29 Bab 29 Tes DNA
30 Bab 30 Mama yang berubah
31 Bab 31 Sarah Pergi
32 Bab 32 Terungkap
33 Bab 33 Kakak aku datang
34 Bab 34 Menolak kembali
35 Bab 35 Suasana menakutkan
36 Bab 36. Mencari hadiah
37 Bab 37. Siasat Clarissa
38 Bab 38. Bertemu mereka
39 Bab 39. Drama makan malam
40 Bab 40. Kursus kilat
41 Bab 41. Tamu tak diundang.
42 Bab 42. Pertengkaran
43 Bab 43. Dua lawan satu
44 Bab. 44 Rencana yang gagal
45 Bab 45. Mencari bukti
46 Bab 46. Dua saksi
47 Bab 47. Badai belum berlalu
48 Bab. 48. Tulus atau ada maunya?
49 Bab 49. Dokter Alan jatuh cinta
50 Bab 50. Petualangan tak terduga.
51 Bab 51. Terpesona pada pandangan pertama
52 Bab 52. Kakak ipar?
53 Bab 53. Hari pertama
54 Bab 54. Perkara telpon-telponan
55 Bab 55. Semua karena Ervan.
56 Bab 56. Modus
57 Bab 57. Ke mana Alan?
58 Bab 58. Salah siapa?
59 Bab 59. Kabar baik
60 Bab 60. Merasa aneh
61 Bab 61. Sabar, Tirta
62 Bab 62. Serba salah
63 Bab 63. Kejutan di apartemen Alan
64 Bab 64. Bulan madu, ala Ervan
65 Bab 65. Masak bersama
66 Bab 66. Kisah tiga sahabat (1)
67 Bab 67. Kisah tiga sahabat (2)
68 Bab 68. Mengunjungi Alan
69 Bab 69. Waktu yang dinikmati
70 Bab 70. Gadis kecil
71 Bab 71. Makan malam yang gagal
72 Bab 72. Badai
73 Bab 73. Pendendam
74 Bab 74. Hari bahagia. Tapi?
75 Bab 75. Ada Apa dengan CEO? (1)
76 Bab 76. Ada apa dengan CEO? (2)
77 Bab 77. Rencana masa depan
78 Bab 78. Perkenalan keluarga
79 Bab 79. Final
80 Pengumuman
Episodes

Updated 80 Episodes

1
Bab 1 Awal Mula
2
Bab 2 Dia
3
Bab 3 Wajah yang mirip
4
Bab 4 Tiga Baby Sister
5
Bab 5 Rencana Ervan
6
Bab 6 Gara-gara Tirta
7
Bab 7 Dua Identitas
8
Bab 8 lamaran tiba-tiba
9
Bab 9 Hanya kontrak
10
Bab 10 Ancaman ervan
11
Bab 11 Semakin terdesak
12
Bab 12 Maaf
13
Bab 13 Terjebak
14
Bab 14 Rahasia Ervan
15
Bab 15 Bujukan Alan
16
Bab 16 Rumah baru
17
Bab 17 Kesepakatan
18
Bab 18 Identitas Sarah
19
Bab 19 Kunjungan Tiba-tiba
20
Bab 20 Panik
21
Bab 21 Drama dilarut malam
22
Bab 22 Penampilan baru
23
Bab 23 Pernikahan
24
Bab 24 Ribetnya malam pertama
25
Bab 25 Dua jomblo yang kepo
26
Bab 26 Kecurigaan Mama
27
Bab 27 Gosip
28
Bab 28 Sarah atau Tamara
29
Bab 29 Tes DNA
30
Bab 30 Mama yang berubah
31
Bab 31 Sarah Pergi
32
Bab 32 Terungkap
33
Bab 33 Kakak aku datang
34
Bab 34 Menolak kembali
35
Bab 35 Suasana menakutkan
36
Bab 36. Mencari hadiah
37
Bab 37. Siasat Clarissa
38
Bab 38. Bertemu mereka
39
Bab 39. Drama makan malam
40
Bab 40. Kursus kilat
41
Bab 41. Tamu tak diundang.
42
Bab 42. Pertengkaran
43
Bab 43. Dua lawan satu
44
Bab. 44 Rencana yang gagal
45
Bab 45. Mencari bukti
46
Bab 46. Dua saksi
47
Bab 47. Badai belum berlalu
48
Bab. 48. Tulus atau ada maunya?
49
Bab 49. Dokter Alan jatuh cinta
50
Bab 50. Petualangan tak terduga.
51
Bab 51. Terpesona pada pandangan pertama
52
Bab 52. Kakak ipar?
53
Bab 53. Hari pertama
54
Bab 54. Perkara telpon-telponan
55
Bab 55. Semua karena Ervan.
56
Bab 56. Modus
57
Bab 57. Ke mana Alan?
58
Bab 58. Salah siapa?
59
Bab 59. Kabar baik
60
Bab 60. Merasa aneh
61
Bab 61. Sabar, Tirta
62
Bab 62. Serba salah
63
Bab 63. Kejutan di apartemen Alan
64
Bab 64. Bulan madu, ala Ervan
65
Bab 65. Masak bersama
66
Bab 66. Kisah tiga sahabat (1)
67
Bab 67. Kisah tiga sahabat (2)
68
Bab 68. Mengunjungi Alan
69
Bab 69. Waktu yang dinikmati
70
Bab 70. Gadis kecil
71
Bab 71. Makan malam yang gagal
72
Bab 72. Badai
73
Bab 73. Pendendam
74
Bab 74. Hari bahagia. Tapi?
75
Bab 75. Ada Apa dengan CEO? (1)
76
Bab 76. Ada apa dengan CEO? (2)
77
Bab 77. Rencana masa depan
78
Bab 78. Perkenalan keluarga
79
Bab 79. Final
80
Pengumuman

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!