My Contract Husband
Ketika sudah tiba waktunya, mau tidak mau pilihan yang sulit diterima oleh seseorang yang sudah seharusnya menikah di usia yang semakin matang.
Seorang pebisnis sekaligus, ahli waris dari sebuah perusahaan besar bernama Reza Pahlevi sedang berada di dalam fase tersebut.
Di sebuah ruangan dia menatap Pria tua yang duduk dengan angkuh di hadapannya. Sebuah cerutu terus menyala lalu pria tua itu letakkan di sebuah asbak.
"kamu ini selalu saja membangkang ucapan kakek." Heriyanto pria berumur 80 tahun mendengus kesal. "Kakek datang ke sini bukan untuk mengunjungimu atau mengawasi perusahaan."
"lalu apa yang kakek inginkan sebenarnya aku sangat sibuk hari ini," ucapnya.
Henry berdiri dari posisi duduknya. "Kakek mau kamu segera menikah kalau tidak kakek yang akan mencarikan sendiri untuk kamu." Setelah mengucapkan itu dia segera melangkah pergi dari ruangan kerja sang cucu.
Reza sampai kehabisan kata-kata dia hanya memandangi kepergian sang kakek sampai menghilang dari balik pintu. "Calon istri? Apa kakek sedang bercanda."
~
Sementara itu di tempat berbeda Kakek sedang berjalan-jalan melihat-lihat perusahaan yang sudah lama dia tinggalkan karena diwariskan kepada sang cucu.
Semenjak Reza dewasa, dia selalu khawatir pernah sekalipun cucunya itu tidak pernah membawa seorang wanita ke hadapannya.
"Di sini banyak pegawai wanita, cantik-cantik lagi, tapi kenapa satupun tidak ada yang menarik perhatiannya. Aku mau dia menikah dengan perempuan biasa-biasa saja yang tidak sombong apalagi memiliki ambisi terlalu tinggi."
Henry terus berjalan menyusuri koridor perusahaan. Kakek mencari-cari dengan teliti wanita yang sesuai dengan cucu kesayangannya. tentu saja harus sesuai dengan kriterianya.
Ya, tujuan utama dia datang ke perusahaan memang untuk mencari istri untuk cucunya. Dia yakin di perusahaannya banyak wanita cantik dan berpendidikan yang pantas mendampingi seorang Reza Pahlevi.
Seorang wanita yang berkisar seumur 30 tahun datang menghampiri kakek. "Tuan Apa maksud anda tadi?" Wanita itu adalah perawat pribadi Henry bernama Sisi. "Memangnya Tuan Reza akan menikah dengan wanita lain?"
Pertanyaan itu membuat Henry seolah mengerti dengan tujuan dari perawatnya tersebut. Sudah satu tahun belakangan ini dia harus dibantu dengan tenaga medis karena kondisi kesehatannya yang semakin menurun.
"Tuan, Kenapa tidak menjawab pertanyaan saya." Sisi kembali mengulang pertanyaannya. "Memangnya Tuan Muda Reza akan menikah?
Henry melirik Sisi tetapi tidak memberikan jawaban. Dia kembali melangkah santai menyusuri koridor sambil melihat para karyawati Yang berlalu-lalang di hadapannya.
~~
Di ruang kerja, Reza tidak bisa mengalihkan pikiran dari ucapan sang kakek. Bukan hanya sekali dua kali pertanyaan tentang calon istri itu dia dengar.
Semenjak dia mengambil alih perusahaan 5 tahun yang lalu sekalipun dia tidak pernah memikirkan seorang wanita apalagi untuk masuk ke jenjang yang lebih serius seperti pernikahan.
Dia melempar sebuah map ke sembarang arah karena terlalu kesal. "Kenapa juga kakek terus meminta aku untuk menikah!"
"Udah tua makanya harus menikah!"
Dia menoleh ke arah pintu. Tatapannya terlihat sangat kesal ketika melihat wajah tampan pria yang melangkah ke arahnya.
"Kamu malah menambah sakit kepalaku saja." dia menyandarkan kepalanya sambil memejamkan mata. "Kamu datang hanya untuk meledekku sebaiknya kamu keluar saja wahai Cristian Tello. Aku sedang bad mood dan tidak ingin diganggu sekarang."
Cristian terbahak sangat keras saat melihat ekspresi Reza. Dia melangkah menghampiri bos sekaligus sahabatnya itu.
"Hai tuan muda, tolong sadar diri sejenak. Kau ini penerus keluarga Hendriyanto dan pewaris utama keluarga ini jangan lupakan itu. kakekmu sudah memberikan kamu kepercayaan sebesar ini jadi jangan kecewakan dia."
Reza masih memejamkan matanya karena kepalanya terasa begitu pusing. "Aku bisa saja membanggakan kakek dengan cara yang lain. Tetapi Kenapa harus dengan pernikahan. Aku mau istirahat kalau kau tidak ada kerjaan tinggalkan tempat ini."
Christian pun segera menghentikan suara tawanya lalu melangkah duduk di hadapan sang bos. "Aku membawa ini." Dia meletakkan map tersebut di atas meja. "Sepertinya kamu makin pusing karena kakekmu meminta kamu untuk segera menikah. Apakah kamu masih trauma sehingga sulit untuk mencari seorang wanita yang bisa saja kamu cintai atau kalau kamu tidak mencintainya nikahi saja dia demi keturunan keluargamu."
Reza menghembuskan nafas berat kemudian mengabaikan ucapan christian. Dia membaca berkas dan secepatnya menyelesaikan urusan dengan berkas-berkas tersebut.
"Tuan," panggil christian tetapi masih saja diabaikan oleh sang bos. "Reza look at me."
Reza meletakkan mapnya lalu kembali menatap sang sahabat. "Kris kita sedang bekerja kau ingat?"
"Kalau begitu ayo kita bicarakan di luar saja. aku bingung kalau kamu belum menjelaskannya secara detail." Christian terlihat begitu antusias dia menyondongkan tubuhnya agar lebih dekat dengan Reza. "Ayo kita pergi, aku juga ada ide bagus untukmu."
Tiba-tiba christian langsung, menghentikan aktivitasnya dan mengalihkan perhatian ke arah christian.
Dia terlihat sedikit curiga dan juga ragu, ingin mengabaikan ajakan christian. namun di sisi lain hatinya seperti mengharapkan sesuatu bahwa mungkin saja christian benar-benar mempunyai ide yang bagus.
Melihat sang sahabat seperti sedang berpikir christian memanfaatkan hal tersebut untuk meyakinkan sahabatnya. "Sesekali keluar di jam kerja tidak apa-apa kok."
Setelah berpikir panjang akhirnya Reza meletakkan semua berkas-berkasnya lalu merapikannya di atas meja. "Baiklah ayo kita keluar. Aku hanya ingin tahu apa yang kamu rencanakan bukan berarti aku akan mengikuti ke mauanmu."
"Tenang saja bos aku yakin kali ini kamu pasti akan berpikir dua kali untuk menolak rencanaku. daripada kamu biarkan kakek mencarikan jodoh untukmu Aku yakin ide ini pasti lebih masuk akal."
"Ayo pergi, sore ini aku masih harus kembali ke sini." Reza meraih jas dan juga kunci mobilnya lalu melangkah keluar dari ruangan tersebut mendahului christian.
Sementara christian sendiri masih berada di sana bergelut dalam pikirannya sendiri. "Dia itu benar-benar keras kepala jalan pikirannya juga aneh. Padahal kalau dia mau tinggal tunjuk saja wanita yang ingin dia nikahi."
Tak mau terus tenggelam dalam pikirannya sendiri. Christian segera melangkah mengikuti Reza yang mungkin sudah sampai di depan lift saat ini.
"Hey, tunggu aku!" Christian segera berlari dengan cepat ketika melihat sang sahabat sudah masuk ke dalam lift.
Untung saja dia masih sempat masuk dan belum ketinggalan. Reza Selalu saja kebiasaan ketika sedang kesal dia tidak pernah memikirkan orang lain dan cenderung bersikap keras kepala dan kejam.
Christian sudah hafal betul bagaimana sikap sahabatnya untuk itu dia tidak pernah mempermasalahkan hal itu malah dia senang sekali meladeni Reza ketika sedang kesal.
"Hampir saja aku terjepit pintu," ucap Cristian saat masuk kedalam lift.
Bersambung 💕
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 35 Episodes
Comments
Yusni Ali
bagus ceritanya
2023-01-06
0
Yunia Afida
semangat terus💪💪💪💪, aku mampir
2022-11-04
1
Dinda Putri
mampir thoor typo bertebaran
2022-11-03
0