Karina mencoba untuk menahan rasa kesalnya. Di depan cermin, dia terus memperhatikan penampilan yang saat ini memakai kaos dan juga celana training milik Argantara.
Dress yang dia pakai tadi basah dan penuh noda akibat tumpahan minuman soda. Setelah selesai dia keluar dari kamar untuk menemui Argantara.
"Kamu sudah selesai." Argantara memperhatikan penampilan Karina yang saat ini sedang memakai pakaiannya, meski kebesaran namun selalu saja terlihat cantik. "Maafkan aku. Aku membelikan kamu pakaian ganti, paling sebentar lagi datang."
"Mas Arga tidak perlu re ...." Ucapan Karina terhenti saat terdengar suara kelaparan dari perutnya. Ya, pagi tadi dia terburu-buru hingga tidak sempat sarapan.
Argantara menyunggingkan senyumnya sambil menatap Karina. "Apa kamu mau makan sesuatu? Aku akan menjadi chef pribadimu hari ini."
Wajah Karina memerah padam. Betapa malunya dia saat ini, namun apalah daya semua terjadi begitu saja. Jika diawal perjumpaan kembali, Karina ingin menjaga jarak, namun sekarang dia rasa situasi di antara mereka lebih melunak dan sudah saatnya berdamai dengan keadaan.
"Spaghetti yang waktu itu enak. Bisa buat lagi?"
Argantara memperlebar senyumnya. Akhirnya dia bisa kembali melihat senyum itu. Bertemu dengan Karina seolah membuat dia bernostalgia, yang menjadi pertanyaan besar apa mungkin Argantara masih mempunyai rasa untuk sang mantan?
***
Di dapur, Karina duduk sambil memperhatikan Argantara memotong bahan dengan begitu cepat layaknya seorang Chef profesional.
"Kenapa kamu menatapku seperti itu?" tanya Argantara sambil terus melanjutkan aktivitasnya. "Apa aku terlihat keren dengan celemek dan pisau ini?"
Karina berdecak lalu berpangku tangan. "Ck, apakah Argantara selalu percaya diri seperti ini? Tapi aku akui, seorang pria yang bisa memasak itu keren. Pacar Mas Arga pasti juga memikirkan hal yang sama denganku."
Argantara menghentikan aktivitasnya, dia menatap kedepan dimana Karina sedang menunggu jawaban darinya. "Aku tidak punya pacar." Dia melangkah mengambil panci di lemari kitchen set. "Setelah hari itu, aku tidak punya alasan untuk kembali memulai hubungan dengan wanita manapun."
Karina tiba-tiba membeku, Argantara selalu saja berhasil menyeretnya kedalam masa lalu mereka. Dia mencoba untuk lebih santai namun nyatanya dia tidak bisa santai ketika di dekat Argantara.
Menyadari jika Karina mengerti maksudnya, Argantara segera mendekat. Dia menyondongkan tubuhnya hingga jarak wajahnya dan Karina hanya beberapa centimeter saja. "Hey, Karin apa yang kamu pikirkan?"
Karina memundurkan tubuhnya sambil menggelengkan kepala. "Tidak ada apa-apa. Apa Mas Arga bisa lanjut memasak? Aku sangat lapar."
Argantara pun mundur perlahan lalu kembali beranjak melanjutkan aktivitasnya. Sejenak terlihat ekspresi wajahnya berubah sendu. Seolah ada kisah lama yang ingin dia lanjutkan namun terhalang keadaan. Kini dia tidak punya hak untuk mengungkapkan apapun.
Saat aku terpuruk karena kehilangan kamu dalam hidupku, kenapa kamu kembali kehadapanku setelah resmi menjadi adik Iparku. Apa separah ini takdir antara kita, apa aku benar-benar tidak punya kesempatan lagi, batin Argantara.
"Mas Arga masih melamun saja." Karina menggeser Argantara dari posisinya. "Sini biar aku yang memotong jamurnya, Mas Arga lakukan saja aktivitas yang lain."
Argantara masih terpaku melihat Karina yang berdiri disampingnya. Kenapa kamu masih saja membuat aku berdebar-debar seperti ini. Sadarlah Arga, kamu tidak boleh menyukainya lagi, dia istri adikmu, batinnya.
"Aaw." Karina meringis sambil memegang jari telunjuknya.
Sontak lamunan Argantara buyar seketika. Dia mendekati Karina dan langsung meng*isap jari yang terkena pisau.
Karina terlihat kaget, karena tindakan tiba-tiba Kakak Iparnya. "Mas, aku baik-baik saja. Bisa tolong lepaskan tanganku." Karina mencoba untuk menarii tangannya namun Argantara tak mau melepaskan. "Mas aku baik-baik saja."
Argantara menghentikan aktivitasnya. "Kenapa kamu selalu saja seceroboh ini?" Dia menuntun Karina duduk di sebuah kursi. Tanpa mengatakan apapun dengan cekatan dia meraih kotak P3K di laci. "Apa ini yang dimaksud luka kecil? Kamu berdarah dan masih bisa bilang baik-baik saja."
Mata Karina terasa memanas saat mendapatkan perhatian seperti itu. Disaat Argantara begitu panik hanya karena Karina terluka kecil, Arfan malah dengan tega menorehkan luka baik itu fisik maupun mental Karina.
Argantara mendogakkan kepalanya melihat Karina yang tiba-tiba saja menangis terisak-isak. "Karin, kamu kenapa menangis? Maafkan aku, aku tidak bermaksud memarahi kamu, kau tau aku hanya khwa ...."
Argantara tak bisa melanjutkan ucapannya saat tiba-tiba saja Karina memeluknya. Perban yang ada di tangan terjatuh begitu saja, Argantara menepuk pelan punggung Karina, entah mengapa dia merasa Karina sedang tidak baik-baik saja.
Tidak ada kata-kata yang keluar dari mulut keduanya. Karina terus melampiaskan kesedihannya di pelukan sang mantan, sementara Argantara sibuk dengan segala teori yang mulai bermunculan di pikiran, tentang penyebab Karina seperti sekarang.
***
Sekitar pukul dua siang. Argantara melangkah cepat menuju pintu utama saat mendengar suara bel berbunyi. "Akhirnya kamu datang juga, mana dres pesananku?"
"Ini Chef." Seorang pria berusia dua puluh delapan tahun, bernama Tio. Dia adalah asisten chef Argantara namun mencakup tugas dadakan apapun yang selau di perintahkan sang atasan. "Sebenarnya untuk siapa pakaian ini, apa sekarang Chef punya pacar?"
"Hey apa yang kamu katakan? Sekarang tugasmu sudah selesai. Kamu boleh pulang." Saat Argantara hendak menutup pintu, Tio kembali menahan.
"Eits, tidak bisa begitu. Hari ini saya melewatkan kecan buta demi tugas dadakan ini. Mengertilah." Tio mengulurkan telapak tangannya kehadapan Argantara.
"Astaga. Ya, baiklah aku akan transfer sekarang juga. Kamu bisa pergi sekarang."
"Begitu dong. Kalau begitu saya pergi dulu, jangan lupa berikan dres itu kepada si dia dengan kata-kata romantis jangan kaku." Tio melangkah cepat menuju motornya yang terparkir di halaman depan.
Argantara hanya bisa menghembuskan napas panjang kemudian kembali masuk kedalam. Dia melangkah menuju kamar sang adik, dimana Karina sedang beristirahat setelah selesai makan siang.
Tok... tok... tok.
"Karin, aku membawa pakaian ganti untukmu."
Klek.
Karina muncul dari balik pintu dengan kondisi mata yang tidak lagi sembab seperti sebelumnya. "Terima kasih, Mas. Kalau begitu aku ganti baju dulu."
"Tunggu sebentar." Argantara menarik tangan Karina. "Aku tidak akan memaksa kamu untuk menceritakan semua yang kamu rasakan. Tapi ingat jika kamu membutuhkan bantuan, cari aku."
"Terima kasih, tapi aku sudah baik-baik saja." Karina menarik tangannya dari genggaman Argantara.
"Tapi Karin, kamu sel--"
"Karina?"
Argantara dan dan Karina menoleh kearah sumber suara. Ternyata yang datang adalah Arfan, dia segera mendekat dan langsung merangkul mesra sang istri. "Ternyata kamu sudah disini baby. Maaf karena Mas baru pulang, aku sangat merindukanmu."
Argantara mencengkram erat kedua tangannya saat sang adik membelai rambut Karina. Namun kembali lagi, dia tidak punya hak apapun untuk marah.
"Kak Arga, terima kasih karena sudah menyambut Karina dengan baik. Sekarang aku sudah datang, jadi Kakak bisa pergi."
Bersambung 💕
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 37 Episodes
Comments
Dara Muhtar
Serigala berbulu domba ini si Arfan
2023-01-25
2
Rinnie Erawaty
tampol aja tuh mulut si Arfan
2022-12-27
1
Ria dardiri
lemes mulut kau bang
2022-12-15
0