Setelah makan malam, Faiz, Brian dan Gina duduk di ruang keluarga. Faiz sudah siap mendengarkan penjelasan dari kedua orang tuanya.
"Jadi, kenapa papa sama mama mau aku nikah sama Aliza? Kemarin-kemarin kalian gak ini. Dan syarat apa yang papa katakan pada Aliza? Syarat untuk apa? Sejak kapan kalian mengenal Aliza?" tanya Faiz sudah sangat penasaran.
"Faiz.. satu-satu nanya-nya. Kalo kamu tanya sebanyak itu secara langsung, kami bingung harus menjawab yang mana dulu." ucap Gina.
"Ya udah. Yang mana aja. Faiz cuma mau jawaban."
"Hm.. baiklah. Papa dan mama memang mengajukan syarat itu pada Aliza. Kami melakukan itu bukan tanpa sebab." ucap Brian.
"Apa sebabnya?"
"Aliza datang ke sini untuk meminta bantuan papa. Dia ingin papa membantu kakaknya yang sedang mengalami masalah di perusahaan keluarganya. Dan ya.. papa bersedia membantu Aliza dengan syarat dia harus mau menikah dengan kamu."
"Kenapa papa lakuin itu? Papa gak ikhlas bantuin dia? Kalo papa gak ikhlas, harusnya papa gak usah bantuin dia."
"Faiz.. papa ini pengusaha. Pebisnis. Papa harus mendapat apa yang papa beri pada orang lain."
"Itu namanya papa memanfaatkan kelemahan orang lain."
"Terserah kamu mau bilang apa. Yang jelas papa yakin, keputusan papa dan mama sudah tepat."
"Ck.." Faiz mengusap wajahnya gusar. Tampak sekali dia belum bisa menerima penjelasan Brian.
"Apa kamu meragukan pilihan kami? Kamu sudah tidak percaya lagi pada kami, selaku orang tua kamu?" tanya Gina.
"Bukan gitu ma.." sangkal Faiz.
"Lalu kenapa? Ayah Aliza dan papa kamu itu bersahabat. Mereka sangat dekat. Bahkan mereka sudah seperti keluarga kandung. Kami sudah tau Aliza seperti apa."
"Papa dan ayah Aliza bersahabat?" Faiz cukup terkejut.
"Ya. Kami bersahabat. Hanya saja ayah Aliza lebih dulu meninggalkan ayah." jawab Brian.
"Jadi itu alasan ayah?"
"Iya"
"Bukan hanya itu sayang, coba kamu bayangkan. Bagaimana perasaan Aliza melihat kakaknya terbaring lemah di rumah sakit." ucap Gina.
Faiz mengerutkan keningnya.
"Iqbal, kakak Aliza sedang sakit karna baru saja mengalami serangan jantung ringan dan juga kecelakaan. Aliza pasti sangat sedih melihat kondisi kakaknya. Jika papa kamu tidak membantu Aliza, entah apa yang akan dialami oleh Iqbal kedepannya." jelas Gina.
"Dan coba kalian bayangkan, bagaimana perasaan Aliza saat dia meminta bantuan pada kalian, lalu kalian memberikan syarat yang sangat berat baginya. Dia akan jauh lebih merasakan kesedihan." balas Faiz.
Di sini Faiz masih berusaha menolak keinginan Brian dan Gina.
"Papa sudah bilang. Papa tidak perduli kamu beranggapan apa tentang kami. Yang jelas itu pilihan terbaik yang kami ambil."
Faiz terdiam. Dia tau kalo Brian dan Gina tidak akan bisa dibujuk untuk merubah keputusan mereka.
"Sekarang kamu istiraha dulu. Papa kasih kamu waktu semalan untuk berpikir. Besok papa dan mama tunggu jawaban kamu. Dan kamu tau jawaban kamu menentukan kehidupan kamu." ucap Brian.
Brian mengajak Gina untuk masuk ke dalam kamar mereka. Faiz ditinggalkan sendiri di ruang keluarga. 10 menit sendiri, Faiz memutuskan untuk pergi ke dalam kamarnya.
Faiz merebahkan tubuhnya di atas tempat tidur. Hari ini dia salah sudah pulang ke rumah. Niat awal hanya ingin memberikan dokumen pada papanya, dan sekarang dia malah terjebak dalam kebingungan.
Faiz sangat penasaran masalah apa yang sedang keluarga Aliza alami sampai-sampai dia meminta bantuan pada papanya.
Faiz menelpon Heri (asisten sekaligus sekretaris Brian).
"Ya, tuan muda." ucap Heri.
"Paman pasti tau Iqbal. Dia putra dadi alm. Paman Samuel."
"Ya. Saya tau, tuan muda."
"Aku ingin paman memberiku data tentang Iqbal dan adiknya. Aku juga ingin paman memberitahuku masalah apa yang sedang mereka alami." pinta Faiz.
"Baik tuan muda. Saya akan segera mengirimkannya pada anda." setuju Heri.
"Bagus."
Panggilan terputus. 5 menit kemudian, Heri mengirimkan sebuah file. Faiz segera membuka file itu. Faiz cukup terkejut setelah dia membaca isi file itu. Masalah yang menimpa perusahaan keluarga Aliza sangatlah berat dan serius. Pantas saja papanya menginginkan imbalan yang mahal. Tapi apa perlu dengan cara Aliza menikah dengan Faiz?
Semburat rasa simpati ada di hati Faiz. Dia sedikit iba pada Aliza. Tapi dia tidak boleh luluh. Di sini masa depannya juga dipertaruhkan.
Tiba-tiba Faiz teringat pada ucapan Brian. Jawabannya akan menentukan kehidupannya. Ya, itu memang benar. Jika dia menikah dengan Aliza, makan kehidupannya akan berubah. Dan jika dia tidak menikah dengan Aliza. Kehidupannya juga akan berubah. Semua pasilitas akan diambil darinya. Jika itu terjadi, Faiz akan menanggung kesusahan.
Sebut saja Faiz egois. Tapi dia juga harus mendapat keuntungan dari semua ini. Dari awal dia memang tidak terlibat dalam masalah ini. Tapi karna dia sudah ditarik ke dalam masalah ini, jangan salahkan dia bersikap egois.
Faiz sudah memutuskan harus memilih kehidupan yang mana.
Keesokan harinya. Faiz sarapan bersama Brian dan Gina. Selama sarapan, Faiz tidak berbicara sepatah kata pun.
Selesai sarapan, Faiz menghampiri Brian dan Gina yang sedang duduk di kursi halaman belakang. Brian dan Gina menyadari kedatangan Faiz.
"Bagaimana? Kamu sudah memutuskan?" tanya Brian to the point.
"Iya pa, Faiz sudah memutuskan."
"Jadi, apa keputusan kamu?"
"Faiz siap menikah dengan Aliza."
Wajah Brian dan Gina langsung berbinar mendengar jawaban Faiz. Mereka sangat senang atas keputusan Faiz.
"Terima kasih sayang.." Gina memeluk Faiz dengan erat. Berkali-kali Gina mencium wajah Faiz sebagai bentuk kebahagiaannya.
"Makasih sudah memenuhi keinginan kami." ucap Brian menepuk punggung Faiz sebagai pertandan dia bangga pada Faiz.
Faiz menganggukkan kepalanya.
"Faiz mau ke sekolah." ucap Faiz.
"Iya. Hati-hati ya. Jangan ngebut." ucap Gina.
"Kalo gak ngebut, Faiz gak akan sampe tepat waktu di sekolah. Ma."
"Jaga keselamat kamu" ucap Brian.
"Iya."
Faiz menyalami tangan Brian dan juga Gina. Faiz melenggang pergi menjauhi Brian dan Gina.
"Salamnya mana?" ucap Gina berteriak.
"Wa'alaikumsalam.." teriak Faiz.
"Kebalik.." geram Brian dengan berteriak.
"Assalamu'alaikum.." ucap Faiz yang sudah jauh.
"Wa'alaikumsalam.." balas Brian dan Gina.
Brian merangkul pundak istrinya.
"Putra kita sudah besar ya." ucap Brian.
"Bukan hanya besar, tapi dia juga sudah cukup dewasa." balas Gina.
"Semoga apa yang kita rencanakan berhasil ya ma."
"Iya pa."
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 60 Episodes
Comments
manda_
lanjut thor semangat buat up lagi ya ditunggu thor
2023-01-13
2