Syarat

Mereka berdua saling bertatapan.

"Ngapain lo di sini?"

"Ee.." Aliza terlalu gugup untuk menjawab.

"Ma.. pa.. Kenapa cewek ini ada di rumah?"

"Kalian udah saling kenal?" tanya Brian.

"Enggak. Ngapain aku kenal sama tu cewek rese."

"Aliza, kamu kenal sama putra tante?" tanya Gina.

"Kak Faiz kakak kelas Aliza tante." jawab Aliza.

Faiz Dewangga

Pria yang ditabrak tadi pagi oleh Aliza. Dan sayangnya kini mereka bertemu di rumah Faiz. Aliza tau bagaimana reputasi Faiz di sekolah. Dia terkenal sebagai bad boy namun juga kebanggaan sekolah.

Faiz cowok nakal sekaligus pintar di sekolah. Dia sudah menyumbangkan puluhan tropi untuk sekolah. Namun sikapnya dingin, irit bicara, gampang marah dan yang jelas dia suka kedamaian.

Kedamaian yang dimaksud adalah jika ada seseorang yang bermasalah dengannya, maka orang itu akan segera dibereskan, demi kedamaian seorang Faiz. Yang jelas, Faiz itu mengerikan. Itu pun bagi orang yang tidak mengenal Faiz dan juga tidak dekat dengannya.

Dan itu yang dilihat Aliza dari sosok Faiz yang sekarang ini. Mata Faiz penuh dengan amarah menatap Aliza.

Aliza tau kenapa Faiz menatapnya seperti itu. Kini Aliza sangat takut. Dia takut Faiz akan memarahinya di depan Brian dan Gina. Jika tidak sekarang, mungkin dia akan dimarahi di sekolah oleh Faiz dan teman-temannya.

"Bagus dong kalo gitu." ujar Gina.

Faiz dan Aliza mengerutkan keningnya.

"Benar sekali. Aliza, syaratnya adalah kamu harus menikah dengan Faiz." ucap Brian dengan pasti.

"Apa!" pekik Aliza dan Faiz secara bersaamaan.

"Maksud papa apa? Syarat apa?" tanya Faiz bingung.

"Om, apa maksud om? Kenapa syaratnya seperti itu?" Aliza tak kalah bingung dari Faiz.

"Ya.. itu syarat dari om. Kalo kamu mau om bantu kakak kamu, maka kamu harus penuhi syarat itu." jelas Brian.

"Kalo aku gak mau?"

"Ya.. itu terserah kamu. Yang jelas, kalo kamu nolak syarat dari om, om gak akan bantu kakak kamu sepeser pun. Penawaran ini berlaku hanya satu kali. Jika kamu menolak, kemudian kamu berubah pikiran, maaf. Om gak akan bantu kalian."

Aliza merasa marah dan bingung. Bagaimana bisa dia memenuhi syarat yang diajukan Brian?

Menikah dengan Faiz?

Gila! Sungguh gila. Aliza bahkan tidak pernah membayangkan dekat dengan Faiz. Apalagi harus menikah dengannya.

"Saya permisi om, tante." pamit Aliza.

Tanpa menyalami tangan Brian dan Gina, Aliza melangkahkan kakinya untuk pergi.

"Aliza." panggil Brian.

Aliza berhenti tanpa membalikkan tubuhnya.

"Om akan kasih kamu waktu 1 hari untuk berpikir. Jangan sia-siakan kesempatan ini." ucap Brian.

Setelah mendengar ucapan Brian, Aliza melanjutkan langkahnya tanpa menoleh ke belakang.

Faiz yang sedari tadi menjadi penonton hanya diam. Dia tidak mengerti dengan situasi yang sedang terjadi. Saat dia tiba di rumahnya, dia kejutkan dengan kehadiran Aliza. Dia tambah terkejut saat ayahnya mengatakan Aliza harus menikah dengannya.

Setelah tubuh Aliza tidak terlihat, Faiz beralih pada ayah dan ibunya. Dia sangat menginginkan penjelasan yang sejelas-jelasnya dari mereka.

"Apa maksudnya ini? Kenapa papa nyuruh dia nikah sama Faiz?" tuntut Faiz menggebu.

"Kamu tenang dulu. Papa akan jelasin semuanya." balas Brian.

"Ya udah. Cepet jelasin." pinta Faiz tidak sabaran.

"Faiz.. duduk dulu. Dengerin papa kamu sambil duduk." ucap Gina berusaha menenangkan Faiz.

Dengan terpaksa Faiz mengikuti ucapan sang mama.

"Papa dan mama mau kamu menikah dengan Aliza." pinta Brian.

"Kalian kenapa sih! Kenapa minta kayak gitu?" protes Faiz.

"Faiz.. kami kan gak pernah minta apa pun dari kamu. Masa kali ini kamu gak mau menuhin satu permintaan kami." rajuk Gina.

"Tapi bisa kan, permintaannya yang normal. Gak usah aneh-aneh."

"Ini gak aneh. Menikah itu salah satu ibadah sayang.."

"Iya.. tau. Tapi gak untuk seumuran Faiz. Faiz masih 19 tahun. Belum kuliah. Tamat SMA aja belum. Ini udah disuruh nikah. Lagian Faiz gak cinta sama Aliza. Gak mungkin Faiz nikah dama Aliza." Faiz berusaha menolak keinginan kedua orang tuanya.

"Gak papa sayang. Cinta itu akan datang seiring berjalannya waktu. Lambat laun kamu akan terbiasa dengan Aliza. Aliza juga akan terbiasa sama kamu. Dan rasa cinta akan tumbuh di hati kalian berdua." Gina berusaha meyakinkan Faiz.

"Gak. Faiz tetep gak mau nikah sama Aliza. Titik!" putus Faiz.

"Faiz. Jika kamu menolak, semua fasilitas yang papa berikan akan papa tarik. Termasuk apartemen, kartu, motor dan mobil." tegas Brian.

Faiz membelalakan matanya.

"Ah.. dan iya. Kamu tidak akan menjadi pewaris dari kekayaan papa."

Faiz makin membelalakn matanya. Kini matanya terbuka lebar dengan sempurna.

"Gak bisa gitu dong pa. Ini gak adil." protes Faiz.

"Menurut papa adil-adil saja. Papa dan mama tidak merasa dirugikan." balas Brian.

"Tapi Faiz yang dirugikan."

"Ya.. Itu derita kamu. Kalo kamu mau nikah sama Aliza, papa gak akan lakukan itu. Kita sama-sama diuntungkan dari pernikahan itu."

"Papa dapet untung apa kalo Faiz nikah sama Aliza? Papa gak akan dapet untung apa-apa pa.."

"Tentu saja kami mendapat keuntungan. Kami akan tenang karna kamu ada yang jagain, ada yang ngurusin dan ada yang merhatiin. Dan yang paling untung, kami akan dapat cucu dari kalian." jelas Gina dengan heboh.

Faiz tidak percaya dengan apa yang Gina ucapkan.

Tanpa berkata-kata, Faiz naik ke atas menuju kamarnya. Dia terlalu marah untuk bicara dengan kedua orang tuannya.

Mari kita lihat Aliza.

Aliza melangkahkan kakinya keluar dari kediaman Brian. Aliza melangkahkan kakinya dengan cepat sambil menangis dalam diam. Setelah 10 menit berjalan entah ke mana, Aliza terdiam.

Tiba-tiba saja Aliza berjongkok dan menekuk lututnya hingga menyentuh dada. Aliza menangis dibalik lutut.

"Hiks.. hiks.." Aliza tidak dapat membendung air matanya lagi.

Aliza marah kenapa Brian memberikan syarat seperti itu padanya. Dia memang ingin menyelamatkan perusahaan yang dibangun oleh ayahnya. Dia ingin membantu kakaknya, Iqbal. Namun tidak dengan cara menikah. Aliza tidak bisa mempertaruhkan masa depannya begitu saja.

Jika Aliza melakukan itu, sama saja dengan dia menukar dirinya dengaan uang. Tapi Aliza tidak punya cara lain. Brian tidak memberikan syarat lain. Ini merupakan kesempatan untuk memulihkan kondisi perusahaan. Semua masalah akan selesai jika Brian membantu Aliza dan Iqbal. Dan juga, kesempatan ini hanya datang 1 kali saja. Tidak akan ada kesempatan kedua jika Aliza menolak.

Setelah lama berpikir dan menangis akhirnya Aliza mengangkat kepalanya. Dia dikagetkan dengan orang-orang yang mengerumuninya. Mereka heran pada Aliza yang menunduk di trotoar jalan sendirian.

"Dek, kamu gak papa?" tanya saha seorang warga.

"Enggak bu." jawab Aliza mengusap air matanya dengan kerudung yang dia pakai.

"Kamu sakit?"

"Enggak."

"Kamu tersesat?"

"I-iya. Saya tersesat" alibi Aliza.

Jika terus menjawab tidak, akan lebih banyak pertanyaan untuk Aliza dari warga.

"Kenapa kamu bisa tersesat?"

"Di mana keluarga kamu?"

"Saya sedang mencari mesjid. Tapi saya tak kunjung menemukannya. Saya merasa lelah dan takut" bohong Aliza.

"Oh.. masjidnya ada di sana. Kalo jalan sedikit lagi, kamu akan sampai di masjid"

"Makasih bu. Kalo gitu, saya permisi. Assalamu'alaikum." pamit Aliza.

"Wa'alaikumsalam.."

Aliza pergi menuju mesjid yang sudah ditunjukkan. Dia yakin dengan mencurahkan isi harinya pada Rab-nya, dia akan lebih tenang dan mendapat solusi untuk masalahnya.

Terpopuler

Comments

manda_

manda_

dilanjutkan thor semangat buat up lagi

2023-01-13

1

dina_naibaho18

dina_naibaho18

suka aku kak banyakin uonnya ya thorr

2022-11-16

2

lihat semua

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!