Bimbang

Aliza menunaikan shalat Asar di mesjid. Dia berdo'a, berserah diri dan meminta petunjuk pada Rab-nya. Setelah berdo'a, Aliza melipat mukena yang dia kenakan lalu menyimpannya di lemari mesjid.

Aliza kembali ke rumah sakit dengan wajah yang lesu. Aliza bingung harus mengatakan apa pada Iqbal. Dia tau, Iqbal pasti akan bertanya hasil dia pergi menemui Brian.

Sebelum masuk, Aliza mengubah mimik wajahnya menjadi senang. Dia tidak mau Iqbal sedih mendengar syarat yang diajukan oleh Brian padanya.

"Assalamu'alaikum.." ucap Aliza memasuki ruang inap Iqbal.

"Wa'alaikumsalam.." balas Iqbal dan Wisnu bersamaan.

"Eh, kak Wisnu di sini?"

"Iya. Sengaja mau jenguk Iqbal." jawab Wisnu.

Meskipun Wisnu adalah sekretaris Iqbal, tapi Iqbal tidak membiarkan dia memanggilnya dengan sebutan tuan, bos, atau pak. Iqbal lebih senang jika mereka saling memanggil dengan nama. Mereka juga seumuran. Jadi tidak terlalu canggung dengan status yang berbeda.

"Syukurlah.. aku seneng kak Iqbal ada yang nemenin."

"Gimana dek jawaban om Brian? Dia mau kan bantu kita?" tanya Iqbal.

Sudah Aliza duga. Iqbal pasti akan bertanya hal itu.

"Em.. kata om Brian, dia akan memikirkannya dulu. Besok dia akan memutuskan." jawab Aliza.

"Hah.. kakak harap om Brian akan setuju untuk membantu kita. Kakak sudah tidak tau harus minta tolong pada siapa lagi" harap Iqbal.

Aliza terdiam. Tampak sekali Iqbal menghawatirkan perusahaan keluarganya. Aliza menjadi tidak tega melihat itu.

Setelah berbincang sebentar, Aliza pulang ke rumah. Dia akan kembali ke rumah sakit sehabis Isya. Selama Aliza di rumah, Wisnu yang menemani Iqbal di rumah sakit.

Aliza sudah kembali ke rumah sakit sambil membawa buah-buahan dan juga makanan untuk Wisnu.

"Kamu bawa apa?" tanya Iqbal.

"Makanan buat kak Wisnu." jawab Aliza mengeluarkan kotak makanan dan memberikannya pada Wisnu.

"Makasih Aliza." ucap Wisnu menerima makanan dari Aliza.

"Sama-sama kak." balas Aliza.

"Buat kakak mana?" tagih Iqbal.

"Kakak kan makan makanan rumah sakit. Jadi aku gak bawa buat kakak"

"Yah.. padahal kakak mau makanan buatan kamu. Makanan rumah sakit gak enak. Hambar, gak ada rasanya."

"Namanya juga makanan orang sakit. Nanti kalo udah sembuh, aku masakin banyak makanan buat kakak."

Iqbal tersenyum.

"Kamu sendiri udah makan belum?" tanya Iqbal.

"Udah, tadi di rumah." jawab Aliza.

Pukul 21.00, Wisnu sudah pulang. Tinggal lah Aliza dan Iqbal berdua. Iqbal sudah terlelap ke alam mimpi. Sedangkan Aliza malah asik memandang wajah Iqbal yang tampak sangat lelah.

Aliza teringat pada syarat yang diajukan Brian. Sampai saat ini dia masih bingung harus menolak atau menyetujui syarat itu.

Tapi melihat wajah Iqbal, Aliza jadi tidak tega. Dia tidak mau melihat kakaknya sedih dan terpuruk karna masalah ini. Aliza juga tidak boleh egois. Dia tidak boleh mementingkan kepentingan dirinya sendiri.

Aliza hanya punya Iqbal dihidupnya. Apa pun akan Aliza lakukan untuk membantu Iqbal. Begitu pun dengan Iqbal.

"Bismillah.." gumam Aliza.

Aliza sudah menetapkan keputusannya. Apa pun keputusannya, itu adalah yang terbaik bagi masalah ini. Aliza yakin Iqbal akan mengerti pada keputusannya ini. Dia juga yakin, jika Iqbal ada di posisinya sekarang, Iqbal juga pasti mengambil keputusan sama dengannya.

...🍁🍁🍁...

Faiz mengurung dirinya di kamar. Dia masih bingung kenapa orang tuanya meminta dia menikah dengan Aliza.

"Ck.. gue bener-bener gak habis pikir. Kenapa coba mereka minta kayak gitu? Kenapa mereka mau gue nikah sama si Aliza? Kenal aja enggak. Gue juga masih marah sama tu cewek. Gara-gara dia. Baju gue jadi basah" Faiz bermonolog sendiri dengan perasaan dongkol.

Tok.. tok.. tok..

Ada yang mengetuk pintu kamar Faiz.

"Faiz.. mama sama papa boleh masuk?" tanya Gina.

"..." Faiz tak menjawab. Dia masih marah.

"Faiz.. kamu di dalem kan?" ucap Gina bersuara lagi.

"Masuk aja. Pintunya gak dikunci" saut Faiz dengan nada yang tidak bersahabat.

Gina dan Brian masuk ke dalam kamar Faiz. Mereka terkejut karna kamar Faiz begitu gelap. Tidak ada cahaya di dalam kamarnya.

Brian berjalan mencari tombol lampu. Setelah lampu menyala, Brian dan Gina mendapati Faiz duduk di ujung tempat tidur dengan sorot mata yang tajam.

Brian dan Gina meneguk ludah kasar. Nyali mereka turun melihat sorot mata Faiz.

"Ma.. mama aja yang bicara sama Faiz. Papa takut." bisik Brian.

"Papa ih gak mau ah.." geram Gina.

"Dia kan anak kamu."

"Anak kita. Bukan cuma anak aku. Lagian dia dapet dari siapa punya tatapan kayak gitu? Dari kamu kan? Ya udah. Harusnya kamu yang ngomong."

Faiz menatap Brian dan Gina. Faiz geram dengan mereka yang berbisik-bisi tidak jelas. Seketika Brian dan Gina bungkam.

"Heheh.." Brian dan Gina menyengir kuda.

"Sayang.." Gina mendekati Faiz.

Faiz membuang wajahnya.

"Makan yuk." ajak Gina.

"Faiz gak laper." tolak Faiz.

"Kamu harus makan. Kalo kamu gak makan, nanti kamu sakit" bujuk Gina.

"Biarin aja Faiz sakit"

"Ini nih, sikap kamu yang bikin kami yakin kamu harus menikahi Aliza" celetuk Brian.

"Papa.." desis Gina.

Gina geram karna tidak seperti ini rencananya. Rencananya, mereka akan menenangkan Faiz, kemudian membujuknya kembali agar mau menikah dengan Aliza. Tapi sekarang? sudah diluar rencana.

"Kenapa sih, papa sama mama ngotot banget mau nikahin aku sama tu cewek rese?" tanya Faiz yang mulai tersulut.

"Faiz gak boleh ngomong gitu." tegur Gina dengan lembut.

"Dia itu cewek rese ma. Tadi pagi aja dia nabrak aku sampe baju aku basah."

"Mungkin dia gak sengaja."

"Iya, bisa aja kamu yang salah. Bukan Aliza" timpal Brian.

"Kok papa malah salahin aku sih. Jelas-jelas dia yang salah. Dia yang nabrak aku." Faiz membela dirinya.

"Ah.. sudah lah. Lagian baju kamu cuma basah kan? Gak ada luka yang serius?" balas Brian.

"Ck.." decak Faiz.

Bukannya mereda, kemarahan Faiz malah bertambah. Dia sebal karna Brian membela Aliza. Belum juga jadi menantu, dia sudah mendapat pembelaan dari Brian dan Gina. Apa jadinya jika Aliza sudah resmi jadi menantu? Mungkin Faiz akan tersingkirkan.

Faiz bangkit dari duduknya. Dia hendak melangkah pergi. Langkahnya terhenti karna Gina memegang tangannya.

"Mau ke mana?" tanya Gina.

"Apartemen." jawab Faiz.

"Kamu tidur di sini aja. Mama kanget banget sama kamu" pinta Gina dengan memelas.

"Faiz akan tidur di sini, kalo mama sama papa jelasin apa alasan Faiz harus nikah sama Aliza." syarat Faiz.

"Tadikan papa sama mama sudah jelasin ke kamu" balas Brian.

"Faiz masih belum nemu jawaban yang meyakinkan. Kalo alasan kalian cuma supaya aku ada yang jagain, yang rawat dan yang merhatiin, aku gak perlu itu pa. Aku bisa jaga diri aku sendiri." jelas Faiz.

"Iya, nanti mama sama papa jelasin semuanya ke kamu. Tapi kamu harus makan dulu." ucap Gina.

"Oke Faiz akan makan. Tapi setelah itu, kalian harus jelasin semuanya."

"Iya.."

Gina menarik tangan anaknya menuju ke ruang makan.

Terpopuler

Comments

dina_naibaho18

dina_naibaho18

thor aku menunggu part part s
selanjutnya.menarik😄

2022-11-16

4

lihat semua

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!