Selesai makan siang, Aliza masih setia mendampingi Iqbal.
"Kak sebenarnya apa masalah yang sedang kakak hadapi?" tanya Aliza memberanikan diri.
"Masalah apa maksud kamu? Kakak gak ngerti" Iqbal malah bertanya balik.
"Jangan bohong sama aku. Aku tau kakak punya masalah. Kakak bisa cerita sama aku. Siapa tau aku bisa bantu."
"Ini masalah perusahaan. Kamu gak akan ngerti."
"Ya cerita aja. Meskipun aku gak ngerti soal perusahaan. Yang penting hati kakak lega karna bisa berbagi masalah."
"Berbagi itu harus kebahagiaan. Bukan masalah."
"Tapi kan, aku adik kakak. Gak ada salahnya kan kalo kakak berbagi"
"Udah.. sekarang kamu pulang. Ganti baju dulu" titah Iqbal.
"Aku gak mau pulang sebelum kakak cerita sama aku" keukeuh Aliza tanpa mendengarkan titahan Iqbal.
"Aliza.. jangan gini. Kamu pulang yah." bujuk Iqbal.
"Enggak." tolak Aliza.
Aliza bersedekap dada. Dia menunjukkan raut wajah kesal.
Iqbal mengusap wajahnya gusar. Dia tau kalo Aliza sudah menginginkan sesuatu, harus dituruti. Meskipun sesuatu itu berupa penjelasan.
"Hah.." Iqbal menghembuskan nafas pasrah.
Mau tidak mau dis harus menjelaskan masalahnya pada Aliza. Toh Aliza pasti akan tau juga permasalahannya, tanpa diberitau olehnya. Iqbal tidak mau Aliza kecewa hanya karna dia tau permasalahannya dari orang lain. Lebih baik Iqbal sendiri yang menjelaskannya pada Aliza.
"Baik lah. Kakak akan menjelaskannya padamu."
Mata Aliza langsung berbinar. Dia segera menghadap pada Iqbal dan siap mendengarkan cerinya.
"Perusahaan kita, sedang diambang kebangkrutan Aliza" ucap Iqbal.
Aliza kaget mendengar ucapan Iqbal.
"Masalah ini sudah terjadi selama 3 bulan. Para investor menarik saham mereka tanpa sebab. Hal itu membuat keuangan perusahaan anjlok. Kakak sudah berusaha membujuk para investor untuk bergabung kembali dengan perusahaan kita. Tapi mereka menolak. Di saat itu, salah satu karyawan melakukan korupsi sebesar 500 juta. Perusahaan semakin anjlok" tutur Iqbal.
"Kenapa kakak gak cari investor lain?"
"Kakak sudah coba mencari. Tapi satu pun tidak ada yang mau bekerjasama dengan kakak. Dan tadi pagi, saat kakak menuju ke kantor, kakak mendapat telpon dari Wisnu (sekretaris Iqbal), para karyawan mogok kerja. Mereka mau gaji mereka dibayar. Padahal kakak sudah meminta mereka untuk mengerti situasi perusahaan. Tapi kakak tidak tau kenapa mereka bertindak seperti itu. Kakak meminta wisnu untuk menenangkan mereka." ada jeda sebelun Iqbal melanjutkan ceritanya.
"Tak lama Iqbal kembali menelpon dan mengatakan kalo seluruh properti perusahaan disita oleh bank karna tidak mampu membayar hutang. Saat itu kakak sangat kaget dan dada kakak terasa sakit. Saat membuka mata, kakak sudah ada di sini"
"Kakak punya hutang ke bank?"
"Iya. Kakak gunakan uang itu untuk menutupi kekurangan perusahaan. Tapi batas waktu masih bulan depan. Kakak tidak tau kenapa bisa seperti ini."
Aliza memegang dan mengusap pundak Iqbal supaya Iqbal lebih tenang dan kuat.
"Jika keadaanya terus seperti ini, kaka terpaksa harus menjual perusahaan demi melunasi hutang dan membayar gaji karyawan. Dan juga sepertinya kita harus menjual rumah karna menjual perusahaan saja tidak akan cukup."
"Memang berapa hutangnya kak?"
"1 M."
Aliza tertegun dengan nominal yang disebutkan Iqbal. Aliza saja tidak tau bagaimana bentuk uang 1 M. Dan kini Iqbal mempunyai hutang senilai 1 M? Wah.. nilai yang tidak kecil.
"Maaf Aliza. Kakak belum bisa bahagiain kamu. Kakak bukan kakak yang baik buat kamu." sesal Iqbal.
"Sutt.. kakak gak boleh bicara gitu. Kakak itu kakak terbaik buat aku. Gak ada yang bisa ngalahin kakak di hati aku."
Iqbal terdiam.
"Kak."
"Hm.."
"Apa tidak ada cara untuk menyelamatkan perusahaan?" tanya Aliza.
Iqbal terdiam dengan perkataan Aliza.
"Aku sedikit gak rela kalo perusahaan yang dibangun oleh mendiang ayah kita lepas begitu aja."
"Kakak juga gal rela itu terjadi Liz."
Aliza dan Iqbal sama-sama terdiam.
"Ada satu orang yang bisa bantu kita." ucap Iqbal.
"Benarkah? Siapa kak?" tanya Aliza berbinar.
"Om Brian." jawab Iqbal.
"Om Brian? Siapa dia?"
"Om Brian itu teman ayah. Mereka sudah bersahabat sejak masih remaja. Mereka berdua sangat dekat. Bahkan seperti saudara kandung"
"Terus kenapa dari awal kakak gak minta tolong sama om Brian?"
"Sejak 3 bulan lalu, kakak udah putus komunikasi sama dia. Kakak tidak punya waktu untuk meminta bantuan om Brian. Kakak terlalu sibuk mengurusi prusahaan. Kakak pikir kakak akan bisa mengatasi masalah ini tanpa campur tangan om Brian. Tapi rupanya kakak gagal."
"Kenapa gak telpon om Brian? Supaya gampang. Om Brian pasti akan ngerti"
"Jika ingin meminta bantuan om Brian, kita harus bertemu langsung. Om Brian lebih suka seperti itu"
"Ya udah, aku akan bertemu dengan om Brian. Aku akan meminta bantuannya." putus Aliza.
"Gak kakak gak izinin kamu pergi sendiri" tolak Iqbal.
"Kak.. kakak masih sakit. Kakak harus banyak istirahat. Kondisi kakak belum sepenuhnya pulih." Aliza menolak tolakan Iqbal.
"Kakak gak mau kamu pergi sendiri Liz. Kakak ini kakak kamu. Masa kakak tega biarin kamu pergi minta bantuan sendirian."
"Kak.. aku ini adik kakak. Masa aku tegas membiarkan kakak ikut bersamaku dengan keadaan sakit gini."
"Jangan yah. Nanti aja kalo kakak udah sembuh"
"Enggak kak. Aku mau nya sekarang. Lebih cepat lebih baik" keukeuh Aliza.
Dengan terpaksa Iqbal mengizinkan Aliza pergi sendiri menemui Brian.
Sekitar pukul 13.30, Aliza sudah sampai di kediaman Brian. Aliza mengumpulkan keberaniannya untuk masuk. Aliza berbicara dengan satpam rumah Brian.
"Permisi pak."
"Iya neng, ada keperluan apa?" tanya satpam itu.
"Saya mau bertemu dengan om, eh maksud saya pak Brian" jawab Aliza.
"Sudah buat janji?"
"Belum sih. Tapi bapak katakan saja saya Aliza, adik Iqbal, putri Samuel." Aliza mengatakan apa yang diucapkan oleh Iqbal jika ingin bisa bertemu dengan Brian langsung.
"Baik. Tunggu sebentar ya."
"Iya pak."
3 menit kemudian, Aliza dipersilahkan masuk. Aliza terpana oleh rumah Brian yang begitu mewah. Panjang pagarnya saja hampir 20 m, apalagi rumahnya.
Aliza duduk di ruang tamu. Tak berselang lama, datang sepasang suami istri paruh baya. Aliza langsung tau kalo itu Brian dan istrinya, Gina.
"Selamat siang om, tante." sapa Aliza dengan ramah sambil tersenyum.
"Siang.." balas mereka dengan ramah pula.
Aliza menyalami tangan Brian dan Gina. Setelah itu mereka duduk saliang berhadapan.
"Maaf om, bukannya saya lancang. Tapi saya mau to the poin aja. Saya dan kakak saya butuh bantuan om. Saya tau om pasti sudah tau kondisi perusahaan keluarga saya. Saya mau om membantu saya " jelas Aliza langsung pada tujuannya.
Brian menganggukkan kepalanya.
"Dulu saya sudah bicara dengan kakak kamu. Tapi dia menolak tawaran saya." balas Brian.
Aliza terkejut dengan ucapan Brian. Kakaknya menolak bantuan dari Brian? Tidak mungkin.
"saa minta maaf karna kakak saya menolak bantuan om. Tapi kali ini saya tidak akan menolak bantuan om."
"Tapi bantuan saya memiliki syarat."
"Apa pun syaratnya, akan saya penuhi." ucap Aliza dengan yakin.
"Apa kamu sanggup memenuhi syarat dari saya?"
"Ya. Saya sanggup 1.000%."
"Baik kalo gitu syaratnya adalah.."
"Mah.. pah.." panggil seseorang.
Perhatian mereka bertiga tertuju pada orang yang memanggil Brian dan Gina.
"Elo.." pekik orang itu.
"Kak Faiz.." pekik Aliza
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 60 Episodes
Comments
Mamah Kekey
masih nyimak kk
2023-11-15
0
manda_
lanjut thor semangat buat up lagi ya ditunggu
2023-01-13
1