Valerie Dominguez membawa semua seprei dan selimut bekas pakai setiap kamar di hotel itu dalam sebuah trolley besar dan mendorongnya ke arah ruangan laundry.
Hanya menjadi anak seorang penjual bunga dengan pendidikan hanya sampai di tingkat elementary school membuatnya hanya bisa mendapatkan pekerjaan sebagai room girl di sebuah hotel bintang lima tempatnya bekerja.
"Valerie, waktu kerjamu hampir habis, apakah kamu akan langsung pulang?" tanya Eliza sang sahabat. Mereka berdua adalah gadis miskin yang biasa mencari tambahan penghasilan dengan melakukan hal apa saja setelah tugas mereka selesai.
"Hum, ya. Aku pikir aku akan pulang menemui ibuku. Aku begitu rindu padanya." jawab gadis itu sembari menyusun kembali seprei dan selimut ke dalam rak-rak khusus.
"Apa ibumu sehat Val, aku dengar ia sedang tidak sehat bukan?" Valerie Dominguez terdiam. Aktivitasnya melipat pakaian ia hentikan sejenak. Air mata tiba-tiba saja menyeruak keluar dari matanya.
"Ibuku masih sakit. Dan kuharap ia tidak keluar untuk menjual bunga lagi, hiks," gadis itu tidak bisa lagi menahan kesedihannya. Hingga ia terisak-isak membayangkan ibunya yang tua renta itu masih saja berjualan bunga setiap harinya padahal penyakit kanker yang dideritanya sudah berada pada stadium tinggi.
"Sabar ya Val, mungkin ibumu hanya ingin menghibur dirinya dengan melakukan kebiasaannya selama ini." Eliza meraih tubuh sahabatnya dan menepuk punggungnya pelan.
"Aku tahu kamu pasti kuat Val, ibumu juga." Eliza ikut menyusut airmatanya kemudian melanjutkan,
"Kembalilah ke rumahmu. Ibumu pasti menantikanmu."
"Jam kerja ku masih ada 2 jam lagi Liz, aku takut tuan Frederic akan marah kalau aku selalu bolos seperti ini."
"Pergi saja Val, aku yang akan mengerjakan pekerjaanmu disini. Bukankah kamu sangat rindu pada ibumu?" Eliza terus memaksa sahabatnya itu untuk pergi.
"Tidak Liz, aku takut. Sudah sering tuan Frederic mendapatiku meninggalkan pekerjaan," balas Valerie menggelengkan kepalanya keras-keras. Ia sangat takut pada pemilik hotel ini yang terkenal sangat disiplin.
"Hey, terkadang kalau kita terlalu rindu pada seseorang takutnya hal buruk sedang terjadi padanya Val." Eliza terus membujuk karena ia tahu sahabatnya itu pasti sedang mengingat sang ibu. Maklumlah ia dan Valerie Dominguez sudah dua hari ini tidak pulang karena harus menggantikan teman yang lagi sakit.
Valerie menarik nafasnya berat. Ya benar sekali, ia memang sangat merindukan ibunya saat ini. Entah kenapa, perasaannya sangat kacau sejak tadi. Insiden kening yang kejedot handphone pria kaya dan merupakan tamu VVIP di hotel itu membuat perasaanya semakin buruk.
"Baiklah, aku akan pergi sekarang. Dan aku harap kamu bisa menyelesaikan semua ini sendiri Liz."
"Aku pastikan itu terjadi sayang, aku akan mengerjakan semua ini sendiri. Nah pergilah dengan tenang, dan sampaikan salamku pada bibi Julia,"
"Terimakasih Liz, aku pulang kalau begitu." ucap Valerie Dominguez kemudian segera mengambil tasnya di loker kemudian menggantikan pakaian kerjanya dengan pakaian kasual biasa.
Seperti biasa semua karyawan harus keluar masuk dari Hotel itu dengan menggunakan pintu khusus pelayan rendahan seperti dirinya.
Ia mulai menggunakan topi kupluk yang biasa ia pakai ketika sedang dalam musim dingin seperti ini. Sembari menggosok kedua tangannya ia keluar dari ruangan itu dan tanpa sengaja justru bertemu dengan Frederick di ujung lorong.
"Kamu sengaja ingin membolos lagi Valerie?" tanyanya dengan ekspresi datar tak bersahabat.
"Ah eh iya Pak. Aku harus pulang sekarang. Ibuku..."
"Setiap aku mendapatimu pulang sebelum waktunya, ibumu yang selalu kamu jual. Kamu tidak tahu Bagaimana pentingnya orang untuk disiplin Hem?!"
"Maafkan aku Pak. Aku akan kembali bekerja kalau begitu." jawab Valerie dengan gugup.
"Tidak perlu. Kamu saya pecat dan kamu bisa pulang sekarang juga." Frederick tanpa perasaan mengeluarkan kata-kata pecat itu sembari memberi beberapa lembar dollar untuk gadis itu.
"Ambillah dan carilah pekerjaan yang bisa kamu lakukan sambil menjaga ibumu."
"Tapi Pak. Aku suka pekerjaan ini."
"Pergilah Valerie Dominguez. Penggantimu sudah lama antri di depan sana!" titah Frederick dengan suara tegasnya.
"Baik Pak. Terimakasih banyak atas kebaikan anda selama ini." gadis itu menyusut airmatanya kemudian melanjutkan langkahnya dengan menggenggam beberapa lembar dollar di dalam sakunya.
Air mata tak berhenti keluar dari pelupuk matanya. Hatinya sangat sedih dengan keadaan yang sangat buruk ini.
Dalam kondisi dingin ini ia merapatkan jaketnya dan menarik kupluk yang menutupi kepalanya lebih kebawah. Hingga hanya ujung-ujung rambutnya saja yang nampak.
Rumah kecilnya di dalam gang sempit ia ketuk pelan. Berharap ibunya datang untuk membukakannya pintu.
"Ibu, ini aku Valerie. Buka pintunya ibu." tidak ada jawaban sampai ia berkali-kali mengetuk pintu itu dengan wajah khawatir.
"Ibu.."
"Ibu.."
Seorang perempuan paruh baya yang merupakan sahabat ibunya datang memeluknya yang sedang bersandar di depan pintu sembari menangis.
"Ibumu sedang berada di Rumah Sakit Val, seorang polisi datang pada kami dan menanyakan keluarganya. Kami menghubungimu tapi tidak bisa tersambung."
"Apa yang terjadi dengan ibu bibi? handphoneku sedang rusak jadi semua orang mungkin tidak bisa menghubungiku." Valerie nampak sangat panik dengan berita yang didengarnya.
"Ibumu tertabrak mobil saat keluar menjual bunga tadi siang, Val."
"Oh My..." gadis itu meraup wajahnya dengan perasaan yang sangat takut. Penyakit kanker ibunya saja sudah sangat parah lalu ditambah dengan kecelakaan itu. Ia sudah tidak membayangkan beratnya cobaan yang diderita oleh perempuan tua itu.
"Aku akan segera kesana bibi," ujarnya dan langsung melepas pelukan perempuan paruh baya itu. Ia berlari tanpa henti di malam yang dingin itu. Sebuah kendaraan roda empat yang sedang lewat hampir saja menabraknya hingga ia jatuh ke pinggir trotoar.
"Oh Sial!" teriak Bradley Timothy dengan wajah sangat kesal. Entah kesialan apa lagi yang akan ia peroleh hari ini hingga dari pagi sampai malam pun ia masih mendapatkan masalah.
Dengan menarik nafas dalam-dalam, ia berusaha menstimulasi otaknya untuk berpikir positif dan keluar dari mobilnya untuk menolong orang yang hampir mari tertabrak oleh dirinya sendiri itu.
Pria itu berharap dengan berbuat baik maka masalahnya juga akan teratasi.
"Nona, maafkan aku. Kalau kamu terluka aku bisa membawamu ke rumah sakit sekarang juga." ucapnya dengan nada perhatian. Tangannya ia ulurkan pada Valerie Dominguez yang nampak sangat kesakitan dengan kaki yang keseleo.
"Aku tidak bisa berdiri tuan. Kakiku sangat sakit hiks." gadis itu menyentuh kakinya kemudian meringis.
"Baiklah." Bradley menarik nafas dalam-dalam kemudian menggendong gadis itu ke dalam mobilnya. Tanpa sadar ia menatap wajah gadis yang sedang berada dalam gendongannya itu dan merasa mengingat sesuatu.
"Apakah kamu room girl yang ada di hotel tadi pagi?"
"Dan anda yang...?"
"Hey kamu hanya butuh uang yang banyak kan? dan sekarang ini menabrakkan diri lagi supaya dapat uang lagi begitu?" Valerie Dominguez meringis dengan kata-kata pria itu. Tetapi tidak sadar ia mengangguk karena ibunya sakit dan pastinya butuh uang yang banyak.
"Baiklah, aku akan memberimu uang yang sangat banyak asalkan kamu mau mengandung anakku."
Plak
Valerie Dominguez tanpa sadar menampar wajah pria itu karena tidak pernah sekalipun berniat menjual dirinya untuk mendapatkan uang.
*Bersambung
Hai readers tersayangnya othor mohon dukungannya untuk karya receh ini ya gaess dengan cara klik like ketik komentar dan kirim hadiahnya yang super banyak agar othor semangat updatenya okey?
Nikmati alurnya dan happy reading 😍
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 59 Episodes
Comments
QQ
Basa-basi dikit bisa kan Tuan Bradley masak punya keinginan yang begitu besar langsung to the points 😁😁😁
2023-02-25
3
QQ
Yang penting halal ngga papa dilakukan toh untuk membantu keluarga tercinta 👍👍👍
2023-02-25
1
ZidniNeve IG : @irmayanti_816
mampir dlu eyke. mawar merah untukmu . semangat...
2022-11-19
1