Setelah berhasil lepas dari Karel, Mora kembali kepada teman-temannya, gadis itu duduk di kursi nya, semua mata menatap nya. Mora mendengus.
"Ngga usah natap kaya gitu co, aku ngga kenapa-kenapa juga" Mora angkat bicara, gadis itu mengambil minuman yang Arsen sodorkan kepada nya, lalu meminumnya sedikit. Mora menghela nafas lelah, semoga saja Karel sudah pergi, dia benar-benar sedang tak ingin adu mulut dengan lelaki itu.
"Tadi kamu di bawa kemana sih ?" Arsen bertanya dengan heran, laki-laki itu tadi sempat di landa khawatir karena Mora di bawa lelaki asing, dan tak kunjung kembali. Mora yang di tanya diam sejenak, menatap semua temannya yang menatapnya dengan cemas.
"Kamu tau ngga Ra, kita tadi udah mau nyusul kamu, kita khawatir kamu di apa-apa in" salah satu teman perempuan Mora ikut menyahut.
"Emang udah di apa-apain" batin Mora.
"Udah lah aku ngga papa kok, mending kita bahas yang tadi aja. Ini kan kita bentar lagi wisuda kelulusan. Niat nya kalian mau kemana ?" tanya Mora kepada keempat teman nya.
"Aku sih mau nerusin perusahaan papa, biasa anak tunggal" Arsen menyahut sambil kembali meminum minumannya.
"Kalau aku kaya nya mau ikut bantu mama di butik, kebetulan kan aku juga suka desain baju" ucap Naura.
"Oh" Mora menganggukkan kepala nya.
"Kalau kamu gimana Ra, bukannya kamu anak pertama, pasti kamu kan yang pegang perusahaan" tanya Naura.
"Ngga lah, aku juga mau cari kerjaan ke perusahaan lain, aku juga mau ngelatih SKIL aku"
"Tumben Mora anak manja jadi mandiri gini" ucap Arsen sambil tertawa mengejek.
"Ck aku ngga manja ya" Mora menekuk wajahnya karena kesal.
Setelah selesai bertemu dengan teman-temannya, Mora segera pergi ke kantor papa nya.
Mora adalah anak pertama dalam keluarga nya, gadis itu mempunyai adik kembar. Adik nya yang pertama adalah laki-laki mempunyai sikap tak jauh beda dari papa nya, mempunyai sikap tegas, disiplin waktu, dan serius dalam hal sekecil apapun. Sedangkan adik kedua nya adalah perempuan mempunyai sikap yang berubah-ubah. Bisa lembut namun bisa juga berwajah datar.
Sebenarnya Mora sudah ikut andil di perusahaan papa nya sejak dia masih menduduki bangku kuliah. Karena antusiasnya Mora di dunia bisnis, gadis itu ikut membantu papa nya di kantor, meski kedepan nya kantor akan di pegang oleh adik lelaki nya.Karena kini kedua adik nya itu masih melanjutkan kuliah nya. Maka Mora yang membantu sang papa mengurus kantor.
Setelah sampai di kantor, Mora segera berjalan ke ruangan papa nya, semua staf kantor sudah mengenalnya, dan mereka juga sudah biasa melihat Mora berada di ruangan bos karena Mora memang mendapat kepercayaan sang papa untuk ikut andil di perusahaan.
"Selamat siang nona Mora" ucap seorang wanita dewasa yang terlihat cantik di samping Mora. Mora tersenyum lebar kepada wanita itu.
"Siang"
"Nona Mora ini ada laporan untuk pak Yasa, di karenakan beliau sedang ada pertemuan penting di luar kantor dengan waktu yang cukup lama. Maka bapak meminta nona untuk mengecek kembali laporan nya, jika nanti ada kesalahan maka akan saya perbaiki ulang" ucap wanita itu, Mora mengangguk, lalu mengambil berkas itu.
"Mba boleh keluar" wanita itu mengangguk dengan senyum tipis di bibirnya, dia sangat kagum dengan nona mudanya itu karena mempunyai sikap yang ramah, ceria, dan baik. Bahkan saat pekerja membuat kesalahan maka nona mudanya itu hanya akan menegur, tidak pernah memberikan hukuman.
Semua perempuan di keluarga Abiyasa memang mempunyai sikap yang lembut, itu karena nyonya Abiyasa juga dulunya seorang gadis yang mempunyai sikap lembut dan berhati baik.
***
Saat jam sudah menunjukkan pukul 7 malam, pintu ruangan CEO terbuka, terlihat papa Mora datang dengan tegas, menghampiri Mora yang kini sedang bermain dengan komputer di samping nya.
"Sayang, kamu kok masih di sini ?" ucap papa Mora sambil duduk di sofa, laki-laki itu melonggarkan dasi yang membelit leher nya.
"Iya pa, Mora nunggu papa. Kita pulang yuk pa, mama tadi telfon, katanya masak banyak di rumah" rupanya Mora menunggu papa nya untuk pulang bersama, gadis itu berjalan ke arah papa nya, lalu mengecup tangan papa nya. di balas kecupan lembut di kening Mora.
"Ya udah kita pulang, satu mobil aja ya"
"Iya" Mereka pun berjalan bersama meninggalkan kantor, Mora tersenyum, hidupnya begitu bahagia karena mendapat kan orang tua penyayang seperti papa dan mama nya. Meski Mora anak pertama, ia tak pernah kekurangan kasih sayang, papa dan mama nya memberikan kasih sayang yang lebih dari cukup.
Setelah sampai di rumah, Mora dan papa nya segera berjalan ke meja makan, di meja itu kini sudah terlihat mama Mora, serta kedua adik nya yang sepertinya sedang menunggu mereka.
"Kok lama sih pa, sibuk banget ya di kantor ?" seperti biasa dengan lembut mama Mora mendekat ke arah suaminya, lalu mencium tangan suami nya itu, papa Yasa hanya tersenyum lalu merangkul bahu wanita itu.
"Iya maaf, tadi papa masih ada kumpulan penting dengan rekan kerja, papa aja ngga tau kalau ternyata Mora nunggu papa, biasanya putri kita itu akan langsung pulang kalau jam udah menunjukkan pukul 5"
"Iya, mama pikir papa akan sibuk, makanya mama bebasin Mora kalau mau lama di sana. Ini mama udah masak banyak buat makan malam"
"Iya sayang, kita makan ya" mereka semua pun makan makanan yang sudah di masak oleh mama Mora.
Mora duduk di dekat kedua adik nya, sesekali tangannya mengambil lauk, lalu menaruh nya di piring kedua adiknya. Gadis itu tersenyum saat adik perempuan nya menatap nya dengan kesal.
"Kakak piring aku penuh ini" adik perempuan Mora merengut saat kakak nya itu terus saja menaruh lauk ke nasi nya. Padahal dia sudah kenyang, tapi kakak nya itu terus saja memberikan makanan ke piring nya.
"Ngga papa, banyak makan bikin otak cerdas" ucap Mora sambil terkekeh kecil.
"Hiss aku udah cerdas dari lahir tau" Alettha memanyunkan bibirnya.
"Udah Mora, kenapa sih kamu iseng terus sama adek" mama Mora angkat bicara, ucapan nya terdengar begitu lembut.
"Hehe maaf ma" Mora pun menyuapkan nasi itu ke dalam mulut, semua makanan dia suka, asal bukan makanan pedas, karena perut nya begitu sensitif dengan makanan pedas.
Sedangkan Karel baru saja tiba di rumah, setelah seharian bekerja di perusahaan. Terdengar notifikasi dari handphone laki-laki itu.
Lelaki itu menghela nafas kasar saat ternyata itu pesan dari mama nya, seperti biasa wanita itu akan meminta uang kepada nya. Mama nya itu tidak akan pernah menghubungi nya jika tidak sedang memerlukan uang.
"Kirimkan uang ke mama saya" seperti biasa, Karel akan meminta sang asisten untuk melakukan semuanya, dia terlalu malas untuk berurusan dengan mama nya itu.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 208 Episodes
Comments