Di sebuah perusahaan besar pencakar langit, terlihat lalu lalang para pekerja yang sedang mengerjakan pekerjaan nya, hari masih cukup pagi, dan mereka sudah rajin untuk mencari rezeki.
Sudah dapat di pastikan, gaji perusahaan itu besar, terbukti dengan berkualitasnya para pekerja yang begitu semangat membuat perusahaan itu semakin berkembang. Perusahaan itu bekerja di bidang otomotif, mencetak para pekerja berkualitas, yang mempunyai semangat tinggi untuk terus berkarya di perusahaan itu.
Karel sang pemilik, kini duduk di kursi ruangannya, mata nya begitu fokus menatap berkas di hadapannya, sebagai seorang pemimpin dia jelas saja yang paling gila kerja. Baginya hidup harus terus berjalan, istirahat boleh tapi jangan pernah memutuskan untuk berhenti.
Bahkan lelaki itu tak sadar akan handphone nya yang sedari tadi berbunyi, memintanya untuk segera melihat siapa yang menelfon, bukannya tak dengar dia hanya tak minat untuk melihat handphone saat ini.
Tok tok tok
Pintu di ketuk dari luar membuat Karel menghela nafas, laki-laki itu menyuruh orang di luar untuk masuk, bersiap untuk menyemburkan amarah nya karena sudah mengganggu waktu kerja nya.
Mata nya tak lepas menatap tajam lelaki yang baru saja masuk, lelaki itu terlihat tidak peduli dengan tatapannya lalu duduk di kursi putar di hadapannya.
"Jangan menatap ku seperti itu, aku hanya sedang merindukanmu" ucap Andra dengan terkekeh kecil.
"Menjijikan" sinis Karel kembali fokus dengan berkasnya, dia benar-benar tidak mengerti dengan jalan pikiran temannya itu, bisa-bisa nya selalu datang ke perusahaan nya sementara Andra juga seorang pemimpin perusahaan besar.
"Oh ayolah, kenapa kamu terus bekerja dan bekerja, kita ini pemimpin, ada saatnya kita bersenang-senang juga kawan" Andra sampai menggelengkan kepala nya melihat temannya itu, dia juga seorang CEO, tapi tidak harus terus bekerja seperti karel, apa coba gunanya asisten jika seorang pemimpin mengerjakan semuanya sendiri sampai lupa waktu.
"Teman sesad" lagi keluar kalimat sinis dari bibir Karel, Andra kembali terkekeh mendengarnya.
"Halah udah tersesat juga, ngapain sok rajin. Kita seminggu masuk sehari ke kantor juga ngga bakal bikin perusahaan bangkrut" Karel menatap teman nya itu sejenak, menggeleng pelan ketika melihat teman nya itu yang begitu santai. Sikap Andra dari dulu memang begitu, untung saja lelaki itu di karuniai otak cerdas.
"Dari tadi aku menghubungimu, tapi kamu tak juga mengangkat nya, kamu kubur itu handphone ?" Andra menatap Karel dengan tatapan menyipit, sebenarnya Andra sudah tau kebiasaan Karel, jika sudah bekerja pasti tidak peduli akan apapun.
"Aku sibuk, dan jika kamu tidak ada keperluan lebih baik kamu keluar dari ruangan ini" Andra memutar bola mata malas.
"Aku ingin mengajakmu party nanti malam"
"Aku ada acara" jawaban yang keluar dari bibir Karel membuat Andra berdecak.
"Sama Gracel ?" Karel mengangguk, hal itu membuat Andra semakin tak suka.
"Oh ayolah, masak kamu ngga ada waktu buat temen-temen" Karel tak menjawab, dan Andra sudah tau apa jawaban nya, laki-laki itu akhirnya berdiri dari duduknya.
"Ya udah lah, semoga hubungan mu dan Gracel baik-baik saja" laki-laki itu melangkah pergi, Karel sama sekali tak perduli, Andra sudah terbiasa bersikap seperti itu, tapi sikapnya itu tidak berlangsung lama, karena besok juga Andra akan kembali seperti biasa.
Malam harinya, setelah pekerjaan selesai. Karel masuk ke dalam mobil, lelaki itu melajukan mobil ke tempat lain, jika biasanya dia akan langsung pulang, kini dia memilih untuk bersenang-senang sebentar.
Mobil sudah tiba di tempat tujuan, Karel turun dengan jas yang masih membalut tubuhnya, lelaki itu melirik sekilas ke belakang, di mana terlihat beberapa mobil baru saja terparkir. Lalu keluar beberapa lelaki ber jas hitam yang keluar dari mobil itu.
Mereka semua menghampiri Karel, lalu membungkuk. Karel berdehem dan segera berjalan memasuki tempat itu dengan beberapa pria ber jas hitam itu yang mengikuti nya.
Kedatangan mereka membuat pesta terhenti, bahkan kini musik ikut berhenti, Karel hanya acuh, lelaki itu berjalan menuju lift untuk pergi ke ruangan VVIP. Di mana teman-temannya berada.
Rupanya kedatangan Karel membuat orang yang berada di ruangan itu menghentikan tawanya, mereka menatap Karel dengan takjub.
"Wow seorang Karel datang ?" seorang laki-laki bernama Rafka bersuara dengan nada tidak percaya, selama ini Karel memang jarang berkumpul bersama mereka.
"Jangan berbicara seperti itu, nanti dia tersinggung. Selama ini kan dia yang paling sibuk" sahut Galang dengan nada sinis, di antara circle mereka tidak ada yang di takuti semua nya sama. Jika Karel memiliki sikap kejam dan tempramental, maka ada yang mempunyai sikap berani dan berkuasa.
"Iya deh yang paling sibuk, aku yang jadi aset perusahaan diem aja" Rafka menyahut sambil menegak minumannya, sedangkan Karel hanya mendengus, laki-laki itu duduk di hadapan teman-temanya tanpa peduli dengan kalimat sindiran yang teman-temannya lemparkan untuknya.
"Sambutan basi" ucap Karel, laki-laki itu menerima gelas yang di berikan pelayan, menyesapnya sedikit demi sedikit.
"Di mana cewek Lo, bukannya kalian ada janji" Andra akhirnya angkat bicara, lelaki itu menatap Karel dengan menyipitkan matanya.
"Batal" jawab Karel singkat, Andra hanya mendengus, giliran batal aja baru datang, kalau tidak mana mau Karel datang ke tempat ini.
Beberapa jam mereka habiskan dengan berbincang bersama, beberapa gelas minuman sudah mereka habiskan, namun hebatnya tidak ada yang mabuk setelah menghabiskan beberapa botol alkohol.
"Kita mau pulang, Rafka sama Gilang juga ada urusan penting katanya" ucap Andra, Karel mengangguk, laki-laki itu juga ikut berdiri.
"Kita pisah ya Bray, sampai ketemu lain waktu" Rafka berucap, lalu mengajak Gilang pergi, Andra dan Karel pun berjalan bersama untuk pergi dari tempat itu.
Di lantai dasar, Andra berhenti, lelaki itu mencengkram pergelangan tangan Karel lalu tangannya menunjuk satu titik.
"Itu apa ?" tanya Andra dengan wajah datar, Karel mengikuti arah tunjuk Andra, lalu tatapannya menajam, bahkan giginya bergemelutuk karena amarah.
Laki-laki itu melangkahkan kaki nya mendekat ke arah tujuan, Andra mengikutinya dengan wajah datar dan aura dingin.
BRAKK
Seketika dua orang yang tadi terlihat berciuman, kini terhenti saat Karel memukul wajah sang pria dari belakang, tatapannya begitu liar menatap wanita yang kini menatapnya dengan takut.
"Rel..."
"MURAHAN" cetus Karel sambil menatap nya jijik, lelaki itu mengepalkan tangannya yang terlihat ingin memukul laki-laki yang baru saja berciuman dengan Gracel. Karel menatap laki-laki itu, dia rasanya ingin meludah saat tau siapa laki-laki itu.
"Karel aku bisa jelaskan" ucap Gracel dengan air mata yang kini mengalir dari wajah manis nya.
"Jangan sentuh" Karel mengangkat tangannya, menghindari kontak fisik dengan Gracel.
"Karel aku mohon dengar dulu" isakan Gracel semakin menjadi, gadis itu tak perduli dengan Tama yang mengusap bibir nya yang berdarah dan kini menatap Karel dengan tatapan meremehkan. Dia hanya tak ingin Karel memandangnya buruk, meski laki-laki itu tahu apa yang baru saja terjadi.
"Aku tak suka barang bekas, menjijikan" Karel melangkah meninggalkan Gracel, Gracel berlari mengikuti nya, Andra yang melihat itu menarik tangan Gracel laku mendorong nya.
"Jangan lagi ganggu Karel" ucap Andra dengan dingin, laki-laki itu menatap tajam Gracel yang kini terduduk di lantai akibat dorongan kasar darinya tanpa belas kasih. Lalu meninggalkan perempuan itu begitu saja.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 208 Episodes
Comments