Sementara itu Mora yang kini juga berada di tempat itu, dan melihat kejadian antara Karel dan Andra terhadap perempuan yang menangis tersedu di lantai itu merasa bingung, kenapa Andra juga ikut bersikap sekasar itu, sebelumnya Mora tak pernah melihat Andra kasar terhadap perempuan.
Mora bisa berada di tempat itu karena ajakan teman-temannya, sebelumnya dia juga jarang pergi ke klub, ini pun dia berani pergi karena ada beberapa teman perempuan yang ikut.
"Bukankah tadi itu sepupu mu" tanya Arsen salah satu teman Mora, lelaki itu memang sudah lama menjadi temannya sehingga tau jika Andra adalah sepupunya, bahkan hampir semua temannya tau siapa Andra.
Mora hanya mengangkat bahu, gadis itu masih berfikir, lalu tatapan nya kembali melihat depan, di mana perempuan yang tadi di dorong Andra itu di gendong oleh lelaki yang tadi di pukul Karel.
"Aku pergi dulu" Mora berdiri, teman-temannya merasa heran lalu menahannya.
"Mau kemana ?" tanya mereka sambil menatap nya.
"Pulang" Mora langsung saja pergi, setelah sampai di luar, matanya melirik ke sana kemari, namun dia sudah tak menemukan Karel dan Andra lagi. Huh, Mora menghela nafas lalu berjalan ke arah mobilnya untuk pulang.
Karel kini sudah tiba di rumah nya, lelaki itu berjalan dengan wajah datar ke arah ruang olahraga, Andra sudah pulang, karena tadi Karel tak membiarkan lelaki itu mengikuti nya, Karel melepaskan jas yang membalut tubuhnya, serta sepatu yang dia kenakan.
Laki-laki itu melampiaskan amarahnya dengan alat beban yang ada di ruangan itu, memukul, mengangkat, serta banyak lagi uji nyali lainnya, Karel menganggap semua yang ada adalah Gracel dan Tama, lalu memukulnya dengan keras hingga tangan nya terluka karena tak memakai alat pengaman.
Peluh membasahi sekujur tubuhnya, punggung tangannya juga lecet karena keras nya pukulan yang dia lakukan. Setelah merasa lelah dan puas, Karel memilih untuk menguyur tubuhnya menggunakan air dingin, laki-laki itu mencoba untuk menghilangkan bayangan Gracel dari otak nya meski sulit.
Apakah dia sakit hati ? ya dia sakit hati meski sedikit, selama ini dia mencintai wanita itu dengan tulus, meski sikapnya terkesan tak peduli, tapi dia tak pernah menduakan wanita itu, meski sikapnya terkesan acuh, tapi dia tetap memperhatikan wanita itu diam-diam.
Tapi haram baginya untuk memaafkan yang nama nya penghianatan, ntah itu di sengaja atau pun tidak dia tidak peduli.
Keesokan harinya, Karel duduk di kursi di sebuah restoran bintang bersama asisten nya, lelaki itu baru saja makan siang bersama sang asisten, dan kini mereka berada di lift untuk turun, mereka tadi memang makan di ruangan VVIP.
Saat sampai di bawah, Karel melihat sekumpulan geng yang sedang makan bersama sambil sesekali tertawa, dari pakaiannya mereka seperti nya pelajar yang sedang melakukan makan siang bersama.
Karel pun ingin kembali melanjutkan langkahnya namun tiba-tiba punggung nya terasa basah dan dingin. Karel juga merasa ada yang menabrak punggung nya.
"Ehh maaf om ngga sengaja" what om ? Karel terdiam dengan tangan yang terkepal, asisten nya itu nampak bergidik saat melihat sang bos marah.
"Kalian, segera minta maaf yang benar" ujar asisten Karel dengan mata melotot.
"Kan tadi juga minta maaf om" Mora maju sambil menaruh gelas nya yang sudah kosong ke meja, huft gadis itu menyayangkan minuman miliknya yang bahkan belum dia minum.
Karel menatap tajam gadis di depannya itu, gadis itu balik menatapnya seolah menantang, bukannya menunduk karena salah malah menatap nya seperti itu.
"Kenapa om melotot, ngga takut itu mata keluar dari tempatnya" celetuk Mora dengan enteng, beberapa temannya terkekeh geli mendengar ucapan gadis itu.
"Kamu pikir lucu ?" ucap Karel dengan wajah datar, untuk sejenak Mora terdiam, gadis itu menatap mata Karel yang datar tanpa ekspresi.
"Tentu saja lucu, om melotot seperti itu, kan aku jadi takut kalau mata itu tiba-tiba keluar" Karel menatap Mora tajam, yang di tatap sama sekali tidak takut. Oh dosen Mora di kampus juga banyak yang suka melotot.
"Udah ya om aku juga udah minta maaf, ngga usah di peribet lagi" Mora pun duduk di kursi nya namun gadis itu kembali berdiri saat siku nya di tarik dengan kasar oleh Karel.
Gadis itu berontak saat Karel menyeretnya dari tempat itu, tubuh Mora yang kecil tentu dengan mudah di seret oleh Karel karena tenaga gadis itu begitu ringan, bahkan tak ada setengah dari tenaga nya.
"Om lepas, jangan culik aku, aku orang susah ngga ada yang bisa jamin aku" gadis itu terus menggerakkan badan nya agar tangannya terlepas, Karel mendorong tubuhnya dengan kasar ke dalam mobil, sehingga kini gadis itu masuk ke dalam mobil.
"Om lepass" ucap Mora dengan nyaring, Karel menatap gadis itu tajam, Mora tersenyum paksa saat melihat mode bahaya dari laki-laki di samping nya, gadis itu akhirnya memperbaiki duduk nya sambil menatap ke arah depan.
"Berisik" ucap Karel.
"Mulut manusia kan di ciptakan buat bicara terus, kalau ngga bicara jadi patung aja sana." Karel mencengkram dagu Mora, lalu menghadapkan ke arahnya dengan paksa.
"Om ini sakit banget loh, aku ngga pernah di perlakukan sekasar ini" ucap Mora dengan wajah datar, cengkraman di dagu nya terasa sakit, namun dia memilih untuk menahan nya.
"Om"
"DIAM" Mora menatap Karel yang baru saja membentak nya, demi apapun dia tidak pernah di bentak sebelum nya, mana ada yang berani membentaknya.
"Om lepass" akhirnya Karel melepaskan cengkraman tangannya, Mora merasa rahangnya akan patah karena cengkraman lelaki di samping nya itu.
"Dasar ingusan"
"What ? enak saja aku tidak seperti itu, om itu gila ya, buat apa bawa aku ke sini, udah aku bilang kalau aku tu orang susah masih aja bawa aku. Niat om apa sih" seolah tak takut, Mora berbicara panjang lebar, bahkan suara nya begitu lantang. Karel kembali menatap nya tajam tapi Mora membalas tatapan itu tak kalah tajam.
Mora menatap pergerakan tangan Karel, saat lelaki itu ingin menyentuh tangannya dengan cepat Mora menarik tangannya lalu dengan cepat menjambak rambut Karel.
"Apa jangan macam-macam ya om, dasar gila. Lepasin aku" gadis itu segera memencet tombol di dekat setir mobil lalu berlari saat pintu mobil terbuka.
Karel menggeram, laki-laki itu menatap Nyalang ke arah gadis yang terlihat berlari pergi.
"Awass aja" gumam Karel, lelaki itu menyibak rambut nya ke belakang, gadis ingusan tadi begitu berani berbuat ulah kepadanya.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 208 Episodes
Comments