"Liburan kita terpaksa harus selesai hari ini bos" ucap Mark pagi ini ketika Alexander turun
Alexander menoleh dan diam tak bereaksi, lalu dia berjalan ke arah kursi.
Mark segera masuk kedalam, keluar lagi membawa segelas susu dan roti berisi selai kacang
Diletakkan di atas meja, tepat dihadapan Alexander.
"Pak Anton meminta kita kembali siang ini, katanya ada urusan yang harus bos tangani"
Alexander mendecak kesal sambil meminum susu hangat
"Semua pakaian bos sudah saya bereskan, tinggal saya masukkan saja ke dalam mobil"
"Kenapa sih papa tidak bisa melihat saya senang sedikit saja. Selalu urusan bisnis"
Mark diam dan ikut duduk di depan Alexander
"Bos kan sebagai CEO, sudah sewajarnya segala urusan bisnis itu kembali ke tangan bos, bukan ke pak Anton lagi. Beliau hanya memantau"
Alexander mendengus
"Kau tahu lah apa yang kumau Mark. Bukan duduk di kantor dengan setumpuk pekerjaan, bertemu kolega, terbang sana sini, bermuka manis, bicara yang muluk-muluk, this is not me, you know that!"
"Tapi itulah anda sekarang bos, bos harus terima itu, itulah makanya bos meminta kita segera kembali siang ini juga. Karena besok bos harus ke Amerika, mengurus bisnis di sana"
Mark yang sedang mengunyah roti sontak berhenti dan segera menenggak habis susu di gelas hingga tandas
Bekas perban kecil di pergelangan tangannya belum lepas, hingga membuatnya tertegun
"Come on, gadis itu akan baik-baik saja" Mark kembali berkata karena dia yakin jika Alexander saat ini memikirkan gadis itu
"Saya mau kerumah sakit sekarang!
Sambil berkata begitu, Alexander telah berdiri
"Tidak bisa bos. Pak Anton sudah menelpon terus sejak tadi!"
Dengan menahan marah Alexander menatap tajam kearah Mark
"Kau itu ajudan saya. Jadi turuti perintah saya!"
Mark terdiam.
Alexander segera naik kembali ke atas dan masuk ke kamar Sania. Di sana dia mandi membersihkan tubuhnya
Sementara di bawah Mark mendapat telepon dari pak Anton yang memaki-makinya karena tidak becus mengurus Alexander
Setengah jam berikutnya Alexander telah turun kebawah dengan hanya memakai handuk.
Mark bisa melihat, jika di dada Alexander terdapat banyak bekas luka, seperti bekas cakaran
Alexander yang merasa jika Mark memperhatikan dadanya segera berbalik dan masuk kedalam kamarnya
Tak lama Alexander telah keluar dengan memakai kaos yang membuat otot di tubuhnya tercetak jelas
Alexander duduk lagi di kursi, memakai sneakers.
"Pak Anton menelpon kembali" ucap Mark saat dilihatnya Alexander telah selesai memakai sepatu
Alexander membuang nafas kasar dan meraih handphone yang diulurkan Mark.
"Ya pa?"
"Kamu dimana, hah?, handphone tidak pernah aktif!"
"Papa kan tahu saya liburan pa, dan tiap liburan segala gadget dan sejenisnya saya non aktifkan"
"Banyak alasan!"
Alexander menarik nafas dalam
"Papa mau apa kali ini?"
"Kamu pulang sekarang juga!"
"Pa, kan papa sendiri yang bilang jika saya bisa liburan selama seminggu di sini!"
"Bisnis ini mendadak Alex, kamu harus terjun langsung"
Alexander memejamkan sebentar matanya, berdebat dengan papanya tidak akan ada untung untuk dirinya. Dia akan selalu kalah
"Pulang sekarang, ya?"
Alexander berdecak kesal
"Ke Amerikanya kapan?" jawabnya
"Besok pagi, dengan penerbangan pertama"
Huhhhh!!!
Alexander menghembus nafas kasar
"Baiklah, karena saya tidak punya pilihan lain"
"Good son"
Alexander memutar matanya dengan malas mendengar pujian klise sang papa
Lalu dia mengembalikan handphone kepada Mark
Mark yang setia terus berdiri di sebelahnya menunggu perintah selanjutnya.
"Sebelum pulang, aku ingin kita melihat Sania untuk terakhir kalinya" lirihnya
Mark menganggukkan kepalanya lalu masuk ke kamar Alexander menarik koper pakaian yang telah disiapkannya
Alexander menarik nafas dalam lalu kembali berdiri dan naik kembali ke kamar Sania
Dia membereskan seluruh barang milik Sania. Handphone yang tadi diisinya daya juga sudah full, di bukanya lemari pakaian, dan dimasukkannya pakaian Sania yang hanya dua lembar, berupa cardigan panjang dan baju panjang ketat.
Ditariknya nafas dalam saat melihat kedua pakaian itu. Lalu memasukkannya kedalam kantong plastik.
Lalu dia masuk kedalam kamar mandi, mengambil pakaian yang dipakai Sania kemarin siang, celana jeans ketat model washout denim dan dress floral warna soft.
Dia juga memasukkannya dalam kantong plastik tadi.
Lalu dia berjalan kearah pintu, mengambil tas dan mengambil handphone yang terletak di atas meja lalu memasukkannya dalam handphone tersebut kedalam tas.
Saat tangannya sudah hendak memasukkan tas tersebut kedalam kantong plastik, dia tiba-tiba berhenti.
Lalu menarik kembali tas yang sudah nyaris masuk kantong plastik, membukanya dan mengeluarkan handphone milik Sania
Dia segera membuka kembali handphone Sania dan membuka menu galeri.
Dipilihnya beberapa buah foto Sania, termasuk foto Sania dan pacarnya. Lalu dia segera mengeluarkan handphone yang sejak empat hari lalu dimatikannya, menyalakannya dan meletakkannya di sebelahnya yang duduk di ranjang
Kembali Alexander beralih mengambil handphone milik Sania, memasukkan nomornya kemudian men savenya.
Ketika handphonenya menyala, notifikasi pesan langsung kluntang klunting masuk.
Alexander tidak menggubris banyaknya pesan yang masuk dia terus meng utak atik handphone Sania, memilih kembali foto-foto Sania.
Setelah dirasa cukup, lalu dia mengirimkan foto tersebut ke handphonenya.
Dia keluar dari menu galeri, berpindah ke kontak, lalu menghapus nomor kontaknya.
Dan dia kembali membuka menu pesan instan berwarna hijau, menghapus pesan yang tadi dia kirimkan ke handphonenya.
Setelah selesai dengan cepat Alexander memasukkan handphone tersebut kedalam tas lalu memasukkan tas tersebut ke kantong plastik
Alexander segera menyambar handphonenya, memasukkan kedalam saku jeans lalu mengambil kantong plastik dan berjalan keluar dari kamar
Mark yang sudah berdiri di sebelah mobil segera membuka pintu mobil ketika Alexander berjalan kearahnya
"Ke rumah sakit dulu"
Mark mengangguk lalu menjalankan mobil keluar dari cottage.
...****************...
"Saya hanya ingin menyerahkan ini, dokter" ucap Alexander ketika duduk di depan dokter
Dokter perempuan yang bernama Anita, segera melihat kearah kantong plastik yang diletakkan Alexander di depannya
"Saya titip Sania dokter, kalau ada apa-apa sama dia tolong beritahu saya"
"Kamu keluarganya kan?, kenapa tidak kamu saja yang menjaganya?"
"Saya harus kerja dokter, nanti saya akan minta keluarga yang lain untuk menjaganya"
"Baiklah, tadi dia juga sudah sadar, tapi masih belum bisa kami ajak ngomong"
Mata Alexander tampak berbinar mendengar jika Sania sudah sadar
"Jika anda bersedia, anda bisa menemuinya, mungkin anda bisa mengajaknya bicara"
Mata Alexander yang semula berbinar langsung berubah panik
"Mungkin besok saya kesini lagi dokter, kalau hari ini saya harus kembali ke rumah dulu, banyak pekerjaan yang saya tinggalkan"
Dokter Anita mengangguk dan menyalami Alexander ketika pria tampan itu mengulurkan tangannya
"Tolong jaga dia dokter" kembali Alexander mengucapkan kalimat itu ketika dia akan keluar dari pintu
Sepeninggalnya Alexander, dokter Anita segera keluar dari ruangannya, berjalan menuju ICU tempat Sania dirawat
Sania yang telah sadar saat itu tampak berbicara pada suster yang menjaganya
Sania yang melihat dokter masuk segera menoleh kearah pintu yang terbuka
"Ruangan rawat inap untuknya sudah disiapkan, sus?"
"Sudah dokter"
Lalu suster mundur dan memberikan ruang pada dokter yang akan memeriksa Sania
"Mengapa dokter menyelamatkan saya?" lirih Sania ketika dokter memeriksanya
Dokter yang semula menekan-nekan stetoskop di atas perutnya menghentikan gerakannya, menatap mata Sania
"Saya lebih baik mati, dokter" lanjut Sania sambil berlinang air mata
Dokter Anita menarik nafas dalam, lalu duduk di kursi yang ada di dekat Sania.
"Hidup kamu masih sangat berharga, oleh karena itulah saya menyelamatkanmu"
Sania masih terisak, suster yang berdiri di dekatnya ikut terlihat sedih
"Mengapa ini harus menimpa saya dokter?" lanjut Sania pilu
Refleks suster yang berusia cukup jauh dari Sania, sekitar berumur 35 tahunan segera mendekap Sania dan ikut terisak
"Kamu yang kuat sayang, kamu tidak sendiri" ucapnya sambil membelai kepala Sania
Sania makin terisak pilu
"Mamaa...." lirihnya
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 149 Episodes
Comments
uukais
penulisnya hebat,banyak hal yg cedik ditulisanya
2024-07-04
1
epifania rendo
sabar sania pasti ada kebahagian nanti
2023-11-06
1