Tiga jam setelah Alexander mendonorkan darahnya, perawat mulai memasangkan infus pada kantong darah, dan melalui selang itulah, darah Alexander mengalir kedalam tubuh Sania
Alexander yang melihat dari luar sedikit kelihatan lega ketika wajah Sania tampak mulai kemerahan tak sepucat tadi
"Bos harus istirahat, apalagi bos habis mendonorkan darah, tak baik untuk kesehatan bos"
Alexander menoleh kearah Mark yang telah berdiri di belakangnya, menimbang sebentar ucapan ajudannya itu lalu mengangguk pelan
Sebelum meninggalkan rumah sakit, Alexander sekali lagi menoleh kearah Sania yang masih belum sadarkan diri
Mark berjalan di belakang Alexander, ketika sampai di halaman parkir rumah sakit, dia segera mengambil mobil lalu berhenti tepat di depan Alexander
Mobil kembali melaju menuju cottage, perjalanan yang mereka tempuh tak secepat ketika mereka pergi kemarin. Kali ini Mark menjalankan mobil dengan pelan
Diliriknya Alexander yang duduk di belakang mulai memejamkan matanya
"Dia pasti lelah" lirih Mark
Mobil terus melaju, ketika di sebuah perempatan jalan, Mark berhenti. Dia turun dan masuk kesebuah mini market.
Alexander yang nyenyak tak menyadari jika dia ditinggalkan Mark sendirian di mobil.
Tak lama Mark telah kembali dengan membawa kantong kresek berisi penuh belanjaan.
Sebelum melajukan kembali mobilnya, Mark kembali menoleh kebelakang melihat Alexander yang masih terlihat pulas.
90 menit berikutnya, mobil masuk kembali ke halaman cottage. Dengan pelan Mark membangunkan Alexander
"Bos, bos.. kita sudah sampai"
Alexander membuka matanya, meregangkan otot lalu mengusap kasar wajahnya
Dia turun dari dalam mobil lalu masuk kedalam cottage. Niat awalnya yang ingin masuk kedalam kamarnya, diurungkannya.
Dia memilih naik kelantai dua, menuju kamar Sania. Suasana kamar masih seperti kemarin, ketika dia meninggalkannya, berantakan.
Alexander menatap berkeliling kamar, menarik nafas dalam
"Ada apa dengan diriku?" batinnya
Lalu dia berjalan kearah ranjang, merapikan sprei yang tampak kotor. Matanya tertegun ketika kembali dia melihat banyak bercak darah di atas sprei bermotif bunga itu.
Alexander menarik nafas dalam, lalu duduk terhenyak
"Aku kenapa begini?" rutuknya
Selagi dia terus bertanya-tanya dalam hati, dia mendengar suara handphone berdering.
Matanya kembali berkeliling, mencari sumber suara musik instrumen, yang diyakininya adalah handphonenya Sania.
Hening, tidak ada suara lagi. Tapi Alexander terus mencari handphone tersebut. Tak lama terdengar kembali suara instrumen musik. Kali ini Alexander mendapatkan sumber suara itu, dari dalam tas yang tergantung di balik pintu
MAMA SAYANG
Begitulah yang tertulis di layar handphone tersebut
Alexander bingung apa yang harus dilakukannya, di diamkannya panggilan tersebut hingga kembali layar handphone tersebut gelap karena tidak diangkat.
Tak lama layar handphone tersebut kembali menyala, ada pesan masuk. Dengan ragu Alexander membuka handphone tersebut yang ternyata terkunci
Dari notifikasi yang dapat dilihat, ada lebih dari seratus pesan masuk. Kembali keraguan menyelimuti hati Alexander, ingin membuka handphone tersebut tetapi dia tidak tahu caranya. Tapi dia penasaran dengan banyaknya pesan yang masuk, terlebih tadi ada panggilan dari mamanya Sania.
"Kunci ini menunjukkan kode angka" gumam Alexander
Dengan cepat Alexander membuka tas Sania, mengeluarkan semua isinya. Isinya ada bedak, parfum, lipstik, charger dan dompet.
Alexander membuka dompet Sania dan mengeluarkan ktpnya. Sambil melihat ktp yang diletakkannya di sebelahnya duduk, Alexander memasukkan tanggal, bulan dan ujung tahun kelahiran Sania.
Terbuka...
Alexander tersenyum
"Mudah sekali menebaknya" dia kembali bergumam
Layar wallpaper menunjukkan wajah Sania yang memakai toga bersama perempuan paruh baya, mereka tampak tersenyum bahagia, apalagi Sania yang tampak mengangkat rangkaian buket bunga
Alexander tersenyum menatap itu. Lalu dia mulai menggeser layar handphone tersebut, lalu langsung mengklik menu pesan instan berwarna hijau
Ada pesan dari lima orang berbeda, dan jumlah pesan terbanyak dari nama MAMA SAYANG dan MY BELOVED.
Alexander langsung membuka dan membaca pesan dari Mama Tersayang
"Kamu dimana nak? kok tidak ngasih kabar"
"Kamu baik-baik saja kan?"
"Sania, apa kamu sibuk?"
Dan masih banyak pesan khawatir dari mama Sania. Bahkan beberapa panggilan video call yang terlewatkan
Lalu Alexander berpindah pada pesan kedua, dari MY BELOVED
"Sayang, lagi apa, aku kangen"
"*Sayang, aku hari ini mulai dinas di tempat baru, doakan aku ya"
"Aku sayang kamu*"
Dst....
Alexander membuka profil dengan nama my beloved itu. Dari profilnya Alexander dapat melihat foto lelaki itu sedang menatap mesra Sania yang memelet kan lidahnya
Selagi Alexander terus membaca pesan di handphone itu, kembali ada pesan masuk dari mama sayang
"*Kamu kemana nak, kenapa sejak kemarin kamu tidak membaca dan membalas pesan mama"
"Maafkan aku ma, aku sibuk*" Alexander mengetik kalimat tersebut lalu mengirimnya
Dapat dilihat jika mama sayang sedang mengetik pesan, Alexander menunggu pesan baru tersebut masuk
"*Kabari mama, jangan buat mama khawatir"
"Oke, siap mama*"
Alexander menarik nafas dalam. Lalu kembali memasukkan benda tersebut ke dalam tas.
Kembali Alexander berjalan ke arah ranjang, membereskan sprei dan menyusun bantal. Serta memungut gaun malam Sania yang robek lalu membentangkannya di depan wajahnya
"Begitu kasarnya kah aku hingga gaun ini robek tak beraturan?" lirihnya
Lalu di remasnya gaun tersebut, dan dilemparkannya kedalam kotak sampah yang terletak di pinggir meja.
Setelah kamar itu tak lagi berantakan, Alexander merebahkan tubuhnya dan mulai terlelap.
Mark yang masuk ke dalam kamar Alexander tak menemukan apa-apa di sana.
Dia lalu naik kelantai dua, berjalan menuju kamar yang malam kemarin ditempati Sania
Betul lah tebakannya, di atas ranjang itu tampak Alexander tidur terlelap sambil memeluk guling
"Sadar sangar dia, giliran tidur meluk guling juga rupanya" gumam Mark sambil tersenyum
Mark lalu memutar tubuhnya, tapi matanya seperti menangkap hal janggal di atas sprei.
Dia mendekat dan sedikit membungkukkan tubuh jangkungnya.
"Seperti bekas darah" batinnya.
Mata Mark berkeliling ruangan berukuran sekitar 3x3 itu. Matanya tertumbuk pada benda seperti baju yang teronggok dalam kotak sampah
Mark mendekat dan mengambil benda kain berwarna ungu itu. Dia mengangguk-anggukkan kepalanya, dia faham sekarang apa yang telah terjadi pada Sania
...****************...
Mungkin akibat kelelahan, Alexander tertidur hingga larut belum juga bangun. Makanan yang telah dihangatkan oleh Mark kembali dingin.
Suasana cottage yang jauh dari pusat kota ditambah dengan heningnya sekeliling, makin membuat Alexander makin nyenyak.
Hampir dini hari dia terjaga karena tiba-tiba terasa ingin buang air kecil. Dengan malas-malasan, dia bangun dan berjalan masuk kedalam kamar mandi.
Dilihatnya sebuah silet tergeletak di atas lantai. Setelah membetulkan resleting jeansnya, Alexander memungut benda tajam tersebut dan membuangnya kedalam kloset
"Benda inilah yang hampir membunuh Sania" lirihnya
Saat dia kembali ingin membaringkan tubuhnya, kembali dia teringat akan handphone Sania. Dia kembali bangun dan mengambil benda tersebut yang dia letakkan di dalam tas, di tempatnya semula
Kembali Alexander membuka dompet dan mengeluarkan ktp, mengetik kembali 6 digit angka agar handphone tersebut terbuka
Setelah terbuka, iseng Alexander membuka galeri handphone tersebut.
Isinya nyaris penuh dengan foto Sania. Alexander tersenyum sendiri ketika melihat gaya lucu Sania dalam berpose
"Lucu juga dia"
Lalu dia kembali tersenyum melihat foto mesra Sania dengan lelaki yang dilihatnya di profil siang tadi
"Bagaimana reaksi lelaki ini ya jika dia tahu Sania sudah rusak?" gumamnya
Kembali dia menggeser terus, dan terhenti cukup lama pada sebuah foto dimana Sania tampak memeluk sebuah nisan yang bertuliskan Hamdan bin H. Makruf meninggal 23 April 2010.
Dua belas tahun yang lalu, lirihnya. Alexander berfikir, jangan-jangan Sania anak yatim? hatinya kembali diliputi kecemasan
Segera dia menutup handphone tersebut dan mengusap wajahnya
"Jika benar dia anak yatim, ya Tuhan apa yang telah ku lakukan?" batinnya
Alexander berdiri dan kembali memasukkan benda hitam tersebut ke dalam tas, lalu kembali duduk terhenyak.
Lamunan Alexander buyar, ketika handphone Sania berbunyi. Alexander bangkit dan memeriksa benda tersebut yang ternyata low battery, segera dia mengeluarkan charger yang ada dalam tas, lalu mengisi daya handphone tersebut
Kembali handphone tersebut menyala, dan menampilkan wajah Sania dan mamanya yang tersenyum bahagia.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 149 Episodes
Comments
epifania rendo
kenapa tidak jaga sania di RS
2023-11-06
1