Mark segera melajukan mobil dengan cepat. Tubuh Sania terguncang-guncang ketika mobil melewati jalanan berbatu dan buruk. Memang cottage tempat mereka berada di ketinggian, jadi untuk sampai di kota harus melewati jalan berliku
Alexander yang memangku kepala Sania langsung memegang erat tangan Sania agar dia tak jatuh
"Bertahanlah Sania, aku akan membawamu kerumah sakit"
Mark melirik melalui kaca spion, dapat ditangkapnya kekhawatiran di wajah Alexander.
Mobil sudah berada di jalan aspal, Mark makin melajukan mobil dengan kecepatan tinggi.
"Berapa lama lagi??!!" teriak Alexander
Mark melihat kembali kearah handphone
"Berikan handphone itu!!"
Mark dengan tangan kirinya, memberikan handphone miliknya pada Alexander
"Lima menit lagi, cepat!!
Mark kembali ngebut
"Di bundaran depan, belok kiri!" ucap Alexander memberitahu Mark
Mark segera berbelok dan mobil berhenti tepat di depan rumah sakit. Mark turun dan membukakan pintu mobil untuk bosnya.
Alexander segera mengangkat sedikit tubuh Sania, lalu menggendongnya.
Setengah berlari dia masuk kedalam rumah sakit
"Cepat tolong dia!!" teriaknya
Perawat yang sedang piket segera berlarian bahkan ada yang berlari masuk kedalam mengambil brankar
Dengan hati-hati Alexander meletakkan tubuh Sania, lalu dengan cepat keempat perawat mendorong brankar.
Tangan Alexander yang sejak tadi menggenggam jari Sania harus terlepas ketika brankar masuk kedalam ruang IGD
Alexander berjalan hilir mudik dengan wajah panik di depan ruang IGD. Sudah sejam tetapi dokter masih belum juga dari ruangan tersebut.
Mark memberikan air mineral pada Alexander yang cemas dengan harapan agar pria yang terkenal dengan sifat donjuannya itu sedikit tenang
Alexander mengambil botol air mineral yang diberikan Mark dengan acuh lalu menenggak isinya tanpa minat
Pintu IGD terbuka, dan dengan cepat Alexander yang terduduk di lantai bangkit, kembali empat perawat mendorong brankar
Mata Sania masih tertutup rapat, wajahnya makin putih pucat. Tubuh Alexander goyah dengan cepat ditangkap oleh tangan besar Mark
Dokter keluar, Alexander segera menghentikan langkah dokter itu
"Apa yang terjadi padanya?"
Dokter memandang Alexander dengan sedih
"Dia kritis"
Alexander langsung menutup wajahnya dan kembali tubuhnya terbungkuk, nyaris jatuh
Dokter lalu meninggalkannya, Mark yang terus berada di samping Alexander segera membawa bosnya berjalan, membimbingnya agar kuat
"Dia dibawa kemana?" tanyanya tanpa menoleh pada Mark
"ICU"
Langkah Alexander terhenti, dan menatap kearah Mark
"Apakah dia akan mati??!"
Wajah Alexander menegang saat menanyakan itu.
Mark mengangkat bahunya dan kembali dia membimbing Alexander berjalan
Tepat di depan ruang ICU mereka berhenti, dari balik kaca Alexander melihat tiga orang dokter sedang berusaha menyelamat nyawa gadis yang kemarin masih tertawa renyah padanya.
Layar komputer menyala, dan di tubuh Sania mulai dipasang berbagai alat dan juga di hidungnya dipasang alat untuk aliran oksigen.
Berbagai jarum tampak menancap di nadi gadis itu, Alexander makin ketakutan melihatnya
Mark menepuk pundak Alexander
"Tenanglah bos, semuanya akan baik-baik saja!"
Alexander hanya menarik nafas dalam mendengar ucapan Mark. Di dalam hatinya dia juga sangat mengharapkan hal yang sama
...****************...
Alexander terus terduduk di depan ruang ICU. Hatinya sedikit lega ketika semua dokter keluar dan mengatakan jika mereka telah melakukan yang terbaik untuk menyelamatkan nyawa Sania.
Dan mereka memintanya berdoa semoga Sania bisa melewati masa kritisnya.
"Makanlah dulu, sejak siang bos belum makan" ucap Mark sambil memberikan nasi kotak kearah Alexander yang tampak kusut
Alexander hanya menoleh sekilas, dan kembali termenung
"Apa yang telah kulakukan" lirihnya
Mark menarik nafas dalam, lalu ikut duduk di sebelah Alexander
"Hanya anda yang tahu" jawab Mark
Alexander mengusap kasar wajahnya. Terbayang bagaimana dia mengoyak pertahanan gadis lemah itu semalam, bahkan dia tidak memberinya ampun saat gadis itu memohon
"Makanlah, anda juga butuh kesehatan"
Dengan enggan Alexander meraih kotak nasi yang kembali diulurkan Mark.
Dengan pelan dia mulai menyendok nasi dan memasukkan dalam mulutnya, hanya tiga suapan. Lalu dia kembali meletakkan nasi kotak tersebut di sebelahnya
Mark melirik dan tak berani menanyakan apa yang terjadi pada gadis itu. Tapi dia yakin, telah terjadi hal buruk pada gadis itu. Karena semalam dia dengan jelas mendengar teriakan gadis itu
Apalagi dia juga tahu ketika Alexander berteriak akibat efek obat perangsang yang diberikan orang tak mereka kenal
"Kalau gadis itu mati bagaimana, Mark?" tanyanya kembali dengan wajah panik
Mark menoleh, dan menggenggam pundak Alexander dengan kencang
"Semuanya akan baik-baik saja, percayalah"
Alexander mengusap kasar wajahnya.
Jam 22.00 seorang dokter terlihat berjalan kearah mereka. Alexander segera berdiri
"Dokter, apa saya boleh masuk?"
Dokter tampak menatap lama pada wajah Alexander, seolah tak yakin
"Saya keluarganya"
Dokter akhirnya mengangguk, dan Alexander berjalan di belakang dokter. Dokter memberikan baju khusus pada Alexander, dan dengan cepat Alexander mengenakannya, lalu bersama dokter yang juga berpakaian sama dengannya, mereka masuk
Alat oksigen yang terpasang yang meutupi hidung dan mulut Sania tampak bergerak turun naik, menandakan jika gadis itu masih menarik nafas
"Apa yang terjadi padanya?" tanya dokter sambil menatap Alexander
Alexander menelan ludahnya, wajahnya langsung gugup
"Dimana anda menemukan gadis malang ini?" kembali dokter bertanya
Alexander semakin tampak gugup
"Alat vitalnya robek, dan kami menemukan bekas kekerasan di sana. Kami sangat yakin gadis malang ini telah diperkosa"
Wajah Alexander makin menegang
"Semakin banyak saja kasus kekerasan pada perempuan, apakah para lelaki ini tidak menyadari bahwa mereka terlahir dari siapa?"
"Saya sebagai sesama perempuan sangat mengutuk prilaku keji ini, tapi sebagai dokter saya akan memastikan jika dia akan terus hidup. Karena telah banyak saya temui, korban dari perkosaan memilih mengakhiri hidup mereka karena malu"
"Seperti yang dilakukan gadis ini, kasihan dia. Anda tadi bilang, anda adalah keluarganya, kan?"
Alexander mengangguk cepat
"Jaga dia, lindungi dia. Korban pemerkosaan biasanya jiwa mereka akan terguncang, salah-salah mereka akan kembali melalukan tindakan di luar nalar mereka"
"Sudah tugas sesama saudara kan saling menjaga?"
Alexander mengangguk pelan
"Kami butuh beberapa kantong darah, karena dia mengalami pendarahan"
"Golongan darah dia apa dokter?" tanya Alexander cepat
"A, segera anda hubungi pihak keluarga, siapa tahu ada yang sama golongan darahnya dengan gadis ini"
"Darah saya A dokter, ambil saja darah saya"
Dokter kembali menatap kearah Alexander
"Jika begitu malam ini anda harus beristirahat, besok pagi pihak medis akan mengambil darah anda"
Alexander mengangguk, dan tangannya terulur membelai wajah pucat Sania
"Maafkan aku Sania" lirihnya
...****************...
"Bos yakin ingin mendonorkan darah bos untuk gadis itu?" Mark bertanya tak percaya saat Alexander mengatakan niatnya ingin mendonorkan darahnya untuk Sania
Alexander tidak menjawab, dia terus memakan sarapan yang tadi dibeli Mark.
"Come on bos, kita tidak mengenal siapa gadis itu. Kita tidak tahu latar belakangnya, dia siapa, dari mana, anak siapa"
Alexander menghentikan kunyahannya dan menatap tajam kearah Mark
"Oleh karena itulah makanya saya ingin mendonorkan darah saya untuk dia. Kalau kita tahu alamat dia dan siapa orang tuanya, mudah saja kita membawa mereka kemari dan menyuruh mereka mendonorkan darah mereka"
"Tapi apa kamu sadar, jika mereka bertanya dengan kita apa yang terjadi pada Sania, kita mau jawab apa?"
Mark diam, dia tidak berfikir sampai kesana. Dia hanya tak ingin bosnya jadi lemah hanya karena seorang gadis yang baru mereka kenal
Seorang perawat berjalan kearah ruangan ICU.
"Maaf, siapa di antara bapak berdua yang akan mendonorkan darah?" tanya perawat itu saat sampai di depan Mark dan Alexander
"Saya" jawab Alexander dengan tegas
Lalu dia berdiri dan menoleh kembali ke dalam ruang ICU. Kembali ditatapnya wajah Sania yang masih terpejam sejak siang kemarin.
"Ayo, ikut saya" ucap perawat
Alexander segera berjalan mengikuti perawat itu.
"Semoga kamu cepat sadar, Sania" batinnya
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 149 Episodes
Comments
epifania rendo
semoga cepat sadar sania
2023-11-06
1