Alexander terkulai lemah di sebelah tubuh Sania yang sudah tidak berbentuk.
Dengan lemah dia menoleh kearah gadis yang baru saja dinodainya itu. Sania kembali terisak dan menggerakkan tangannya mengambil apa saja yang ada di dekatnya untuk menutupi tubuh polosnya
Alexander bangun dan mengambil sebuah selimut lalu menutupkannya keseluruh tubuh Sania
Sania yang sedang menangis terisak berubah histeris. Di pukulnya tangan Alexander dan dia berteriak
"Penjahat kamu!! kamu jahatttt!!! teriaknya
Alexander tak bisa berbuat apa-apa, dia hanya diam menundukkan kepalanya
"Maafkan saya.." lirihnya setelah Sania berhenti mengamuk
"Mengapa? mengapa harus saya??!" lirih Sania pilu
"Ini diluar kehendak saya!" ucap Alexander yang tiba-tiba kembali merasakan obat perangsang itu bekerja lagi
"Aaarrrgggghhh..." erangnya
Sania menoleh kearah Alexander yang mengerang seperti kesakitan. Sekuat tenaga dia menahan agar obat itu tidak kembali memaksanya kembali menyakiti gadis cantik di sebelahnya ini
"Aaarrrgghh...." dia kembali mengerang. Dikepalkannya tangannya dengan sekuat tenaga, tetapi efek obat tersebut tidak bisa diajak kompromi
"Maafkan aku.." ucap Alexander yang kembali menarik tubuh Sania
Sania kembali berteriak menghindari Alexander yang telah kembali berubah beringas dan tak terkendali
"Jangan!! lepaskan saya..." teriaknya sambil terus berusaha mendorong tubuh Alexander yang sudah mulai mengungkungnya
"Tolong saya. Tolong saya, ini bukan kehendak saya!" ucap Alexander frustasi sambil kembali berusaha menjebol pertahanan Sania
Sania berteriak tertahan ketika kembali pertahanannya di jebol oleh Alexander
Kembali Alexander memporak porandakan mahkota Sania. Sedangkan Sania yang berada di bawah tekanannya hanya bisa menangis dan membekap mulutnya
Sania mengerang dan merasakan ada sesuatu yang keluar dari intinya, dan Alexander dapat merasakan jika gadis di bawahnya saat ini orgasme.
Kembali Alexander bergerak cepat dan terus memacu di atas tubuh Sania yang berguncang hebat, dan Sania sudah berkali-kali mengerang. Dan setiap kali dia mengerang dia akan menjambak rambut Alexander
Dan sama halnya dengan Alexander, pemuda tampan itupun sudah beberapa kali menyemburkan lahar panas kedalam rahim Sania.
"Sakiitt, cukup.. cukup..., hentikan..." rintih Sania karena sudah tidak kuat lagi dengan keganasan Alexander
Alexander makin gila, dia masih terus mengendalikan Sania yang terus merintih dan menangis di bawahnya.
Sampai matahari sudah keluar dan cahaya masuk lewat fentilasi, permainan itu baru berakhir.
Entah sudah berapa kali Alexander menyalurkan efek obat itu pada Sania. Karena ketika dia terkulai lemah di samping Sania, tak lama setelah itu obat tersebut kembali ngefek lagi
Dan tubuh Sania juga tidak karuan lagi. Tanda merah memenuhi selangka dan tubuhnya bekas keganasan perbuatan Alexander.
Sania yang merasakan tubuhnya letih dan remuk hanya bisa membeku dan memejamkan matanya.
Begitupun dengan Alexander, dia yang juga letih sama halnya dengan Sania, memejamkan matanya setelah sebelumnya menutupi tubuh mereka dengan selimut
...****************...
Sania membuka matanya dan dirasakannya jika ada sebuah benda berat di atas perutnya
Dia menoleh kesamping, dan didapatinya jika Alexander tertidur dengan nyenyaknya.
Disibakkannya selimut dengan segera dan menyingkirkan tangan Alexander yang tadi memeluknya.
Dia duduk dan dia meringis kesakitan ketika dirasakannya bagian intinya ngilu dan sakit
"Ahhhh...." rintihnya sambil menggigit bibirnya
Dengan pelan dia menurunkan kakinya kelantai, dan sekuat tenaga dipaksanya untuk berdiri
"Awww..." kembali dia merintih tertahan.
Kembali dia terduduk di atas kasur yang sudah tak karuan bentuknya itu
Dia menghembuskan nafas dalam menahan rasa sakit yang seperti menghujam bagian intinya
Dilihatnya tubuh polosnya, dia refleks membekap mulut ketika dilihatnya bekas bercak darah di antara kedua pahanya.
Lalu dia menyibakkan selimut dan di dapatinya banyak bercak darah di sprai ranjang tersebut
Dia merosot di lantai dan diraihnya selimut lalu menutupi tubuh polosnya
Ditekuknya kedua kakinya dan kembali terisak
"Hancur masa depanku" isaknya pilu
Alexander yang masih nyenyak sama sekali tidak mengetahui kepiluan Sania.
Setelah cukup tenang, Sania berusaha berdiri dan mengambil bajunya semalam yang teronggok di lantai
Dia menarik nafas dalam ketika dilihatnya jika baju itu sudah robek dan tak karuan bentuknya. Kembali dia ingat jika semalam Alexander menarik paksa baju tersebut
Masih dengan melilitkan selimut di tubuhnya, Sania berjalan tertatih kekamar mandi.
Sampai di depan pintu kamar mandi, dia segera melepas selimut dan masuk kedalam kamar mandi.
Sania terduduk di bawah shower yang mengucurkan air dingin.
Dia kembali menangis dibawah guyuran air shower, dan menyikat seluruh tubuhnya dengan tangannya dengan kuat
"Saya kotor..saya kotor..." racaunya pilu sambil terus menggosokkan tangannya keseluruh tubuhnya
"Tidak ada gunanya saya hidup!" ucapnya sedih dan tergugu
Diambilnya sabun cair yang ada di dalam kamar mandi lalu kembali menggosokkan sabun tersebut keseluruh tubuhnya
"Saya sudah kotor..." teriaknya histeris dan kembali terduduk di bawah shower
Entah sudah berapa lama dia berada di kamar mandi sampai ketika Alexander terbangun dia masih belum keluar juga dari dalam
Alexander menggerakkan tangannya seperti mencari seseorang. Lalu dia membuka matanya dan mengerjap-ngerjapkan matanya, melihat kesekeliling kamar.
"Kemana gadis itu?" lirihnya
Dia segera duduk dan menyibakkan selimut yang menutupi tubuhnya. Dapat dilihat olehnya banyak bekas bercak darah berceceran di atas sprei kasur. Kepalanya terasa pusing dan berputar, dia kembali menutup matanya dan memutar-mutar kepalanya, berharap pusing itu akan pergi
"Gadis itu benar-benar masih virgin, dan aku adalah orang pertama baginya" ucapnya dalam hati setelah dia membuka kembali matanya
Lalu dia segera turun dari ranjang dan memungut boxer dan baju kaos yang semalam dia lemparkan kesembarang tempat, memakainya.
"Sania...." panggilnya
Tak ada sahutan. Lalu Alexander berjalan kearah jendela, berharap jika gadis yang dicarinya ada di bawah. Kosong
"Sania...." kembali dia memanggil
Dan matanya kembali berkeliling seluruh kamar. Matanya berhenti pada onggokan selimut di depan kamar mandi
Dengan cepat dia berjalan kearah pintu kamar mandi, tidak ada suara kecuali gemericik air yang mengalir
"Sania..." kembali dia memanggil dan lagi-lagi tidak ada sahutan.
Di dorongnya pintu yang terkunci tersebut, dan berkali-kali dia memaksa membuka gerendel pintu.
"Sania buka, saya tahu kamu ada di dalam!!!" teriaknya
Masih tidak ada sahutan. Dengan panik Alexander menggedor pintu kamar mandi tersebut berkali-kali
Kekhawatiran menyergap dadanya. Tanpa pikir panjang dia segera mengambil ancang-ancang hendak mendobrak pintu kamar mandi tersebut
Tak butuh banyak waktu, Alexander dengan tubuh atletisnya bisa berhasil mendobrak pintu kamar mandi.
Setelah pintu kamar mandi terbuka, didapatinya Sania terkulai lemah di bawah shower dengan pergelangan tangan yang mengeluarkan darah
Secepat kilat Alexander masuk dan mengangkat tubuh Sania
"Apa yang kau lakukan, hah?" teriaknya panik
Mata Sania tertutup rapat, bibirnya biru pucat
Segera Alexander membawa gadis itu keluar dari dalam kamar mandi dan meletakkannya di atas ranjang. Dengan panik diikatnya pergelangan tangan Sania yang berdarah dengan gaun malam milik Sania yang robek.
Masih dengan panik dia membuka lemari dan memakaikan Sania baju.
Lalu dengan cepat dia kembali menggendong tubuh Sania membawanya keluar dari kamar, dan dengan setengah berlari dia menuruni anak tangga
"Maarrrkkk!!" teriaknya
Mark yang sedang duduk santai di teras, begitu mendengar teriakan bosnya langsung berlari kedalam
"Cepat siapkan mobil!!" teriaknya panik
Mark tanpa banyak tanya langsung berlari kearah garasi dan mengeluarkan mobil, secepat kilat Alexander meletakkan tubuh lemah Sania di kursi, lalu dia ikut masuk dan memangku kepala gadis malang itu
"Cepat!!!!" teriaknya pada Mark yang bengong menatap kearah Sania yang tak bergerak
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 149 Episodes
Comments
epifania rendo
sania bunuh diri
2023-11-06
1