"Daripada kamu bermalas-malasan seperti ini, lebih baik kita keluar jalan-jalan di sekitar apartemen, bagaimana?" ajak Javier pada Aria.
Javier sudah bosan melihat adiknya bermalas-malasan seperti itu, Javier takut Aria nantinya akan menjadi orang yang pemalas.
"Aku tidak mau, diluar pasti panas dan juga banyak orang karena sekarang hari libur kerja" ucap Aria sambil masih menonton televisi.
"Kakak tidak menerima penolakan, ayo kita keluar" Javier mematikan tv dan menarik tangan adik kesayangannya itu untuk keluar dari apartemen.
"Setidaknya tunggu aku habiskan keripikku dulu kak"
"Taruh keripikmu itu diatas meja dan pakai sepatumu, kakak akan mengambil ponsel dulu di kamar" Javier berjalan menuju kamarnya.
Aria menuruti perkataan Javier, Aria menaruh keripiknya diatas meja dengan berat hati kemudian melangkah menuju rak sepatu dan mengambil sepatu berwarna putih lalu memakainya.
"Kakak sudah ambil ponsel kakak, apa kamu sudah pakai sepatumu?" tanya Javier sambil keluar dari dalam kamar.
"Sudah kak"
"Ayo pergi"
Mereka berdua lalu keluar dari apartemen, karena apartemen mereka berada di lantai sepuluh, jadi mereka berdua harus turun menggunakan lift, setelah berada di depan lift, mereka berdua kemudian masuk karena pintu lift sudah terbuka dan langsung menekan tombol loby.
Sampai di loby, Aria dan Javier segera keluar dari lift dan berjalan menuju pintu keluar gedung apartemen, Kakak adik itu kemudian berjalan-jalan santai di jalanan dekat apartemen sesuai dengan apa yang dikatakan Javier sebelumnya.
"Bagaimana pekerjaanmu Aria?" tanya Javier di tengah jalan santainya.
"Baik kak, aku menyukai pekerjaan itu" timpal Aria santai.
"Apa menjaga toko barang antik itu menyenangkan?"
"Tentu saja, di sana aku bisa melihat barang-barang antik dan aneh yang belum pernah aku lihat"
"Syukurlah kalau adik kakak menyukai pekerjaannya" Ucap Javier sambil mengelus lembut kepala Aria.
Setelah sekitar lima belas menit mereka berjalan, Aria merasa haus, jadi Javier mengajaknya ke toserba.
"Kamu tunggu disini, biar kakak yang masuk kedalam, oh iya, kamu mau minum apa?" tanya Javier pada Aria.
"Air putih saja kak, yang dingin" jawab Aria.
"Baiklah, tunggu ya jangan kemana-mana"
"Memangnya aku orang yang suka keluyuran apa, aku tidak akan kemana-mana aku akan duduk anteng disini"
"iya iya, yasudah kakak masuk dulu"
Javier lalu masuk kedalam toserba, kemudian terlihat Javier sedang mengambil minuman dan memilih beberapa makanan ringan.
"Tolong... pencuri!!"
Saat sedang asik menunggu Javier di depan toserba, Aria mendengar suara seorang wanita teriak meminta tolong di depan sana.
Aria melihat tas seorang wanita paruh baya diambil paksa oleh dua orang pria berwajah sangar dan berbadan kekar, tentu saja wanita paruh baya itu tidak bisa mempertahankan tasnya.
"Cihh.. mereka mengeroyok wanita yang seumuran dengan orang tua mereka, dan sudah jelas-jelas wanita paruh baya tidak bisa melawan" Aria masih memperhatikan adegan wanita paruh baya itu melawan dua orang pencuri itu.
"Lihatlah, setelah mereka berhasil mengambil tas wanita paruh baya itu, mereka tertawa bahagia seolah itu sesuatu yang luar biasa"
Setelah berhasil mengambil tas wanita paruh baya itu, dua orang pria berbadan kekar itu lalu berjalan pergi meninggalkan wanita paruh baya yang sekarang sedang menangis.
Melihat dua pencuri itu sudah sedikit menjauh dari sana, Aria lalu berdiri dan melangkah mengikuti kedua pencuru itu.
"Hahaha.. hari ini kita mendapat jackpot, lihat... uang wanita tua itu ternyata banyak sekali"
"Benar, walaupun ibu tua tadi terlihat miskin, tapi ternyata uangnya banyak juga hahaha.."
"Eh lihat ini, ini mungkin foto anaknya"
"Tapi ini di rumah sakit dan anak ini kelihatan sedang sakit, lihat infus yang ada di tangannya dan wajahnya yang pucat"
"kamu benar, tapi itukan bukan urusan kita, salahkan saja ibu itu karena bertemu dengan kita"
Aria mengikuti dua pencuri itu dari belakang, dan setelah memasuki sebuah gang, dua pencuri itu lalu membuka tas wanita paruh baya yang menjadi korban mereka sambil masih mencemoohnya, Aria tentu saja mendengar semua perkataan dua pencuri itu.
"Hey kalian, apa semenyenangkan itu mencuri barang milik orang lain?"
Seketika kedua pencuri itu sangat amat terkejut saat mendengar suara seseorang yang menegur mereka, kedua pencuri itu lalu melihat kearah sumber suara yang ada di belakang mereka.
Kedua pencuri itu melihat dibelakang mereka kini berdiri seorang wanita cantik, begitu melihat tubuh wanita cantik itu, kedua pencuri itu langsung menelan ludah mereka.
Wanita yang dilihat kedua pencuri itu tidak lain dan tidak bukan adalah Aria, saat ini, Aria sedang memakai baju yang agak terbuka, ditambah bentuk tubuh Aria yang sangat bagus membuat kedua pencuri itu memikirkan hal-hal gila dengannya.
"Oh, ternyata ada nona cantik di gang ini, apa nona mau bergabung dengan kami?, tenang saja, kami akan memperlakukan Anda dengan lembut" ucap salah satu pencuri pada Aria dengan ekspresi mesumnya.
"Benar nona, kalau nona ikut dengan kami, nona pasti akan merasa bahagia setiap harinya" timpal rekan pencuri itu.
"Aku tidak mau ikut dengan sampah seperti kalian" Ucap Aria dengan tatapan yang sangat dingin, sekarang Aria kembali menjadi pembunuh berdarah dingin, tidak ada lagi Aria yang seperti tadi saat dengan kakaknya.
"Aku peringatkan nona, kalau anda tidak mau ikut bersama kami, anda akan celaka"
"benarkah?" Ucap Aria memiringkan kepalanya sambil menyeringai dengan sangat menyeramkan.
Melihat seringaian menyeramkan Aria, kedua pencuri itu sedikit ketakutan dan tubuh mereka berdua gemetar hebat.
"Aku sudah memperingatimu nona, hey kamu... serang dia"
"baik" tidak berbasa-basi lagi, salah satu pencuri mengeluarkan pisau dari balik bajunya dan maju untuk menyerang Aria.
"Oh, kamu mau bermain-main denganku memakai mainan seperti itu" Ucap Aria tenang dan masih berdiri di posisinya.
"Aku mau tau, setelah aku kuliti wajahmu, apa kamu masih akan bersikap angkuh seperti itu"
"Tentu saja bisa, karena bukan aku yang akan terkuliti wajahnya tapi kamu"
"ap-"
Belum sempat pencuri itu menyelesaikan kata-katanya, tiba-tiba kepalanya sudah terpisah dari tubuhnya dan menggelinding diatas gang.
Ternyata gelang yang ada di tangan Aria adalah gelang yang sudah Aria modifikasi menjadi senjata dengan bantuan teknologi, gelang itu bisa berubah menjadi pedang yang sangat tajam hanya dengan tinggal menekan permata yang ada di tengah-tengah gelang tersebut.
Melihat rekannya tiba-tiba tumbang dengan kepala yang terpisah dari tubuhnya, membuat satu pencuri yang tersisa gemetar ketakutan, pencuri itu kembali menatap Aria, tetapi segera dia sesali karena dia melihat ekspresi wajah Aria yang sangat menyeramkan, Aria tersenyum.. bukan, lebih tepatnya Aria menyeringai sambil menatap kearah pencuri yang tersisa itu.
"a-aku harus lari dari sini, dia psycopath.. aku harus cepat-cepat lari" batin pencuri itu.
Baru saja pencuri itu membalikan tubuhnya dan akan melangkahkan kakinya untuk berlari, tiba-tiba pencuri itu terjatuh keatas tanah.
BRUGH
Pencuri itu jatuh tersungkur, "aduh.. kenapa aku tiba-tiba jatuh" ucap pencuri itu.
Pencuri itu lalu menengok kearah kakinya, sontak pencuri itu langsung berteriak histeris saat melihat kedua kakinya sudah tidak ada lagi di tempatnya.
"Aaaarrggghhhh kakiku!!, apa yang kau lakukan pada kakiku wanita sialan!!" teriak pencuri itu yang baru merasakan sakit karena baru sadar kedua kakinya sudah tidak ada lagi.
"Tentu saja aku memotongnya" Ucap Aria sambil masih terus menyeringai.
"Tolong maafkan aku, biarkan aku hidup, aku masih mempunyai anak kecil yang harus aku urus"
Pencuri itu memohon pada Aria karena dia merasakan ketakutan yang amat sangat besar, apalagi saat melihat wajah Aria yang semakin menyeramkan.
"Aku tidak peduli, salahkan saja dirimu yang bertemu denganku disini" ucap Aria datar.
Aria kemudian melangkah kearah pencuri itu sambil membawa pedang di tangan kanannya.
Saat melihat Aria menghampirinya sambil membawa sebuah pedang, pencuri itu ingin berteriak sekuat tenaga, tapi dia kalah cepat dengan pedang Aria, dan sekarang, ada dua tubuh tanpa kepala yang tergeletak di gang itu.
Selesai bermain-main dengan kedua pencuru itu, Aria kemudian mengelap pedangnya karena ada darah yang menempel di pedang tersebut, kemudian Aria mengubah pedangnya kembali ke bentuk semula, yaitu gelang perak yang sangat cantik, tidak akan ada orang yang mengetahui bahwa gelang cantik yang ada di tangan Aria adalah sebuah pedang yang sudah mencabut ratusan nyawa.
Aria kemudian mengambil tas yang tergeletak di tanah lalu memasukan kembali barang-barang yang dikeluarkan pencuri tadi, Aria lalu melangkahkan kakinya keluar dari gang itu dan tidak peduli lagi dengan mayat yang tergeletak disana.
Saat keluar dari toserba Javier tidak menemukan Aria dan langsung menghela nafas pelan, "Tuh kan, dia pasti keluyuran lagi" Javier menggelengkan kepalanya lalu segera mencari Aria di sekitar toserba itu.
Tidak butuh waktu lama, akhirnya Javier melihat Aria yang sedang bersama seorang wanita paruh baya tidak jauh dari toserba, Javier kemudian segera menghampiri Aria.
"Aria, sedang apa kamu disini?, kakak kan sudah bilang untuk menunggu" ucap Javier saat sudah berhasil menghampiri Aria.
"Aku tadi bosan dan jalan-jalan sebentar, lalu aku menemukan tas ibu ini, ibu ini tadi bilang tasnya di curi orang, tapi tadi aku menemukannya tergeletak di dekat sini, aku iseng melihat isinya, eh ternyata masih ada barang-barangnya, lalu aku melihat ibu ini sedang menangis, aku menghampirinya dan ternyata tas yang aku temukan adalah tas milik ibu ini" jelas Aria panjang lebar.
"Coba cek Bu isinya, takut ada yang hilang" ucap Javier
"Tidak ada kok nak, tidak ada yang hilang, semuanya masih utuh, sekali lagi terimakasih ya" Wanita paruh baya itu terus mengucapkan terimakasih sambil membungkuk bungkukan tubuhnya pada Aria.
"Sudahlah Bu, tidak perlu berterimakasih sampai segitunya, kalau begitu kami permisi dulu, sampai jumpa" Aria lalu menarik tangan kakaknya dan berjalan menjauhi Wanita paruh baya itu.
"Wahhh.. secara tidak langsung ternyata adik kakak sudah membantu orang" ucap Javier sambil mengelus kepala Aria.
"Itu hanya kebetulan" timpal Aria.
"Tetap saja kan, walaupun kebetulan tapi itu sudah dianggap membantu"
"Sudahlah jangan bahas itu lagi kak, mana minumanku" Aria mengubah topik pembicaraan karena tidak terlalu senang saat Javier memujinya terlalu berlebihan.
"Ah iya kakak sampai lupa"
Javier kemudian merogoh kantung plastik yang ada di tangannya dam mengambil satu botol air putih dingin.
"Nih minum" Javier memberikan satu botol air dingin pada Aria.
Aria mengambil air putih yang ada di tangan Javier dan langsung meminumnya sampai habis.
"Ah leganya... sekarang tubuhku sudah sedikit lebih baik" ucap Aria setelah menghabiskan satu botol air dingin ukuran sedang.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 89 Episodes
Comments