Security menghampiri Tamara yang terlihat kebingungan dan ragu-ragu di pintu masuk kedalam gedung itu,pada saat itu dia baru saja mengantar tamu yang ingin bertemu asisten tuan Abian.
"Ada apa nona,ada yang bisa saya bantu?" Tanya security,melihat Tamara yang kebingungan dia yakin Tamara orang yang baru saja datang dari desa.
"Tuan apa ini kantor tuan Abian?"
Security memandang Tamara dari atas sampai ke bawah,dia sedikit bingung karena Tamara langsung menanyakan keberadaan tuan besar mereka,siapa yang tidak mengenal pria itu,karena Dia pemilik seluruh gedung ini,dan yang mereka pakai untuk kantor mereka lantai lima belas dan empat gedung masih terlihat kosong.
"Kenal dari mana anda dengan tuan Abian,dia orang penting di perusahan ini,apa sebelumnya anda sudah membuat janji dengan beliau?"
"Belum tuan,tapi sebelumya dia sudah menyuruh saya datang ke kantor ini dan memberikan kartu nama ini kepadaku." Jawab Tamara,kepalanya semakin pusing saat melihat security itu semakin banyak pertanyaan.
Cecep menerima kartu dari tangan Tamara,dia akhirnya yakin jika Tamara tidak berbohong,akhirnya dia mengantar Tamara bertemu dengan abian di ruangannya.
"Masuk.." Tamara mendengar suara bariton dari dalam ruangan membuatnya semakin gemetaran,dia takut pria itu akan mengusirnya dan tidak mengakui semua yang sudah di perbuatan dua minggu yang lalu.
"Maaf tuan menganggu,nona ini ingin bertemu anda." Ucap Cecep dia sangat ketakutan jika berhadapan dengan Abian sang direktur di perusahaan itu.Abian langsung menegakkan kepalanya saat mendengar ucapan Cecep,
"Kamu..." Abian kaget saat melihat kehadiran Tamara di ruangannya,dia menatap wajah Tamara yang begitu pucat,dan tubuhnya juga semakin kurus.
"Silahkan keluar,"
"Baik tuan permisi." ucap Cecep lalu meninggalkan mereka berdua di ruangan itu.Tamara sangat ketakutan terlihat jelas dari tubuhnya yang gemetaran serta tangannya yang tidak berhenti meremas ujung baju yang dia kenakan.
"Apa yang membuatmu menemui ku ke ruangan ini? apa kamu berubah pikiran ingin meminta uang kepadaku setelah kamu menolaknya dua minggu yang lalu?" Abian beranjak dari kursinya lalu duduk di sopa yang ada di ruangan itu.
Sementara itu Tamara mengabaikan pertanyaan Abian dia merogoh kantong bajunya lalu mengambil taspack yang sudah dia pakai dan meletakkannya di hadapan Abian.
"Apa ini?" Abian mengambil plastik kecil dari hadapannya,lalu membuka isinya dan dia begitu kaget melihat isinya.
"Apa maksudnya ini?" Abian menatap sinis kepada Tamara,marah,kesal,benci itu sudah pasti karena dia harus menerima semua ini,
"Aku hamil tuan,aku harus bagaimana? Aku tidak ingin anak ini, dan aku sangat bingung untuk saat ini."
"Kamu mau menjebak ku,kamu sengaja tidak mau menerima uang pada waktu itu agar kamu bisa memiliki aku,kamu hebat,walaupun kamu orang polos tetapi otakmu sangat pintar,kamu ingin aku menikahi mu iya?" Abian membentak Tamara dan dia berbicara sangat menyakitkan kepada Tamara,hingga air mata Tamara jatuh begitu saja di wajahnya.
Tamara tidak menyangka akan mendapat penghinaan seperti itu dari Abian,padahal pria itu jelas-jelas tau kalau dia sendiri yang salah,dan Tamara adakah pihak yang sangat di rugikan.
"Tuan saya rasa tuan tau kalau pada waktu itu aku hanya korban,kata-kata mu tidak pantas sedikit pun kepadaku." Ucap Tamara dengan wajah yang masih menagis.
"Diam,kamu hannya wanita yang ingin mengharapakan harta dariku,makanya kamu menolak uang dariku malam itu agar kamu bisa menikah denganku,dan memanfaatkan kehamilan mu,dasar sampah." Abian melepaskan cengkraman tangannya dari wajah Tamara,
"Tuan aku_
"Diam,aku akan menuruti keinginanmu,apa itu katakan kepadaku,jangan memancingku semakin emosi."
"Nikahi aku tuan secara sah sampai anak ini lahir,setelah itu aku akan pergi darimu,dan kita bercerai,aku tidak ingin status anak ini tidak jelas suatu saat,dan kamu harus memenuhi seluruh kebutuhannya sampai dia lahir dan berumur lima tahun,setelah itu kami akan pergi darimu selamanya dan kamu bisa menutupi pernikahan ini kepada seluruh keluarga dan kerabat mu," Ucap Tamara,Abian tampak mempertimbangkan semua keinginan Tamara sebenarnya tidak terlalu sulit baginya karena Tamara memberi kebebasan kepadanya.
"Baiklah aku akan menuruti keinginanmu,aku akan segera mengurus pernikahan kita,ingat ini hanya pernikahan rahasia,dan kamu tidak bisa melarang ku apa pun itu dan ingat aku punya kekasih dia tidak bisa tau kalau kita sudah menikah nanti." Ucap abian,dan Tamara mengangguk setuju karena itu bukan hal sulit baginya.
Tamara keluar dari gedung perusahaan milik Abian,dia sudah meninggalkan nomor ponselnya untuk Abian agar segera menghubunginya setelah mereka siap melakukan pernikahan.
Tamara sampai di dalam rumah,dia masuk kedalam kamar dengan wajah begitu lesu,sebelumya dia sudah meminta ijin kepada bosnya untuk cuti satu Minggu.
"Bagaimana dengan nasibku kedepannya,aku tidak mungkin mengugurkan kandungan ini,aku takut di tangkap polisi,terus jika hamilku sudah besar dan aku tidak bisa lagi bekerja apa yang akan ku kirim kepada ibuku,sementara ibu juga kurang sehat di kampung." Tamara menagis sendirian di dalam kamarnya tidak ada yang bisa dia lakukan lagi selain menagis untuk menutupi semua kesedihannya.
"Ma pa ,maafkan anakmu yang tidak berguna ini,aku yakin suatu saat mama akan sedih jika mengetahui keadaanku ini." Ucap Tamara sambil terus menangisi nasibnya yang begitu malang.
*****
Seminggu kemudian akhirnya Tamara dan abian resmi menikah di sebuah gereja,Leo mengurus semuanya dengan gampang karena kekuatan uang begitu hebat.
"Tuan ingat walaupun kita menikah kita tidak satu kamar,dan peraturannya tuan tidak bisa menyentuh ku."Tamara memberikan ultimatum kepada abian.
"Jangan perasaan sok suci,aku juga tidak sudi meniduri mu,kalau bukan karena aku di jebak aku tidak mungkin melakukan hal bodoh seperti itu,bahkan dibandingkan dengan kekasihku kamu bukan apa-apa?" Ucap Abian dengan nada yang begitu menyakitkan.Mulut Abian memang begitu pedas berbicara tetapi Tamara tidak peduli sedikitpun,itu jauh lebih baik dari pada harus melayani pria itu di atas ranjang.
Leo masih tidak bisa percaya kalau tuannya itu sudah menikah,dia tidak tau apa yang terjadi jika Zara mengetahui semua ini.
"Selama kita sudah menikah kamu harus ikut denganku,sekarang kamu susun semua pakaian sampah mu itu dan ikutlah ke apertemenku,"
"Tidak perlu kita bawa sedikit saja,karena aku akan tetap bekerja seperti biasa aku butuh rumah itu untuk tenang istirahat ku,karna yang kamu biayai adalah anak ini kebutuhanku sendiri biar aku yang mencarinya."
*** bersambung***
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 61 Episodes
Comments
Desyarysandy Loho
bagian ini adalah suatu pelecehan terhadap gereja. harap di edit dan diperbaiki supaya tidak memasukkan pernyataan yang menjatuhkan gereja. kamu tidak tahu arti gereja dan tidak mengerti apa apa tentang siapa gereja. jadi jangan mendiskreditkan dan melecehkan gereja dengan kalimat atau paragraf yang bisa menimbulkan SARA. jangan buat penggemar-mu jadi ilfil. ini kritik membangun, semoga lebih baik ke depan.
2022-11-16
1