Masa lalu ibunya Maryam

Setelah merasa tenang dengan semua curahan hati pada makam sang ibu, akhirnya Maryam pun segera menuju rumah sang nenek.

Dan disaat Maryam tiba, mereka sangat bahagia dengan kedatangan Maryam di rumahnya,

Sang nenek yang sudah tua renta memeluk Maryam dengan erat.

Aisyah pun menyambut kedatangan Maryam dengan sangat gembira.

***

Maryam adalah anak dari seorang gadis baik-baik bernama Siti Azizah, seorang gadis kebanggaan orangtua dan keluarga nya, tapi pada satu malam seorang laki-laki bejat menodai kesucian nya, dan memfitnah Azizah jika mereka melakukan semua itu karena suka sama suka.

Kejadian itu yang membuat dirinya menjadi noda keluarga dan kampung nya, sampai warga sekitar menghakiminya ramai-ramai.

Sedangkan laki-laki bejat itu berhasil melarikan diri.

Azizah mendapat cacian, hinaan, dan lemparan batu kerikil dari setiap tangan warga yang datang, bahkan dia di arak keliling kampung karena di anggap sampah masyarakat.

Tidak ada satu orang pun yang mempercayai Azizah bahwa dirinya hanya korban, bukan pelaku.

Azizah pun terusir dari kampung tersebut dan di asing kan, bahkan lebih miris nya lagi, sang bapak yang menjadi tumpuan terakhir nya pun juga tidak mempercayai dirinya dan ikut mengusir Azizah pada saat itu.

Dia pun hamil dan melahirkan seorang bayi perempuan yang cantik jelita, yang di beri nama Maryam putri Adam, nama yang indah, seindah akhlak dan budi pekerti nya.

Lika liku perjalanan hidup Maryam mencari keadilan untuk ibu dan dirinya seakan tiada henti,

Pencarian jati diri yang selalu menjadi tanda tanya dalam hidup, membawa nya pada sosok laki-laki bejat yang sedang dia cari selama ini.

Dan kini Maryam pun mulai beranjak remaja.

***

"Tolong ambilkan daun itu nak?"

Pinta Azizah pada Maryam.

Maryam pun membawakan daun yang di minta sang ibu untuk dia jadikan obat dan membantunya menumbuk daun kering tersebut.

"Ini bu, sudah Maryam tumbuk, ibu tinggal seduh saja"

Jawab Maryam dengan memberikan daun yang sudah dia tumbuk.

"Terimakasih nak"

Maryam pun tersenyum dan kembali menyelesaikan pekerjaan rumah kecilnya itu, namun saat dia hendak pergi ke kamar mandi, dia melihat air di dalam sumur nya sudah mulai mengering, dia harus segera pergi mengambil air ke sungai sebelum hari semakin sore.

Maryam pamit pada Azizah untuk mengambil air

"Kalau begitu Maryam ambil air dulu ke sungai ya bu"

Ujar Maryam terburu-buru.

Dalam benak hati Azizah, dia merasa bersalah, karena kondisinya yang kini sedang sakit, semua tanggung jawab rumah harus Maryam gantikan, termasuk membawa air ke sungai.

...

Pasca di usir dari kampungnya,

Azizah dan Maryam tinggal di sebuah kampung terpencil jauh dari pemukiman warga, mungkin hanya 1 sampai 5 rumah yang ada di sekeliling nya, itu pun jarak dari satu rumah ke rumah lain sangat berjauhan.

Di tengah perjalanan Maryam bertemu seorang wanita yang seumuran dengan ibu nya, kurang lebih 35 tahunan, dia sedang duduk di bawah pohon, nampak sedang kelelahan.

Karena penasaran, Maryam pun menghampiri wanita itu dan coba bertanya.

"Assalamualaikum Bu?"

Salam Maryam pada wanita tersebut.

mendengar salam dari Maryam, wanita itu pun langsung tegak dan menatap wajah Maryam dengan sangat dalam, wanita itu tidak berpaling dari pandangan wajah Maryam.

Dengan nada suara yang sedikit bergetar, wanita itu menjawab salam Maryam dan tersenyum padanya.

Maryam bertanya, sedang apakah wanita tersebut dan hendak kemana?.

"Sebenarnya saya sedang mencari saudara saya?"

Jawab sang wanita itu.

Maryam pun kembali bertanya, siapa yang dia cari di kampung kecilnya itu, padahal tidak ada banyak jiwa yang tinggal di desanya.

"Memang nya saudaranya ibu tinggal dimana? disini tidak ada banyak rumah untuk ibu cari?"

Jawab Maryam penasaran.

Keduanya pun duduk tepat di bawah pohon bringin yang rindang dengan tiupan angin sepoi yang membuat hati mereka sejuk dan damai.

wanita itupun menjelaskan jika dirinya hendak mencari saudaranya yang pergi dari rumah karena di usir oleh warga dan keluarganya, dan menurut informasi yang dapat di percaya, saudaranya pergi ke desa Maryam tinggal.

"Ibu mau saya bantu mencari saudara ibu? "

Maryam menawarkan diri untuk membantu wanita itu.

Merasa sungkan karena keduanya belum saling mengenal, akhirnya wanita itupun memperkenalkan dirinya.

"Oh ya nak, nama ibu Siti Aisyah, siapa nama kamu? Kenapa saya merasa tidak asing melihat wajahmu?"

Tanya wanita yang bernama Siti Aisyah.

Mendengar pertanyaan Bu Aisyah, Maryam pun langsung memperkenalkan namanya.

"Nama saya Maryam bu"

Jawab Maryam singkat, kemudian karena penasaran, Maryam kembali bertanya mengenai saudara yang sedang Aisyah cari.

Maryam berniat ingin membantu Bu Aisyah mencari saudaranya, karena dia takut jika Aisyah sampai tersesat di desa terpencil yang masih banyak binatang liar itu.

Aisyah sangat berterima kasih dengan niat Maryam, namun dia tidak ingin merepotkan nya, namun ternyata Maryam memaksa dan Aisyah pun mengalah.

"Terimakasih sebelum nya nak Maryam, kamu begitu baik walau kepada orang yang baru kamu kenal"

Ucapan terima kasih Aisyah pada Maryam.

Menyadari hari semakin sore, Maryam pun mengajak Bu Aisyah untuk ikut dengannya terlebih dahulu ke gubuk kecilnya,

Gubuk kecil yang penuh dengan kasih sayang.

Aisyah pun mengikuti ajakan Maryam untuk ikut dengan dirinya.

Dalam batin Aisyah terus berucap kenapa anak ini mengingat kan nya kepada sang kakak yang sedang dia cari.

Tutur katanya yang lembut, pandangan matanya, dan caranya mengajak sungguh sangat mirip dengan kakaknya.

Di pertengahan jalan, Maryam kembali bertanya kepada bu Aisyah.

Dia bertanya mengenai saudaranya yang pergi, mengapa dia bisa pergi dan di usir oleh keluarganya.

"Ceritanya panjang dik, ibu malu jika harus menceritakan nya"

Jawab nya sedih.

"Nasib saudara ibu begitu tidak beruntung, dia di usir oleh keluarga dan masyarakat di kampung ibu karena melakukan sebuah kesalahan"

Lanjut Bu Aisyah.

"Astagfirullah kesalahan apa memangnya, kenapa sampai tega di usir warga seperti itu? "

Tanya Maryam merasa sakit hati mendengar saudara Bu Aisyah yang terusir.

Dengan wajah yang sedih, Aisyah tertunduk dan teringat akan kenangan sang kakak, dia tidak menjawab pertanyaan Maryam mengenai kesalahan kakaknya.

"Ibu tidak bisa menjelaskannya padamu nak, karena ini sangat sulit untuk di mengerti, tapi yang jelas, saudara ibu itu adalah wanita yang sangat baik, hanya nasibnya memang buruk dan tidak beruntung".

Lanjut Aisyah, dan ketika dirinya hendak menceritakan semuanya pada Maryam, tiba-tiba saja, suara guci pecah terdengar keras dari sebuah rumah.

"Astaghfirullah ibu"

Maryam berlari ke arah sumber suara, dan di dapati ibu nya sudah tergeletak jatuh di bawah.

"Ya allah bu, bangun bu "

Maryam coba meraih tangan ibu nya, membangunkan dan memindahkan nya ke bangku ruang tengah.

Maryam yang cemas, banyak bertanya bagaimana kondisi ibunya, apakah dirinya tidak terluka dan apa yang sedang ibunya lakukan sehingga dia bisa terjatuh.

"Ndak apa apa nak, ibu hanya ingin pergi wudhu" jawab ibunya yang lemah.

***

Aisyah pun tiba di depan pintu gubuk Maryam tinggal, gubuk saung kecil yang masih beralaskan tanah, hanya ada 2 bangku panjang di ruang depan, untuk tempat bersandar.

Bukan tembok beton seperti di rumah-rumah pada umumnya, gubuk Maryam masih berbahan bilik bambu dengan lapisan kayu sebagai penahan nya,

Walaupun sederhana, namun gubuk itu serasa surga bagi mereka.

Saat bu Aisyah melangkahkan kaki nya ke dalam rumah, pandangannya tertuju pada wanita yang sedang duduk bersama Maryam, wanita yang membuat detak jantung nya berdegup kencang kala melihat wanita tersebut.

"Mba Azizah"

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!