Siapa aku?

Air mata Maryam mengalir deras membasahi pipinya, hatinya begitu hancur dan sedih mendengar semua yang Aisyah katakan pada ibunya mengenai dirinya.

Dalam hati nya terus bertanya, siapa aku?

" Astagfirullah"

Maryam menghela napasnya dalam.

"Kuatkan aku ya allah"

Ucapnya di tengah kerapuhan hati yang sedang dia rasakan.

Maryam tidak bisa mempercayai semua ini, pikirannya mengatakan jika semua ini tidak benar, namun hatinya mengatakan jika semua ini juga tidak mustahil.

"Ini pasti tidak mungkin, aku yakin pasti tadi aku hanya salah dengar?"

gumam hatinya pada ilahi coba menguatkan diri.

Di lain tempat, Aisyah yang menyadari jika Maryam tidak kunjung datang diantara mereka coba menanyakannya pada sang kakak.

"Oh ya mba, Maryam kemana?"

Tanya Aisyah.

Azizah pun ternyata baru sadar jika Maryam tidak ada, kemudian dengan nada suara yang lemah, diapun coba memanggil Maryam.

"Maryam, sudah buat minum nya nak?"

Panggil Bu Azizah dengan nada serak.

Sempat tak ada jawaban, akhirnya Aisyah memutuskan untuk menyusul Maryam ke belakang,

Namun, Saat Aisyah hendak terbangun dari duduk nya tiba-tiba Maryam pun datang.

"Maaf bu tadi Maryam kehabisan daun untuk obat ibu, jadi Maryam pergi keluar sebentar untuk ambil di kebun"

Ucap nya, coba bersikap tenang seakan tidak tahu apa-apa.

Kegiatan mereka disana memang bercocok tanam, ada yang berkebun, menanam padi dan sayur mayur, semua mereka lakukan demi kelangsungan hidup mereka masing-masing.

Jadi bukan sesuatu yang aneh lagi, jika disana banyak sekali dedaunan yang bisa di jadikan obat.

"Kenapa mata Maryam terlihat sembab? Apa dia sudah menangis?"

Tanya hati Aisyah saat melihat Maryam.

"Apa jangan-jangan Maryam mendengar semua percakapan kami tadi, dan astaghfirullah apa yang sudah aku lakukan, di tengah perjalanan, kami sempat bercerita tentang mba Azizah, apa mungkin Maryam tahu tentang ini?"

Aisyah mulai cemas mengingat semua pembicaraan mereka sepanjang perjalanan tadi.

Bu Azizah pun meminta Maryam untuk duduk bersamanya, dia ingin menceritakan lebih banyak lagi mengenai Aisyah adiknya itu.

"Maafkan ibu nak, ibu sama sekali tidak terus terang bahwa kamu masih memiliki banyak saudara di luar sana"

Bu Azizah meminta maaf pada Maryam karena sudah merahasiakan tentang keluarganya pada Maryam.

"Jadi Maryam masih punya banyak saudara bu?" Tanya Maryam dengan wajah yang antusias, karena bahagia mendengar kabar jika dirinya masih mempunyai keluarga.

"Ia nak, kau masih mempunyai banyak saudara di Yogya"

Jawab Aisyah ikut menjawab pertanyaannya.

Maryam terkejut dan senang, karena dirinya masih memiliki banyak saudara, tapi yang membuat hatinya bertanya lagi, kenapa ibunya tidak pernah menceritakan tentang saudara-saudara nya yang lain?.

Maryam pun hanya menerima tanpa banyak bertanya.

"Kabar ibu dan bapak bagaimana disana dik?"

Tanya bu Azizah pada Aisyah tentang kedua orangtuanya.

Dengan wajah yang menyesal, Aisyah coba menyampaikan kabar duka tentang orangtuanya.

"Sebenar nya bapak sudah tiada mba"

sebuah jawaban yang membuat hati Azizah sangat terpukul dan sedih mendengar kabar sang ayah sudah tiada.

"Innalilahi, apa benar itu dik?"

Azizah menangis dan teringat sosok sang ayah yang selalu membelanya.

Ingatan bu Azizah seakan flashback ke masa lalu, saat dimana dirinya dan sang ayah sedang mengaji, makan bersama, solat berjamaah, canda tawa, dan semua nasihatnya.

Teringat jelas saat pak suhendar memeluk dirinya seraya berkata (Jadilah diri yang solehah dan mulia nak) nasihat yang sering bapak nya ucapkan pada Azizah.

Bu Azizah semakin larut dalam kesedihan, pikiran nya campur aduk antara penyesalan dengan ketakutan nya dari masa lalu.

Aisyah memeluk sang kakak.

"Sabar mba, ini semua sudah takdir yang maha kuasa, Allah lebih menyayangi bapak, Allah lebih tahu apa yang terbaik bagi umatnya "

Aisyah coba menenangkan hati Azizah.

***Karya ini telah kontrak dengan NovelToon, dilarang membajak karya seperti mencetak ulang tanpa izin.***

***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***