bab 2

Satu jam kemudian, nila keluar dari dinas kependudukan dan catatan sipil dengan akta nikah yang tergenggam di tangannya. Seolah olah dia melayang di udara, dia tidak menyangka akan secepat ini menikah dengan pria yang tidak di kenalnya.

Dia tak pernah berpikir bahwa suatu hari dia akan tiba tiba menikah dengan pria yang hanya dia temui secara kebetulan.

apakah ini takdir?

Menatap kebawah dia memandang foto mereka yang duduk berdampingan.

Ekpresi pria itu kosong, sementara dirinya di penuhi dengan kegelisahan dan keberatan.

Dibawah itu terdapat nama mereka berdua.

Betapa aneh nya aku baru saja mengetahui nama suamiku? dari sertifikasi nikah lagi! Angga Nugraha. Nama yang sederhana, namun sangat sesuai untuk pria sepertinya.

"nila wiliyadi"

Pria itu- Angga, juga memandang surat nikahnya.

Dia masih belum pulih dari perubahan status pernikahannya ketika sebuah tangan tiba tiba muncul tepat di hadapannya. sebuah kartu terjepit di antara kedua jari itu.

"nona wiliyadi, aku sadar bahwa melangsungkan pernikahan dan mendapatkan cincin adalah yang di tunda tunda oleh setiap wanita. sayangnya aku minta maaf untuk mengatakan bahwa aku tidak punya waktu untuk membeli cincin. jika kau menginginkan sebuah cincin kau dapat memilihnya sendiri".

Mengangkat kepalanya nila melihat tatapan angga yang tak dapat di tebak.

"tidak perlu". ia langsung buru buru melambaikan tangannya sebagai penolakan kepada angga.

" aku tak peduli dengan formalitas seperti itu".

Dia sudah lama tak akan peduli dengan hal romantis seperti itu. Lebih penting lagi dia tidak ingin berhutang kepada angga, meskipun ia adalah suami sahnya.

"paling tidak beli sebuah cincin".

sambil mengatakan itu ia meraih pergelangan nila, lalu menyelipkan kartu ke tangannya.

"baiklah, kalau begitu". Karena dikarenakan mereka adalah pengantin baru, jadi dia pikir tidak ingin berdebat dengan angga berkat niat baiknya. karena itu, dia menerima kartu itu dan menyimpannya di tasnya.

" aku sore ini ada rapat, jadi aku pergi duludulu kau perlu mencari transportasi sendiri". nada angga terdengar sangat datar.

"baik". nila tidak berharap bahwa dia benar benar akan memperlakukan sebagai seorang istri. Seseorang yang dia cintai, dan dia manjakan. Itulah sebabnya nila tak kecewa saat di tinggalkan angga.

Tiba tiba keingat sesuatu, angga berbicara lagi.

" nanti aku akan kirimkan alamat rumahku, kau bisa pindah kapan saja".

mereka sudah bertukar nomor telepon sebelumnya

ketika mereka mendapatkan akta nikah.

"aku tidak terburu buru". nila dengan cepat merespon.

meskipun masuk akal mereka harus tetap bersama setelah menikah, kenyataannya adalah nila belum siap untuk tinggal satu atap dengan orang yang baru dia kenal.

Mungkin pernolakan dalam suara nya terdengar lebih jelas, sehingga angga segera menggangkat kepalanya untuk meliriknya. wajah nila mererah seperti sebuah tomat karena malu.

Namun, angga tidak mengangapi hal itu. Yang di lakukan adalah menekan tombol kursi roda lalu berputar kearah yang lain.

" jika tidak ada yang lain aku pergi sekarang".

"baiklah".

Dia menunggu angga masuk ke dalam mobil hitam sebelum dia pergi juga.

Setelah itu, dia segera menelepon Departement sumber daya manusia perusahaannya. Dia memberitahu mereka bahwa dia akan segera

terdaftar di kota metro.

dia menghela nafas lega setelah di pastikan bahwa mereka akan mengajukan asuransi kesehatan lokal untuk dirinya dan keluarganya.

Sementara pernikahannya hari ini merupakan keputusan yang terburu buru baginya, namun setidaknya masalah yang telah menyelimutinya

dengan kekhawatiran untuk sementara waktu, akhirnya dia tidak perlu menderita lagi karena tagihan rumah sakit ibunya.

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!